PART 43

900 95 12
                                    

"Ibarat kupu-kupu, gue rasanya pengen balik jadi ulat aja."

️⬇️

Pusing. Erza berulang kali memukul kepalanya sendiri. Cowok itu tengah melangkah kesana-kemari dengan tidak tenang di belakang gedung tempat acara ulang tahun Vidya diselenggarakan. Kepalanya sakit, ingatannya kacau, dan perasaan bersalah seolah terus-menerus menekan dadanya.

"Bodoh, bodoh, bodoh," Gumam Erza seraya mengacak rambutnya sendiri. Tidak ada perasaan menyesal saat ia mengetahui semua hal yang telah terjadi ini, tetapi kepalanya yang seperti akan pecah sebab satu-persatu ingatan yang seharusnya muncul di waktu lalu malah muncul sekarang hingga bertumpuk, dan hal itu membuatnya baru menyadari hal-hal yang seharusnya telah ia sadari sejak dahulu.

Beberapa saat yang lalu, saat acara masih berjalan dengan baik, Erza yang awalnya tinggal sendirian di mejanya memutuskan untuk beranjak. Cowok itu sempat melihat Angkasa yang berdiri didekat para kakak kelas dan Erza tidak mau bergabung dengan mereka karena menurutnya obrolan mereka pasti sangat membosankan.

Dan dengan tanpa disengaja, Erza yang berdiri tak jauh dari Nada, mendengar satu kalimat yang terucap oleh cowok didekat Nada itu. Dan kalimat itu bagai sebuah balok kayu yang menghantam kepala Erza hingga membuatnya membeku.

"Agatha, gue suka sama cewek yang namanya Agatha."

Ucapan Ghara itu berputar-putar di dalam kepala Erza hingga menimbulkan dengungan. Situasi ramai disekitarnya tak lagi terdengar dan yang ada hanyalah rentetan peristiwa lampau yang dahulu tak terikat didalam otaknya.

Dimulai dari saat Nada dengan riang mengatakan bahwa ia menyukai siswa kelas sebelah yang bernama Ghara, lalu saat ia dan Nada hendak menjenguk Galuh dan Nada juga mengatakan bahwa ia berteman dengan seseorang bernama Agatha, hingga saat ia hendak terapi di rumah sakit dan tanpa sengaja menyaksikan kedekatan Ghara dengan Agatha, dan terakhir yang paling membuat Erza merasa tidak berguna adalah saat ia dan Galuh berbincang di lantai dua sekolah dan jelas sekali saat itu Galuh mengatakan bahwa ia tertarik dengan siswi baru bernama Agatha. Erza mengumpat pada dirinya sendiri, sebab saat itu Galuh hanya mengatakan hal itu kepadanya dan dengan bodohnya Erza tidak bisa mengingat apapun.

Setelah menyusun semua hal yang terjadi ini satu-persatu, Erza segera memberitahukannya kepada Angkasa sebab ia takut melupakannya lagi. Meski awalnya cowok itu tak mengerti karena Erza terlihat sangat panik, akhirnya Angkasa paham dengan situasi yang melibatkan kedua temannya itu. Setelahnya pandangan Angkasa segera mengedar untuk mencari keberadaan Nada, dan pada saat itulah ia langsung membenarkan perkataan Erza sebab Angkasa samar melihat gadis yang tengah duduk disebelah Ghara itu tengah menahan tangis. Sangkin terpakunya ia pada tatapan Nada, Angkasa sampai tidak sadar bahwa Lisa yang berdiri disebelahnya tengah menautkan lengan mereka dan Erza yang telah pergi dari hadapannya dengan terburu-buru.

"Bangsat!!" Erza memukul dinding dengan keras. Tak ada satupun orang di belakang gedung ini sehingga ia bebas melampiaskan kemarahan pada dirinya sendiri.

Semua tidak akan separah ini jika Erza mampu untuk mengingat semuanya dan memberitahukan semua hal yang berkaitan itu kepada teman-temannya terlebih dahulu, sebelum mereka menaruh perasaan lebih dalam. Erza menumpukan kedua lengannya pada dinding, kepalanya menunduk dalam dan tahu-tahu cairan bening terlihat di pelupuk matanya. Ia merasa paling bersalah disini.

Namun semuanya juga tidak akan lebih baik jika Erza memberitahu teman-temannya bahwa ia memiliki kemampuan menciptakan ingatan baru yang rendah. Erza membalikkan tubuh yang kemudian merosot ke tanah, dengan punggung yang bersandar pada dinding Erza menutup matanya. Didalam hati, untuk yang kesekian kalinya cowok itu memaki penyakit yang entah kenapa harus memilihnya. Penyakit yang tanpa sadar menghancurkan hubungan pertemanannya.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang