EMPAT PULUH SATU

541 48 1
                                    

"Unnie jika ingin berciuman itu tau tempat,apa kalian sengaja supaya aku dan Irene Unnie melihatnya". Serobot Jennie setelah tadi adegan jahil nya gagal. Jennie memang kadang ceplas ceplos

"Maksudmu pamer?". Tanya Irene

Sedangakan pasangan T hanya melihat mereka berdua dengan malas. Selalu seperti ini beberapa kali dia ketahuan tengah berciuman

"Sudahlah lupakan,kenapa kalian baru pulang?". Malu sebenarnya tapi mau bagaimana lagi toh sudah ketahuan. Dan mengalihkan pembicaraan adalah alternatif bagi Tiffany.

"Mencoba mengalihkan pembicaraan,tadi kami makan dulu". Ucap Irene yang tau maksud kakanya itu.

Tiffany dan Taeyon mengangguk lantas,Tiffany dan Irene pamit karena malam sudah semakin larut. Karena besok pagi-pagi sekali Tiffany ada rapat.

Setelah kepergian mereka. Kini tinggal Jennie dan Taeyon. Masih di halaman rumah. Dengan gazebo yang mereka tempati. Mata memandang lurus pada jutaan bintang di langit.

Rasanya biar mereka tak sedarah tetapi ikatan saudara mereka melebihi ikatan saudara kandung. Seperti yang selalu mereka lakukan jika ada waktu, mereka selalu menghabiskan waktu malam dengan melihat bintang.

Sederhana memang tetapi begitu berarti. Di yakini bahwa bintang yang paling bersinar adalah ibu mereka yang sedang melihat kedua anaknya.

"Unnie lihat,itu eomma bukan?". Tanya Jennie seraya menunjuk bintang yang dirinya lihat paling bersinar diantara lainnya. Dulu saat Jennie merasa rindu maka Taeyon selalu mengajaknya melihat bintang. Seperti yang mereka lakukan sekarang.

Taeyon mengangguk lantas berucap"Ne, itu Eomma".

Selalu ada ketakutan didiri Taeyon maupun Appa nya. Setiap kali Jennie sakit mereka terlalu cemas. Itu mengapa Jennie sedikit dikekang,ditambah lagi kecelakaan yang menimpa Jennie saat dulu sehingga ada beberapa memori yang terlupakan.

Awalnya Jennie tak mengenal wajah ibunya tetapi dengan perlahan Taeyon dan Papanya berusaha mengembalikan ingatan Jennie. Dan berhasil sekarang satu memori yang sempat terlupakan Jennie kembali lagi.

Terlalu asik dengan lamunanya Taeyon tak menyadari jika adiknya sudah menunduk dengan wajah sedih.

Diusapnya kepala sang adik. "Kenapa?"

"Aku rindu Eomma Unnie". Selalu begini,ditariknya tubuh adiknya untuk di peluk. Tak lama Jennie menangis. Dia sempat marah pada dirinya bagaimana bisa dia melupakan sosok ibunya. Tapi berkat dorongan kakak dan appa nya dia sudah tak menyalahkan dirinya lagi.

"Unnie hikss.. hiks.."

Sedangkan Taeyon menahan untuk tidak mengeluarkan suara karena tangisannya. Masih memeluk adiknya segera diusap air matanya. Dia tak ingin Jennie melihatnya menangis.

"Sudah,eomma sudah bahagia disana. Kaupun juga harus bahagia. Bukannya seperti yang dikatakan Eomma?".

Jennie mengangguk,biar manapun juga hidup harus tetap berlanjut.

"Dengar,kau harus bahagia jangan bersedih lagi disini ada Unnie Appa orang-orang yang menyayangimu maka dari itu teruslah tersenyum jangan biarkan mata indahmu mengeluarkan air nya oke". Diusapnya segera air mata yang masih meluncur itu. Lantas Jennie tersenyum pada kakanya bahwa benar adanya yang Taeyon ucapkan, masih ada orang-orang yang senantiasa menyayanginya.

"Sudahlah kau masuk disini dingin,pergi dan tidurlah Ne". Diciumnya kening Jennie. Sebelum Jennie mengangguk dan berlalu.

Masih memandang punggung Jennie. Taeyon lantas mengengadahkan kepalanya keatas.

Lantas berucap "Tuhan,berilah kesempatan yang panjang untuk adik manisku". Lalu "Eomma lihat ruby kecilku sekarang semakin cantik,dia bahkan terlihat dewasa eomma,tetapi sifat manja masih ada". Diiringi dengan kekehan tetapi mata tak bisa berbohong masih dengan menganggap bahwa bintang itu adalah eommanya Taeyon merunduk mengigit bibir bawahnya agar tak menangis. Tetapi sekuat itu Taeyon menahan dia tetap menangis juga pada akhirnya.

"Eomma aku merindukanmu eomma"

"Irene,Unnie pergi dulu sarapan sudah ada di meja Ne?"

Setelah mendengar teriakan Irene yang menjawabnya lantas Tiffany berjalan keluar dari rumahnya. Sesaat senyum manis yang mengakibatkan mata indahnya melengkung itu tercipta tat kala melihat Taeyon sedang berdiri didepan mobil.

"Tidak mengabariku dulu". Sedangkan Tiffany menanyakan itu Taeyon malah mengecup bibirnya singkat.

"Ani ini kejutan hehe". Ditariknya Tiffany untuk segera berangkat. Hari ini mereka berangkat bersama,walau beda tujuan sekali pun.

"Jendeuki!"".

Kadang Jennie malu sendiri jika Jiso sudah berteriak seperti sekarang. Orang-orang melihat kearahnya dengan macam-macam tatapan. Dia baru saja beberapa langkah dari letak mobilnya.

"Wae Unnie tak usah berteriak".

"Hehe jika tidak berteriak kau tidak akan menghentikan langkahmu itu"

"Sudahlah ada apa Unnie?"

"Jam mu pagi ini?". Tanya Jiso saat mereka sudah mulai untuk berjalan kembali.

"Ne,kau sendiri?"

"Iya,kau berangkat dengan Irene Unnie?". Jennie menggeleng karena memang dia tak bersama Irene hari ini jam kelasnya berbeda dengan Irene.

"Jam ku dengannya berbeda Unnie". Jiso mengangguk sebelum kembali berkata tetapi tak jadi saat tiba-tiba ada yang memanggil Jennie. Sedangkan Jiso saat orang itu akan sampai pada tempatnya handphone nya berbunyi dan segera pamit pada Jennie.

"Unnie?"

"Kau pasti heran aku disini,tapi mau bagaimana lagi aku terlalu memikirkan bunga ini jika terlalu lama dibiarkan maka akan layu seharusnya aku memberimu kemarin tetapi kurirnya malah kecelakaan".

Sedangakan Jennie masih terheran,Wendy lantas memberikan buket bunga yang sudah dia pesan kembali. Sebenarnya berbeda dengan bunga yang kemaren dia pesan.

Karena tak mendapat respon apapun dari Jennie, Wendy lantas berucap kembali. "Kenapa hanya diam?"

"Mianhe Unnie aku hanya heran saja,kau rela jauh-jauh kesini hanya memberiku bunga ini?". Heran Jennie seraya mengambil bunga yang disodorkan Wendy.

"Wae,kau tak suka?bukannya ini buket favoritemu?"

"Anniyo hanya saja aku kira kau akan membelikan ice cream dan donuts untukku". Wendy terkekeh dengan jawaban gadis didepannya,makanan ini adalah salah satu makanan kesukaan mereka setiap menghabiskan waktu bersama.

"Kenapa tertawa?apa ada yang lucu?"

"Kau yang lucu,jika ingin itu aku bisa membelikannya tetapi tidak sekarang ini masih pagi. Pergi dan belajar Ne". Jennie mengangguk setelah tadi menyimpan bunga pada mobilnya kembali. Dan Wendy juga sudah kembali kerutunitas kerjanya.

Sekitar pukul 13.40 Irene baru saja keluar kelas dan menyelesaikan jam kuliahnya hari ini. Ditemani Seulgi berjalan menuju kantin dimana Jiso sudah disana.

"Chu?". Panggil Seulgi kala melihat hanya ada kekasihnya sendiri. Kemana  manusia chimpuk dan manusia mandu itu?

"Kau sendiri?kau bilang tadi ada Jennie juga". Tanya Irene setelah duduk di depan Jiso dan Seulgi.

"Ne tadi Jennie keparkiran sebentar katanya ada seseorang yang ingin menemuinya". Ucap Jiso seraya memperhatikan Seulgi yang tengah asik meminum minuman miliknya.

"Lalu chimpuk?". Tanya Seulgi

"Dia kan tidak ada jam kuliah hari ini,mungkin sekarang sedang berduan dengan lisa". Seulgi mengangguk tetapi Irene merasa tak sabaran ingin bertemu dengan Jennie.

"Aku mau menyusul Jennie". Tanpa menunggu balasan dari Jiso dan Seulgi Irene berlalu begitu saja.




Sorry for typo!





















Enjoy guys

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang