PART 44

916 94 21
                                    

"Siapa yang tahu, sedetik yang lalu, banyak hal buruk yang terjadi di belakangmu."

️🌃

Matahari telah mengintip di ufuk timur dan gadis yang telah melepaskan sepatunya itu baru menginjakkan kaki di rumah. Agatha sekeras mungkin berusaha untuk tidak membuat suara, dan tidak membuat ibunya terjaga. Bisa-bisa ia dimarahi karena baru pulang jam segini.

Gadis itu baru pulang dari acara ulang tahun Vidya dan dapat sampai di rumah dengan selamat berkat Ghara yang menggunakan mobilnya untuk mengantar Agatha pulang. Awalnya cowok itu hendak menemui ibu Agatha terlebih dahulu sebelum pergi, tetapi gadis itu segera menahannya sebab takut Kirana akan marah dan menyalahkan Ghara atas keterlambatan pulangnya, seperti dahulu.

Baru saja ingin bernapas lega karena telah sampai di puncak anak tangga, Agatha tersentak saat melihat wanita yang ia takutkan akan memarahinya telah menunggu diatas sana. Dari tatapannya, Agatha tahu ibunya pasti tidak senang dengan keputusannya untuk pulang sepagi ini.

"Jam berapa ini Agatha?" Tanya Kirana dengan suara pelan namun terdengar tegas. Agatha menelan ludah sesaat untuk mengurangi kegugupannya.

"Jam empat ma,"

"Kamu janjinya pulang jam berapa?" Tanya Kirana lagi dan hal itu spontan membuat genggaman Agatha pada sepatu di tangannya mengerat. "Mulai banyak tingkah kamu ya."

Agatha masih tetap diam sambil tertunduk. Sudah pasti wanita didepannya itu tidak akan senang karena ia berjanji akan pulang lebih awal, tentu saja Agatha harus mengatakan hal itu untuk mendapatkan izin dari ibunya agar dapat keluar di malam hari. Kirana melangkah mendekati putrinya dan seketika mendengus melihat wajah Agatha yang semakin pucat sebab kelelahan.

"Mama udah bilang jangan kecapekan kan? Kalau asma kamu kambuh siapa yang repot? Kamu udah besar Agatha, jangan nyusahin orang terus!" Kirana mengucapkan kata-kata itu dengan penuh kekesalan. Gadis yang menjadi sasaran amarah ibunya itupun semakin menciut.

Setelah menghela nafas, Kirana kembali bertanya dengan intonasi yang telah menurun, "Diantar siapa kamu pulang?"

"Ghara," jawab Agatha pelan dan seketika membuat ibunya kembali mendengus.

"Anak laki-laki itu lagi? Pasti selalu dia yang ngajak kamu entah kemana-mana." Omelan Kirana yang sepertinya tidak akan selesai dengan cepat sejenak membuat Agatha menghela nafas sesaat. Gadis itu lega telah mengambil keputusan yang tepat dengan menyuruh Ghara cepat-cepat pergi dari kawasan rumahnya.

Dahulu pernah, saat Agatha masih bersekolah di SMA lamanya, Ghara pernah menjemputnya dan mengantarkannya ke rumah dengan sedikit terlambat. Dan Kirana tanpa pikir panjang langsung menyalahkan cowok itu seraya mengatakan bahwa Agatha adalah gadis lemah yang tidak mampu di ajak bermain seperti gadis yang lain. Padahal hari itu, Agatha lah yang ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Ghara.

Perkataan yang di ucapakan oleh Kirana selanjutkan membuat Agatha sedikit mengangkat wajahnya, "Dengar ya Agatha, mulai sekarang kamu jangan macam-macam. Kalau kamu gak nurut sama Mama, penyakit kamu bisa semakin parah dan Mama harus kehabisan banyak uang cuma buat kamu!"

Agatha menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca, dadanya selalu sesak jika Kirana telah membahas mengenai biaya yang seharusnya telah menjadi kewajiban wanita itu sebagai orang tua. Agatha tidak mau menyadari bahwa ibunya selama ini merawatnya secara terpaksa.

"Kalau memang Ghara itu gak baik buat kamu, jauhi dia." Dan kata-kata Kirana itu seketika membuat Agatha mengangkat kepalanya, tak ragu menatap ibunya dengan pandangan tidak terima.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang