PART 2

7.3K 176 6
                                    

"Curiga itu tanda apa? Takut kehilangan ya?"

⬇️

Angkasa memberhentikan motornya didepan rumah Nada. Pagar yang tingginya hanya sepinggang membuat cowok itu dapat dengan mudah melihat keadaan rumah Nada. Rumahnya  sederhana, dan hanya ditinggali oleh tiga orang.

Setelah beberapa menit, orang yang ditunggu pun keluar dan berlari kecil menghampiri Angkasa. Nada langsung melompat ke atas motor dan Angkasa melajukan motornya tanpa banyak bertanya.

"Lo udah pamitan sama bokap lo?" Tanya Angkasa keras karena suaranya hampir tenggelam oleh kebisingan jalanan.

Nada menggeleng, "Bokap gue lagi gak dirumah."

Cowok didepannya hanya mengangguk, mengerti dengan pekerjaan ayah Nada. Hening melanda hingga beberapa menit. Angkasa terlalu fokus dengan keadaan jalanan yang padat, sehingga tidak menyadari perubahan sikap Nada.

"Lo kemaren ngambek?"

"Ha? Gue ngambek kenapa?"

"Kata Erza lo gak bisa ditelpon." Sambung Angkasa seraya membelokkan setang motornya memasuki parkiran sekolah.

Gadis itu berdecak sembari turun dari motor. "Kemaren gue kecapean, liat nih, muka gue kusut kan?"

Angkasa dan Nada melangkah beriringan menuju kelas. Orang-orang yang tengah berada di koridor langsung menghindar dari sana, termasuk seorang gadis mungil yang tanpa sengaja menubruk bahu kanan Nada. Berhubung Nada sedang tidak mood, ia hanya melirik sekilas dan melanjutkan langkahnya. Sedangkan gadis yang mungkin adik kelas itu sudah sangat tegang.

"Eh, nad! Udah sarapan belum? Lemes amat." Belum apa-apa Erza sudah menyambut Nada dengan pekikan yang membuat telinga sakit.

"Lo gak ngambek kan?" Sambung Galuh yang duduk dibelakang Nada. Dikelas, posisi mereka berempat memang berdekatan. Erza duduk dengan Galuh dan didepannya Angkasa dengan Nada.

"Gue gak ngambek, kalian kira gue kaya cewek-cewek itu." Ujar Nada seraya menunjuk sekumpulan gadis yang tengah nongkrong didepan kelas. Menunggu cogan lewat.

Erza terbahak sambil memukul punggung Angkasa yang tengah menulis pr. Alhasil tulisan cowok itu jadi tercoret. Erza malah makin menertawakan Angkasa.

• • •

Nada mengikat dasi di kerah lehernya. Karena Erza sibuk menyalin catatan dari Angkasa, jadi hanya dirinya dan Galuh yang berangkat ke kantin.

"Tumben lo pake dasi, ada maksud apaan?" Tanya Galuh memperhatikan Nada yang sangat hati-hati memakai dasi agar hasilnya terlihat rapi.

"Curigaan banget lo, gue mau tampil rapi hari ini, gak boleh?"

"Gak," balas Galuh tidak peduli.

Dih, sok cool! Sama aja lo gak jadi ganteng!

Baru selesai Nada menutup mulut, matanya sudah menangkap sosok yang sedari tadi ia cari-cari, tengah berjalan dari arah yang berlawanan. Ghara, si cowok ganteng di perpustakaan kemarin.

Dengan sadisnya Nada mendorong tubuh Galuh agar menjauh darinya. "Sana lo kekantin sendirian!"

"Lah? Lo mau ngapain?" Galuh memperhatikan Nada yang tengah berjalan lambat dengan senyuman manis. Ralat, di manis-manisin.

"Sana lo cepetan pergi! Gue ada urusan."

Galuh yang masih terbingung-bingung akhirnya menyadari bahwa Nada sedang tersenyum ke arah Ghara. Cowok itu hanya bisa tersenyum kecut melihat Ghara yang mulai menyapa Nada.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang