"Tolong jangan memperumit masalah yang sudah rumit."
⬇️
Beberapa hari telah berlalu, namun Agatha masih belum tenang ketika teringat dengan kejadian di pusat perbelanjaan bersama Ghara waktu itu. Gadis itu meletakkan pulpen di atas buku catatannya kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kedua tangannya memegangi dada saat ingatan sesak nafasnya muncul. Tatapannya berubah sedih, kenapa sih gue selemah ini? Kenapa gue harus selalu dilindungi? Gue gak mau kehilangan temen cuma karena gue nyusahin mereka terus.
Seketika bayang-bayang wajah Ghara yang sebelumnya memenuhi isi kepalanya buyar saat pintu kamarnya dibuka dengan keras dari luar. Agatha berbalik dan seorang wanita yang sangat ia kenal tengah menyandarkan tubuhnya pada salah satu sisi pintu kamar. Dengan tatapan mata yang kurang ramah.
"Kunci pintu kamarmu, Mama mau pergi." ucap wanita yang berstatus sebagai ibu kandungnya itu. Agatha menelan ludahnya sesaat.
"Semalam ini? Mama mau kemana?"
"Bukan urusan kamu," Kirana hendak menutup kembali pintu kamar anaknya namun Agatha lebih dulu berlari dari meja belajarnya dan menahan daun pintu agar tidak tertutup. Kedua matanya langsung berkaca-kaca.
"Ma, jawab dulu, Agatha anak Mama kan?" Lirih gadis itu seraya mencoba menyembunyikan getar suaranya. Jantungnya mendadak berdebar, sejujurnya ia pun tidak mau kejadian yang sering kali terjadi ini terulang lagi.
Kirana berdecak, mulai kesal dengan tingkah Agatha yang menurutnya berlebihan, "Kamu cuma anak yang ngerepotin, duduk diem dikamar dan jangan banyak tanya."
"Mama kenapa selalu ninggalin Agatha sendirian ka—"
"DIEM!" Bentak wanita itu akhirnya, Agatha yang awalnya bersikeras menahan pintu kamarnya agar tidak tertutup pun menciut. Kepalanya otomatis menunduk.
"Jangan-banyak-tanya." ucap Kirana penuh penekanan pada setiap katanya. Kakinya pun bergegas pergi meninggalkan Agatha yang masih menunduk dalam-dalam, seolah anaknya tidaklah terlalu penting keberadaannya sehingga tak apa jika diabaikan.
Telapak tangan Agatha sampai memutih karena ia remas erat. Sejak kedua orang tuanya bercerai, Agatha selalu dibiarkan sendirian, dibiarkan kesepian, dan selalu dianggap menyusahkan. Ia sadar dirinya hanya dianggap beban selama ini, bahkan Mamanya pernah mengeluh karena banyak mengeluarkan uang untuknya.
Gadis itu menghela nafas sambil mendudukkan dirinya kembali didepan meja belajar. Bersamaan dengan terdengarnya suara deru mesin mobil Kirana yang pergi meninggalkan halaman rumahnya. Agatha mendongak untuk menahan air matanya yang hendak mengalir turun. Yang ia inginkan hanyalah kembali seperti dahulu, berbagi kehangatan dengan kedua orang tuanya. Semuanya baik-baik saja sebelum mereka berpisah dengan alasan tidak jelas yang membuat Agatha selalu frustasi ketika mengingatnya.
Ponsel yang berada di atas mejanya bergetar, segera gadis itu meraihnya dan membaca pesan yang baru saja masuk itu. Kedua sudut bibirnya mendadak naik melihat isi pesan itu, jari-jari tangannya pun dengan cepat mengirim balasan. Balasan pesan untuk Galuh.
• • •
Koridor sekolah yang awalnya lengang dan sepi, langsung dipenuhi oleh kaki-kaki yang terburu-buru ketika bel pertanda selesainya kegiatan di sekolah berbunyi. Satu persatu pintu kelas yang membuka langsung memuntahkan siswa-siswi yang baru saja berperang dengan soal-soal ujian. Bermenit-menit kemudian barulah seorang gadis dengan wajah yang agak pucat keluar dari kelasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/218251241-288-k256915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Ficção Adolescente[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...