ENAM PULUH DUA

601 53 4
                                    

"Akhhh".

"Pelan-pelan kenapa, ini sakit tau!". Jennie mendelik menatap Irene. Sedangkan Irene hanya mengangguk lalu fokus kembali.

"Apa sudah?". Tanya Jennie.

"Kuarasa belum sebentar lagi,tahan ne". Jennie mengangguk. Membiarkan Irene kembali mengobati keningnya yang sedikit membiru.

"Sudah". Ucap Irene.

Irene menatap Jennie. Merasa bersalah karena dirinya tadi tak melihat. Alhasil jidat Jennie jadi korbannya.

Tadi saat dirinya,ingin mencium Jennie tetapi karena tak melihat ada slime. Irene kira itu sejenis binatang yang memiliki kulit seperti slime. Lembek

Karena kaget,Irene yang hilang keseimbangan malah menjerit lalu jatuh. Irene si tak apa karena jatuhnya tak seperti Jennie.

Irene meringis melihat Jennie yang tengkurap. Irene tak tahu bagaiman dirinya lupa menjatuhkan Jennie.

"Sayang?". Jennie menoleh sembari mengerucutkan bibirnya.

"Apa!". Irene memelas saat mendengar nada tak santai Jennie.

"Biasa saja".

"Biasa dahiku benjol,Unnie". Ucap Jennie lalu berjalan keluar menuju ruang yang terdapat televisi.

Irene mengikuti Jennie.

Dapat Jennie lihat Irene yang cemberut melalui pantulan kaca lemari hias. Jennie tetap melanjutkan acara kesalnya. Membiarkan Irene membuntuti dirinya.

Jennie kedapur Irene mengikuti dibelakang.
Jennie kekamar mengambil handphone Irene mengintil.
Jennie mengambil camilan Irene tetap mengikuti.

Lama kelamaan Jennie jengkel dengan Irene. Tau seperti itu kenapa tadi dirinya tak minta diambilkan saja?

"Aduh". Jennie berbalik menatap datar Irene yang menabrak bagian kepala belakangnya

"Kenapa tak bilang jika ingin berhenti". Ucap Irene sembari mengusap dahinya. Tak terlaku sakit si tapi ya lumayan membuatnya meringis.

Jennie ingin tertawa karena dia pikir ini satu sama. Tapi tak jadi saat ingat dirinya sedang ngambek.

"Berhenti mengikutiku,kalau ingin kenapa tak kau saja yang mengambil ice creamnya?". Ucap Jennie setelah mengambil satu cup ice cream.

Irene menatap Jennie kesal. Enak saja masa iya dirinya yang mengambil. Tolong ya malas!. Padahal dari tadi dirinya tak malas mengikuti Jennie.

"Kau,kenapa menatapku seperti itu.Mau aku colok matanya?". Ucap Jennie sembari memperagakan dua jarinya kedepan membentuk garpu bengkok.

"Sadis sekali". Ucap Irene lalu ikut duduk depan Jennie

"Jennie-ah".

"Heum?".

"Jennie-ah?".

"......"

"Jennie-ah?".

"......."

"Jen_

"Berhenti memanggilku,kau ingin bicara apa?". Jennie menatap sebal. Sedari tadi Irene hanya memanggil saja bicara tidak. Hadeuh..jadi Haredang haredang....

"Itu". Tunjuk Irene

Jennie mengikuti arah tunjukan Irene. Mata kucing Jennie melotot kala melihat kekasihnya malah menunjuk kearah payudaranya.

Maksudnya apa?

Jennie segera menghalangi dengan kedua tangannya. Irene memutar bola matanya malas. Padahal dari tadi dirinya sudah lihat. Tak papa

"Tutup matamu,Unnie". Irene menuruti perkataan Jennie.

Jennie segera mengancingkan kembali kancing bajunya yang terbuka tadi. Hadeuh....

"Sudah buka matamu" suruh Jennie.

Dalam hati,ingin sekali Irene menertawai Jennie. Tapi tak jadi saat melihat wajah Jennie.

***

Jennie melihat jam yang bertengger ditangannya.  Lalu,menatap kedepan saat tak menemukan tanda-tanda yang mencurigakan.

Ponselnya kembali bergetar. Nomer tidak dikenal kembali mengirimnya pesan.

Sudah menemukannya?

Jennie pikir itu nomer Krystal tetapi bukan. Jennie masih mencoba tenang saat pikiran negatifnya muncul. Firasatnya akan ada sesuatu yang terjadi.

Sedangkan didepan sana. Pemanggilan satu persatu mahasiswa untuk menaiki panggung,masih berlanjut.

Jennie tersenyum saat melihat Irene.

"Kenapa?" Taeyon bertanya saat melihat gelagat tak menyenangkan dari Jennie. Pikirnya Jennie kembali kambuh.

Tapi saat mendapatkan jawaban Jennie,Taeyon mengangguk dan tersenyum lalu kembali fokus pada acara.

Sebentar lagi. Taeyon dan Tiffany harus berangkat ke busan. Untuk mengurus proyek yang mereka bangun bersama.

"J".

Jennie serta Taeyon menatap orang yang memanggil tadi. Taeyon berpikir mengapa orang ini ada disini,bagaimana bisa?

Sedangkan Jennie?Dirinya tak tahu harus berbuat apa. Ini acara kampus. Tetapi bagaimana Krystal bisa ada disini. Untuk apa?

"Bolehkan kita bicara sebentar?". Jennie mengalihkan pandangannya pada Taeyon.

Bukan mulut yang berbicara alis Taeyon-lah yang spontan terangkat. Taeyon mengangguk.

"Pergilah,aku dengan panyy juga akan berangkat"

"Aku sudah bicara pada Irene,tapi tolong nanti sampaikan lagi ne". Jennie mengangguk. Setelahnya Jennie mengikuti langkah Krystal yang membawanya keluar dari tempat semula.

"Wae?". Tanya Jennie

"Kau ada waktu?m-maksudku bisakah kau menemaiku nanti?". Krystal menatap Jennie penuh harap.

"Mianhe,aku tak tau waktu itu kapan. Sehabis ini aku dengan Irene Unnie akan pergi makan". Krystal tersenyum lalu mengangguk

"Tak apa,masih ada lain waktu. Bagaimana dengan besok?kau bisa?".

Jennie merasa dirinya tak seharusnya begini. Tak apa hatinya sakit,tapi itu dulu. Sekarang kan dirinya sudah bersama Irene.

Kejadian lalu biarlah hanya menjadi kenangan. Dirinya harus berdamai dengan Krystal.

Jadi tak salah bukan jika nanti dirinya menyetujui ajakan,Unnie-nya?

"Heum,akan aku usahakan". Krystal tersenyum lebar. Jennie yang melihatnya gemas sendiri.

Sungguh Jennie tak munafik jika pesona Krystal masih sama seperti dulu. Bahkan sekarang lebih mempesona.

"Gomawo". Jennie mengangguk












Typo?Maafken hehe.....

Vote ya hehe.

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang