PART 42

1.1K 92 21
                                    

"Semesta punya rencana apa sih, buat apa bikin benang takdir kita saling bertautan sampai kusut gini?"

⬇️

Malam ini pun tiba, saat dimana penghujung tahun benar-benar tinggal dalam hitungan jam. Dan malam yang cerah ini datang bersamaan pula dengan acara yang sudah hangat diperbincangkan seluruh murid di sekolah sejak beberapa minggu yang lalu. Acara ulang tahun salah satu siswi populer di SMA Merah Putih, Vidya.

Meskipun sebagian besar tamu undangan lebih tertarik dengan saat 'berkumpul bersama teman saat tahun baru' daripada 'merayakan ulang tahun ke tujuh belas Vidya', namun belum apa-apa malam ini sudah terasa sangat spesial.

Nada yang tengah duduk di dalam mobil Lisa lagi-lagi menghela nafas. Kepalanya kembali menoleh pada gadis disebelahnya yang tengah fokus menyetir. Keduanya sepakat berangkat bersama untuk menghadiri acara ulang tahun itu, dan beruntungnya malam ini Lisa diperbolehkan menggunakan mobil orang tuanya.

Sepanjang perjalanan diisi keduanya oleh obrolan-obrolan ringan seraya sesekali saling melempar candaan. Walau sempat terjebak macet sebab malam ini jalanan berubah menjadi sangat padat, akhirnya Lisa berhasil sampai dan memarkirkan mobilnya didepan halaman gedung tempat acara diselenggarakan sebelum malam semakin larut.

"Huhh.. udah hampir jam 10 aja, agak telat kita nih." Gerutu Lisa sambil mengecek posisi waktu melalui ponselnya. Gadis itu dengan segera melepas seat-belt nya.

Nada yang ada disampingnya pun hanya bergumam tanpa menjawab lebih, namun saat Lisa telah hampir membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan itu barulah Nada berujar untuk menahan pergerakan temannya itu.

"Lisa, ini.. berlebihan gak sih?" Tanya Nada seraya menunjuk wajahnya sendiri. Memang malam ini Nada sedikit memoleskan make-up ke wajahnya, tentu saja alat-alat kecantikan itu adalah milik Mira dan Nada berhasil menggunakannya berkat tuntunan dari Lisa. Tetapi entah kenapa gadis itu sekarang malah merasa bahwa komposisi warna di area wajahnya itu terlalu berlebihan.

"Enggak Nada, lo cantik, masa lo gak percaya sama gue yang udah bantuin lo pake make-up ini." Lisa membalas dengan seolah-olah sedang kesal. Nada semakin merasa tidak enak karena memang tadi ia yang menelpon Lisa dan meminta bantuan.

"Iyaa.. tapi gue gak nyaman aja."

"Itu karena lo gak terbiasa pake make-up, lo cantik kok sekarang." Lisa melebarkan senyumnya untuk meyakinkan Nada, "Ayo kita masuk sama-sama."

Kedua gadis dengan gaun berwarna gelap itu bersiap keluar dari mobil, namun lagi-lagi Lisa yang sudah keluar dan menginjakkan kaki ke tanah dipanggil oleh Nada. "Lisa, lo masuk duluan deh, gue mau nelpon kakak gue dulu sebentar."

Lisa menaikkan salah satu alis seraya mensejajarkan wajahnya pada jendela mobil untuk menatap Nada yang masih duduk didalam, sesaat kemudian gadis itu mengangguk kecil, "Oke, jangan lama-lama, kadonya langsung gue bawa aja ya."

Setelah mendapat balasan berupa anggukan kepala dari Nada, Lisa pun melangkah pergi dengan seorang satpam gedung yang membantunya membawa bungkusan hadiah. Entah sebab apa setelah itu Nada menghela nafas lega, segera gadis itu mengambil beberapa lembar tissu dan mengusapkan benda itu ke wajahnya dengan bantuan cermin depan mobil.

Bukannya ia tidak menghargai bantuan Lisa, tetapi kepercayaan dirinya justru menurun jika berpenampilan seperti ini. Tentu saja Nada harus berbohong dengan berkata ingin menelpon kakaknya kerena takut jika harus menghapus riasannya didepan teman yang telah membantunya itu.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang