PART 39

1K 97 9
                                    

"Seharusnya dari awal diantara kita gak boleh ada kepura-puraan."

⬇️

Sesuai dengan cuaca di sore tadi, malam ini pun begitu cerah, bahkan cenderung panas. Tetapi suasana tetap saja gelap dan sepi sebab jam telah menginjak lewat tengah malam. Tetapi cowok dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku hoodie itu masih melangkahkan kakinya di jalanan nan sunyi yang merupakan jalur utama menuju rumahnya.

Angkasa menghentikan langkahnya didepan pagar rumah yang sangat tidak asing baginya. Rumah gadis yang selalu berhasil mencuri perhatiannya. Pandangan cowok itupun terpaku pada keadaan rumah Nada yang terlihat sangat sepi, bahkan tak ada satupun lampu yang menyala di tempat itu. Meski menyernyit dan perasaan ingin tahu muncul, Angkasa tetap mengerti batasan dan melanjutkan langkahnya karena tak mau mengganggu Nada yang mungkin saja tidak ada di dalam rumah.

Derap langkah Angkasa sampai terdengar sangkin sepinya keadaan, hanya satu dua kendaraan yang sesekali lewat karena memang kawasan rumahnya terbilang cukup lengang. Untung lah libur akhir tahun telah tiba sehingga Angkasa tak perlu lagi berlama-lama berkutik dengan buku, hasil raportnya sudah cukup memuaskan orang tuanya. Niat awal cowok itu untuk mencari angin sebentar pun gagal total, kakinya seolah bergerak sendiri untuk tidak cepat sampai di rumah sehingga pikirannya pun dapat terbebas kemana-mana. Dan seperti sekarang, pikirannya sibuk menerka apa yang akan terjadi di masa depan jika semua masalah yang timbul sekarang tidak kunjung selesai.

Helaan nafas panjang terhembus dari mulutnya. Otaknya lebih lelah dari pada tubuhnya. Angkasa yang sebelumnya melangkah dengan laju normal seketika berubah melambat ketika tak sengaja didengarnya ada derap langkah lain didekatnya. Cowok yang tadinya setengah melamun itu langsung berusaha memfokuskan pikiran.

Benar saja, ketika ia bergerak memutar badan satu serangan mendadak menghantam rahangnya. Spontan namun pasti, Angkasa mengangkat kakinya dan menendang keras perut orang yang tiba-tiba menyerangnya itu. Dan tidak mau melewatkan efek tendangannya, saat orang itu membungkukkan tubuhnya Angkasa kembali menghentakkan sikunya pada punggung lawannya hingga membuat orang itu tersungkur ke aspal jalanan.

Keinginan untuk menendang kepala pria yang belum ia lihat wajahnya itu sempat muncul, namun untungnya Angkasa tidak hilang kendali dan masih memikirkan dampaknya jika ada seseorang yang melihat perlakuannya. Tak mau dituduh melakukan penganiayaan, Angkasa hanya menahan tubuh pria yang sekarang terbatuk-batuk dalam posisi terlungkup itu menggunakan lututnya. Namun setelahnya cowok itu mengernyit ketika batuk pria asing itu lama-kelamaan berubah menjadi kekehan.

"Wahh, ternyata refleks mu cepat juga ya.." ucap pria itu yang semakin membuat kerutan di dahi Angkasa bertambah, meski tak ada ujaran penuh tanya yang keluar dari mulutnya.

Pria itu kembali terbatuk, "Bisa tolong lepaskan saya, kamu salah jika menganggap saya adalah ancaman."

Kali ini Angkasa yang terkekeh, "Mana ada orang waras yang tiba-tiba nyerang orang lain tanpa maksud apa-apa."

"Begitu rupanya, awalnya saya kira kamu sudah tau siapa saya, tetapi sepertinya saya perlu memperkenalkan diri terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman." Tutur pria itu dengan suara seraknya. "Saya Prima."

Angkasa menaikkan kedua alisnya, jadi ini orang yang bernama Prima itu, spontan ia lebih menekan lututnya yang menahan punggung pria itu. Prima kembali terbatuk dan lagi-lagi diakhiri dengan kekehan. "Ada apa? Sepertinya perkenalan diri saya kurang ramah."

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang