TIGA PULUH TUJUH

621 61 8
                                    

Kamu pernah merasakan bagaimana menunggu seseorang?Seseorang yang sudah berjanji?Tak ada kepastian memang sama halnya dengan yang iren lakukan,walau jika dipandang itu hanya sebatas ucapan anak kecil tetapi  berbeda dengan dipikiran Iren menurutnya itu bukan hanya sebatas ucapan anak kecil.

Walau sekarang dirinya sudah meyakinkan bahwa orang yang sekarang dekat dengannya adalah dia yang Iren anggap sebagai orang yang selalu ditunggu-tunggu. Tetapi tetap saja perasaan manusia itu masih ada keraguan walau sebanyak kamu mengucapkan bahwa sudah tidak ragu lagi akan sesuatu.

Seperti hari-hari biasanya aktivitas Iren pun seperti itu,pergi kuliah sesekali menengok kondisi restaurant. Yang berbeda adalah belakangan ini dia sudah nyaman menikmati salah satu karya Tuhan, Wajahnya yang cantik mata indahnya seakan menarik dirinya untuk menatapnya lamat-lamat.

Jika dideskripsikan bagaimana perasaan Iren sekarang tentu kata baik sudah sangat cocok. Sejauh ini mereka berdua sudah semakin dekat tanpa adanya kata perjalinan. Teman kalian tahu?

Caffe sebrang jalan dekat campus adalah pilihan Iren dan Jennie,sedari tadi Iren terus menatap Jennie yang sedang menyelesaikan tugas kampusnya. Menatap setiap gerak gerik  gadis yang lebih muda.

Tak terhitung berapa lama dirinya menatap Jennie tetapi rasa kagum akan sosok didepannya buyar tat kala gadis didepannya mengajak berbicara.

"Unnie aku sudah selesai,setelah ini akan kemana?" Jennie bertanya sambil sesekali membereskan peralatannya.

"Jalan-jalan bagaimana?" Iren menawarkan karena dirinya tak mempunyai aktivitas lagi setelah ini

"Baiklah".

Udara hari ini mendukung,sejuk dengan angin berhembus pelan. Banyak orang yang berlalu lalang disekitar taman. Ya keduanya memutuskan berjalan-jalan saja di taman. Bukannya tadi Iren mengatakan jalan-jalan?Maka sekarang keduanya sedang jalan-jalan tidak menggunakan mobil.

"Jennie?bukannya aku pernah cerita padamu bahwa teman semasa kecilku adalah kau?". Lagi Iren mengungkit soal itu sudah beberapa kali dia mengungkit tentang ini,dan sebanyak itu pula Jennie tak mengingatnya.

Beberapa kali juga Jennie berusaha tak terusik saat Iren membahas tentang ini.Tetapi selalu gagal karena beberapa kali dia juga kepikiran.

Lambat ini alurnya sangat lambat_Author_R

Dan seberapa berusaha Jennie mengingatnya,maka yang dia dapatkan hanya sakit kepala yang menyeranganya. Dia tak menemukan setitik harapan yang berhubungan tentang ini.

"Unnie ayolah unnie ceritakan padaku unnie aku butuh informasi tentang itu". Iren merengek dengan sesekali menggoyangkan lengan Tiffany yang sedang fokus menonton tv.

Setelah tadi gagal mendaptakan puzzel,kini Iren mendapat pencerahan kembali bahwa Tiffany tahu mengapa Jennie bisa tak bereaksi saat Iren selalu menyinggung soal tadi sore.

"Berisik Iren bisakah kau diam saja?Aku sedang fokus menonton". Tiffany geram karena adik laknatnya tak bisa diam sedari tadi. Tak tahu kah dia sedang menonton acara masak gara-gara adiknya acara menontonnya jadi terganggu.

"Aku akan diam setelah Unnie menceritakannya,ku mohon". Iren membuat wajah semelas mungkin berharap kakanya itu akan luluh. Tetapi seringkali ekspetasi tak sejalan dengan realita. Dia mengutuk acara memasak karena sangat lama selesai. Ck harus berapa lama lagi dia menunggu ini sudah sangat lama sejak dirinya harus menunggu info dari kakanya ini.

Hampir dua puluh lima menit akhirnya acara itu selesai. Dan berakhir dengan cerita dari Tiffany sesuai dengan apa yang Taeyon ceritakan padanya. Terkejut?Tentu saja dia terkejut. Sekarang dia tau kenapa Jennie tak bereaksi seperti itu.

Saat Iren mendengar cerita Tiffany entah kenapa dirinya merasa sangat sakit. Mendengar bahwa begitu sulitnya Jennie dulu, sekarang dirinya harus membuat gadis itu mengingatnya lagi. Walau kecil kemungkinannya.

Sudah diingatkan bukan?bahwa cerita ini terlalu monoton,lambat,dan tak menarik. Bosan

Beberapa kali hela napas kasar dikeluarkan oleh Jennie. Setiap kali sendiri seperti ini,maka dia akan merenung banyak hal yang hinggap didirnya. Mulai dari bagaimana hidupnya,lalu tentang hal-hal lainnya.

Harapanya setiap kali dia akan tidur maka harapan Jennie selalu ingin bertemu ibunya. Dia selalu tak ingin merasakan kehilangan lagi maka dia berharap dirinyalah yang pergi duluan. Gadis mana yang tak semangat hidup saat sudah di vonis dokter bahwa jantung yang ada didirinya bermasalah?

Rasa sakit sudah dia rasakan saat kecil,mulai dari  chek up dokter,operasi yang sudah di jalaninya. Semuanya sudah dia rasakan. Dan sampai sekarang dirinya masih bertahan.

Tetapi harapan itu kini perlahan mulai berubah yang awalnya ingin cepat-cepat meninggalkan dunia ini,kini berbeda karena sudah ada orang yang sudah membuatnya berharap hidup lama lagi.

Semakin hari semakin kesini,Jennie merasa bahwa keadaan tubuhnya mulai drop. Entahlah dirinya juga merasa aneh,setahunya saat dirinya sudah melakukan operasi waktu itu maka dia akan merasa lebih baik untuk beberapa waktu yang cukup lama. Tapi kenapa ini sangat cepat dari perhitungan dokter.

Sama seperti ini,sesak menghampirinya buru-buru dirinya menelan obat yang sudah disediakan oleh maid yang ada disini. Perlahan air mata itu menetes. Setiap kali dia seperti ini dia merasa sangat takut. Walau pernah dirinya berharap cepat meninggalkan dunianya.

"Eomma,Ruby takut Eomma". Terisak pelan dirinya mulai larut dalam dinginnya sepi,rasa takut yang menyelimuti dan sunyinya hari.

Sekali lagi manusia hanya bisa berdoa untuk terus dan terus. Yakin dan yakin,seperti halnya Jennie gadis yang merasa kecil dan sudah terbiasa dengan rasa sakit. Katanya.
















Semangat_

Sorry for typo

Hi guys!!!

Aku mau bilang,lagi dan lagi cerita ini masih dengan yang katanya mempunyai alur lambat tak menentu. Aku cuman berharap semoga terhibur buat yang membaca.

Terimakasih buat yang sudah vote dan komen

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang