"Gue tau, lo sebenarnya peka cuma sengaja menghindar dan menyangkal perasaan gue kan?"
🌃
Duk duk duk
Suara yang sama terus terdengar dari kursi kayu panjang itu saat tumit gadis yang duduk diatasnya mengetuk-ngetuk ke bagian kaki kursi. Sekolah telah usai, berarti waktu telah membawa Nada pada saat ia harus kembali melanjutkan pembelajaran non-akademik dalam sebuah kegiatan ekstrakurikuler basket. Tetapi tebak mengapa sekarang gadis itu masih duduk sendirian di tempat yang jauh dari lapangan basket?
Nada menghentikan gerakan kakinya sebelum kemudian menghela nafas, teringat dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Saat Keysa yang akhirnya mendatangi Nada di kelas sebab setelah cukup lama ditunggu gadis itu tak kunjung muncul di lapangan. Dengan sedikit kebohongan, Nada mengatakan bahwa ia tidak bisa ikut dalam permainan hari ini karena kepalanya masih terasa sakit.
Lagi-lagi Nada menghela nafas ketika ia teringat dengan kata-kata yang sempat ia lontarkan pada Keysa tadi. Dengan entah mengapa mulutnya tiba-tiba mengucapkan, "Gue absen ya hari ini, posisi gue mending lo isi sama Lisa aja, dia pasti mau."
Sungguh, gadis itu sekarang benar-benar menyadari bahwa saat sedang kesal ia akan kehilangan kendali sepenuhnya pada dirinya sendiri. Dan sekarang Nada baru menyesal karena kata-kata itu membuatnya seolah sedang memperjelas perselisihannya dengan Lisa di hadapan Keysa. Meskipun gadis yang memegang peranan sebagai ketua tim basket putri itu terlihat tidak mempermasalahkan kata-kata Nada sama sekali.
Nada menyandarkan kepalanya pada dinding yang membuat pandangan gadis itu terangkat hingga wajahnya terkena pancaran sinar matahari dari arah samping. Awal bulan memang selalu membuat bola panas di langit itu terus memamerkan sinarnya, berbanding terbalik dengan Nada yang kian hari seolah semakin meredup.
Perlahan Nada menolehkan kepalanya ke kiri, menatap langsung perubahan di lapangan belakang sekolah yang dahulu sangat sepi itu. Saat ini sebenarnya Nada tengah duduk di lantai dua sekolah yang sudah pasti merupakan area siswa kelas 12. Di antara jajaran kelas di lantai dua, terdapat satu bagian kosong yang di pasang sebuah pagar pembatas dan diletakkan kursi-kursi panjang, sehingga lapangan belakang sekolah dapat terlihat dengan jelas dari atas sini. Biasanya para senior yang duduk atau mengerjakan tugas disini, namun tempat ini langsung sepi setelah memasuki semester genap yang menandakan semakin dekatnya hari kelulusan sehingga Nada dapat dengan leluasa duduk disini.
Masih sambil menatap lapangan belakang sekolah, Nada jadi teringat dengan saat-saat dimana ia dan teman-temannya sering menjadikan tembok di belakang sana sebagai akses untuk keluar dari wilayah sekolah dan membolos. Belum lagi saat mereka merokok dengan berlindung di balik tembok itu agar tidak diketahui oleh orang lain. Dan jangan lupakan pula saat mereka berempat diam-diam menyelinap masuk ke kantor kepala sekolah di malam hari melalui pohon di lapangan itu.
Rambut gadis yang tengah melamun itu perlahan bergerak saat semilir angin tiba-tiba berhembus. Nada lalu menggeser posisi duduknya dan melipat kedua tangannya di atas pagar pembatas meski sedikit sulit karena posisi pembatas itu lebih tinggi, bibirnya menarik senyum tipis menatap perubahan yang memukul keras lapangan itu.
Tidak ada lagi rerumputan penuh serangga yang menjadi pijakannya, melainkan sebuah lapangan sepak bola dengan rumput hijau tipis yang lebih rapi. Tidak ada lagi tembok kusam yang menjadi pembatas antara wilayah sekolah dengan jalanan kecil dibelakang sana, melainkan bangunan-bangunan baru yang akan menjadi kelas. Tidak ada lagi pohon beringin besar yang menuai kesan angker dari seluruh penghuni sekolah, melainkan bangku-bangku penonton di pinggir lapangan yang dibuat dari kayu pohon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Teen Fiction[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...