“Salah satu kesalahan terbesar yaitu menganggap semua temen gue itu baik dan tulus.”
⬇️
Pagi yang seharusnya menjadi hari bagus berubah buruk ketika semua siswa-siswi SMA merah putih telah berkumpul di lapangan. Jika pada hari senin biasanya masih terdengar suara bisik-bisik di setiap kelas meskipun upacara telah dimulai, senin ini semuanya tampak enggan membuka mulut bahkan sampai bendera telah dinaikkan.
Nada menoleh ke arah kelas sebelah, kelas IPS 3. Ia tak henti-hentinya menatap Ghara yang berada di barisan paling depan, wajahnya datar dan masih meninggalkan bekas luka. Begitupun siswa lainnya meskipun sebagian besar masih belum masuk sekolah.
Suasana langsung senyap seolah tak ada makhluk hidup disana ketika Pak Budi telah berdiri di atas mimbar. Semua guru yang berbaris di belakangnya tampak menunduk, tak mau ikut campur.
Pak Budi berdehem sekali sebelum ia mengucapkan 'selamat pagi' yang tak disambut oleh murid-murid. Disisi lain Nada tersentak kaget ketika Vidya, teman sekelasnya, mengajak berbicara.
"Nada, lo kemaren ikutan ya?" Bisiknya sangat pelan karena suasana seperti tidak mendukung adanya suara lain selain suara Pak Budi. Nada menghela nafas sejenak lalu menggeleng.
"Ah, bohong, muka lo banyak luka begitu." Lanjut Vidya yang tentu saja tidak percaya. "Kalok lo mau ikutan gausah ngajak Angkasa bisa? Lo bikin muka ganteng dia rusak tau.."
Mendengar hal itu, Nada membuang nafas kasar seraya membentuk senyum sinis. Ternyata Vidya masih saja mengincar Angkasa. Gadis itu lalu menoleh dan ikut berbisik, "Gue gak bohong, susah jelasinnya, lo gak bakalan ngerti."
Vidya memanyunkan bibirnya dan tak mau mengajak Nada berbicara lagi.
Kembali pada Pak Budi, orang itu terlihat santai dan tidak merasa bersalah sama sekali. "Saya, selaku kepala sekolah SMA merah putih, tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali. Semua hal kalian ingin dibicarakan dengan saya, seharusnya bisa langsung ke kantor kepala sekolah."
Tak ada yang menyahut, semuanya menunduk seolah mendengarkan dengan khusyuk padahal sebagian besar siswa pasti sedang menahan emosi. Pak Budi kembali melanjutkan bacotan tak berguna nya.
"Kejadian kemarin sepertinya berdampak besar pada sekolah kita, terutama mengenai perlombaan yang berhubungan dengan sekolah lainnya. Juga mengenai ujian akhir semester ganjil ini."
Masih tak ada suara, Pak Budi menghela nafas berat lalu mengucapkan kalimat yang membuat semua murid mengangkat kepalanya. "Saya yang akan menanggung semua biaya perbaikan fasilitas sekolah yang rusak."
Guru-guru yang awalnya tak ingin ikut campur pun menoleh dan menatap Pak Budi dengan sorot mata tidak yakin. Terlebih lagi ketika si kepala sekolah mengumumkan hal yang lain.
"Ujian akhir semester ganjil akan dilaksanakan mulai dari tanggal 2 Desember."
Seluruh siswa-siswi saling berpandangan, mengapa begitu mendadak? Seenak bapak ini saja memberi tahu. Sedangkan Nada tidak peduli, yang ia tidak suka yaitu ketika ujian ia harus duduk dengan adik kelas yang super berisik seperti saat UTS lalu. Ia tak bisa fokus.
"Baik sepertinya cukup, saya ulangi sekali lagi, jangan ada kejadian seperti kemarin terulang lagi. Terima kasih dan selamat pagi!"
• • •
![](https://img.wattpad.com/cover/218251241-288-k256915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Teen Fiction[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...