PART 30

1.4K 104 4
                                    

"Tertipu kamu!"

⬇️

Kasak kusuk di sekitaran toilet terdengar sangat ramai. Kabar adanya seseorang yang tertusuk pisau di toilet laki-laki memancing perhatian banyak pengunjung. Ada beberapa yang penasaran dan bergerak mendekat, namun ada pula yang tidak mau terlibat dan lebih memilih pergi dari sana secepatnya.

Sekarang Agatha tidak dalam posisi manapun, ia mencoba menembus beberapa orang yang mulai menyemut di sekitaran toilet dengan wajah cemas. Tak ditemukannya sosok Gahra diantara kerumunan ini.

Berada ditengah-tengah tubuh orang lain membuat nafas gadis itu kian memendek, dadanya pun mulai terasa menyempit. Agatha kembali benjinjit untuk melihat suasana toilet yang dipenuhi oleh orang-orang berseragam keamanan itu, ia ingin segera pergi namun Ghara juga belum menunjukkan tanda-tanda kemunculannya.

Dengan nafas yang semakin tersenggal, Agatha memundurkan langkahnya untuk keluar dari kerumunan. Tangannya menekan dadanya yang semakin terasa nyeri. Keinginannya untuk mencari Ghara masih kuat, namun tubuhnya yang tidak mampu. Rasanya ia ingin menangis saja mengingat dirinya yang selalu dikasihani karena lemah.

Agatha hampir terjatuh ketika seseorang menyenggol punggungnya, tangannya yang lain pun langsung merogoh saku untuk menemukan inhaler karena sesak semakin menguasai dirinya. Berhasil mencapai tempat yang agak lengang, gadis itu segera menghirup benda kecil itu dengan mulutnya.

Kedua matanya terpejam ketika sesak di dadanya semakin menjadi-jadi mengingat kekhawatirannya terhadap Ghara. Inhaler ditangannya hampir meluncur jatuh karena tiba-tiba tangannya bergetar. Agatha masih memejamkan matanya seraya mencoba mengotrol udara yang masuk ke paru-paru nya. Sakit, takut, dan khawatir seolah sengaja menyempitkan saluran pernapasannya.

Sebelum kondisinya semakin memburuk, Agatha merasakan sebuah tangan merengkuh bahunya. Perlahan mendongak, wajah Ghara yang juga tengah menatapnya membuat gadis itu seketika menghela nafas lega. Meskipun cowok itu tak terlihat cukup baik.

"Ghara.. lo gak apa-apa? Lo kemana aja, trus muka lo juga kenapa?" Agatha langsung melontarkan banyak pertanyaan kepada Ghara yang hanya menggeleng pelan dengan raut wajah gelisah. Bahkan ketika tangan kanan Agatha menyentuh pipinya yang terlihat memar, wajah itu semakin menyiratkan rasa bersalah.

"Gue jawab nanti, kita pulang sekarang." Ghara mengambil tangan Agatha dari pipinya dan menggenggam tangan itu erat. Kedua kakinya langsung melangkah pergi dari sana. Namun dalam satu hentakan Agatha bisa langsung menghentikan langkah itu.

"Ghara jawab dulu, lo kenapa?"

"Gue gak apa-apa, gue cuman gak sengaja terlibat waktu ada dua orang yang lagi berantem di toilet." Balas Ghara cepat. Entah karena intonasi suara Agatha yang lemah, atau memang cowok itu memang sedang membentak.

Gadis yang menjadi lawan bicaranya pun menggeleng pelan, kurang puas dengan jawaban itu. Ia tidak mau Ghara terlibat apapun, apalagi jika cowok ini tertuduh dalam kasus pembunuhan. "Trus yang ketusuk?"

"Gue gak kenal, kita harus pergi sekarang—"

"Ghara.."

"Agatha muka lo pucet."

Gadis itu diam seraya sedikit menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena Ghara hanya sedang mengutamakan dirinya. Seharusnya Agatha menurut saja, bukannya memberikan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak penting untuknya itu. Seharusnya juga Agatha senang karena cowok didepannya ini sangat khawatir dan perhatian padanya.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang