"Kalok hidup aja gak tenang, apalagi mati. Auto gentayangan."
⬇️
Suara derap langkah terdengar keras, pertanda sangat pemilik kaki sedang terburu-buru. Pagi hari yang mendung bahkan cenderung gerimis pun tak dihiraukan Nada lagi. Gadis itu berlari menuruni tangga dan secepat mungkin berbelok kearah ruang tamu. Nada terlambat bangun akibat begadang menghapalkan poin-poin penting dalam pelajaran yang akan di ujiankan hari ini.
Gerakan memakai sepatunya terhenti ketika Nada menyadari sesuatu, tangannya langsung merogoh saku bajunya dan tak menemukan uang sepeser pun. Ia lantas berlari lagi menuju dapur untuk menemui Mira, karena biasanya Fery memberikannya uang melalui kakaknya itu.
Sesampainya di dapur Nada tidak menemukan siapapun, hanya ada secangkir teh hangat yang biasa Mira buatkan untuknya dan beberapa lembar uang. Nada mengerutkan keningnya, kemana perginya Mira pagi-pagi begini?
Teringat dengan keterlambatannya, Nada langsung meraih uang itu dan berlari lagi kedepan. Memakai sepatunya dengan cepat dan segera mengunci pintu rumahnya.
Namun langkahnya melambat mendapati Angkasa yang seperti biasa sudah berada didepan pagar rumahnya tengah berbincang dengan Mira. Lalu beberapa saat kemudian seorang bermotor dengan jaket hijau berhenti tak jauh dari mereka dan Mira di bawa pergi olehnya.
"Dia mau kemana Sa?" Tanya Nada ketika telah sampai didepan cowok itu. Pandangannya tak lepas dari punggung Mira yang semakin mengecil dibawa motor.
Sebagai jawaban Angkasa mengangkat bahu, "Dia cuma bilang ada urusan."
Nada mengangguk-anggukkan kepalanya seraya memakai helm. Pikirannya langsung dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.
Ada urusan apa Mira pagi-pagi begini? Apa dia gak kerja? Kok dia gak pamit sama gue?
"Cepetan naik, lo tau ini jam berapa?" ujar Angkasa membuat Nada cepat-cepat naik ke boncengannya. Tidak membuang-buang waktu, motor pun melaju.
"Ish, lo tau gak tadi malem gue belajar sampek ketiduran. Wajar dong kalok gue kesiangan!" Lapor Nada dengan suara keras agar bisa didengar oleh Angkasa.
"Salah lo sendiri gak pernah dengerin guru, waktu mau ujian baru buru-buru." Jawab Angkasa yang tidak langsung dibalas oleh Nada. Gadis itu memanyunkan bibirnya terlebih dahulu.
"Yang penting tuh waktu ujian, kan gue malu sama Ghara kalok nilai gue gak memuaskan!"
Jawaban Nada kali ini tak lagi dibalas oleh Angkasa. Cowok itu berpura-pura tak mendengar dan fokus menyetir. Padahal sudah dari dulu, Angkasa menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Ghara. Entah hanya dirinya yang menyadari, tapi ketika menatap mata Ghara ia seperti menemukan sedikit tatapan mematikan yang seolah menjelaskan ada naluri mengerikan didalam diri cowok yang menarik hati Nada itu.
• • •
Galuh kembali tersenyum geli, kemudian mengetik balasan untuk Agatha. Melalui chat gadis itu mengatakan bahwa teman sebangkunya saat ini adalah adik kelas yang pecicilan dan berisik, sama seperti dirinya. Cowok itu menyurutkan senyumannya seraya menunggu balasan dari Agatha, pikirannya kembali pada beberapa jam yang lalu yakni ketika Galuh terus-menerus mengirimi Agatha chat agar gadis itu tidak tertidur saat belajar untuk ujian. Dan pagi harinya, Agatha tak berhenti mengucapkan terima kasih pada Galuh yang berhasil membuatnya tetap terjaga.
"Senyum-senyum melulu, otak lo kotor nih!" ucap seseorang yang membuat Galuh mengangkat kepalanya dan mendapati senyum jahil Nada. Ya, mereka berdua berada dikelas yang sama, berbeda dengan Erza dan Angkasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/218251241-288-k256915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Teen Fiction[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...