PART 34

1.4K 139 13
                                    

"Terlalu cepat, otak gue belom sempet mikir anjir!"

⬇️

Angkasa berjalan menyusuri koridor lantai dua dengan kedua tangan tersimpan didalam saku celana. Matahari masih bersembunyi dibalik awan putih yang memenuhi langit, hal itu membuat pencahayaan di sekitar lorong agak menurun.

Setelah mata pelajaran terakhir pada Ujian Akhir Semester Ganjil tahun ini selesai dikerjakan, beberapa eskul di sekolah menggelar pertemuan dengan anggota-anggotanya, termasuk eskul basket yang mengikutsertakan Nada didalamnya. Keadaan sekolah pun terbilang cukup lenggang karena hanya diisi oleh beberapa murid.

Disaat seperti ini Angkasa memilih menghabiskan waktu sendirinya dengan mendengarkan lagu di rooftop, namun ternyata itu tidak bertahan lama sebab suara didalam pikirannya yang sangat mengganggu. Alhasil sekarang cowok itu melangkahkan kakinya di koridor kelas dua belas menuju tangga.

Saat dirinya melintasi ruang kepala sekolah, Angkasa mendapati sebuah kotak kardus tergeletak begitu saja didepan pintunya yang tertutup rapat. Belum sempat kerutan di dahinya hilang, seseorang berseru memanggil namanya membuat cowok itu seketika mendongak.

"Angkasa! Lo lagi ngapain?" Lisa muncul di depannya dengan senyum merekah. Intonasi suaranya yang selalu tinggi membuat aura ceria milik gadis itu terpancar jelas. Dan Angkasa hanya menggeleng pelan menandakan tidak ada hal yang penting.

"Nada udah di lapangan ya?" Tanya gadis itu membuka topik pembicaraan yang lain.

Cowok tak berekspresi didepannya pun langsung mengangguk, "Lo sendiri kenapa masih disini?"

"Gue kan cuma pemain cadangan. Kalau pemain inti kayak Nada tuh yang selalu dibutuhin." Balas Lisa seraya tersenyum tipis.

Angkasa hanya mengangguk kecil, padahal ia baru saja menyadari ada kesinisan didalam kata-kata Lisa. Angkasa pun sebenarnya tidak terlalu mengenal gadis itu, hanya karena Nada sesekali menyebut namanya dan Lisa beberapa kali menyapa serta mengajaknya mengobrol.

"Mungkin aja lo juga dibutuhin, ke lapangan sana." ujar Angkasa tanpa bermaksud apa-apa, ia hanya berusaha meluruskan pola pikir gadis didepannya itu agar tidak menimbulkan perasaan dengki pada Nada.

Beberapa detik kemudian akhirnya Lisa menganggukan kepalanya meskipun sambil tersenyum kecut. "Yaudah ntar gue ke lapangan."

Angkasa tak lagi membalas dan kembali melanjutkan langkah. Begitu pula Lisa yang melangkah ke arah berlawanan. Jarak antar punggung keduanya pun tercipta semakin jauh.

Samar-samar Angkasa mulai mendengar aktivitas di lapangan basket ketika salah satu kakinya telah menapaki anak tangga paling atas, namun langkahnya spontan berhenti dan pandangannya kembali ke arah Lisa setelah teriakan gadis itu terdengar nyaring hingga memenuhi lorong.

"Huaaaaaa!!!"

Setengah berlari cowok itu kembali mendekati gadis yang telah terduduk di tengah-tengah koridor itu. "Lisa lo kenapa?"

Lisa menunjuk-nunjuk kotak kardus yang tadi Angkasa lihat didepan pintu ruang kepala sekolah, kini telah tergeletak dalam posisi miring dan seekor burung merpati putih yang telah tercabik-cabik menyembul keluar dari dalamnya. Darah yang berasal dari hewan mati tersebut pun mengalir keluar hingga mengotori lantai. Mungkin tadi Lisa tidak sengaja menendangnya ketika berjalan.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang