TIGA PULUH EMPAT

610 64 6
                                    

Masih dengan pembicaraan Iren dan Jennie. Keduanya saling diam. Hening setelah tadi Iren menyebutkan nama teman semasanya.

"Unnie apa maksudmu?". Jennie bertanya seraya menatap lekat mata Iren.

"Kau,kau orangnya Jen kau tak ingat?". Sedangkan Iren sesaat melihat mata kucing milik Jennie dirinya seolah tertarik. Sungguh menurutnya mata Jennie adalah mata yang terindah yang pernah dirinya lihat.

Sedangkan Jennie,jujur dia masih bingung. Bingung apa yang sebenarnya terjadi. Seolah waktu berhenti untuk keduanya.

Iren semakin tenggelam akan pesona Jennie dan Jennie dengan segala keindahan Iren. Sama-sama terpesona akan rupawan masing-masing. Semakin maju wajah Iren dan Jennie terpisah hanya beberapa centi saja.





Cup!

Iren mencium kening Jennie. Jennie merasa nyaman memejamkan mata seiring dengan tangan Iren yang memegang pipinya.

"Maaf"

Iren merasa dia harus mengatakan maaf setelah dia lancang mencium Jennie. Tapi sungguh Iren merasa sedih saat melihat kebingungan Jennie. Maka dengan refleks Iren malah mencium Jennie.

Jennie mengangguk sebagai jawabnnya. Dia masih kaget akan apa yang Iren lakukan padanya. Tapi dia juga merasa aman saat Iren menciumnya tadi.

Aku ingin dicium lagi Unnie.

Sedangkan disisi lain Tiffany dan Taeyon sedang bersantai di manssion Kim. Seperti pasangan pada umumnya mereka memanfaatkan waktu senggangnya di sela-sela pekerjaanya.

"Tae?".

"Hum". Masih dengan memainkan jemari Tiffany Taeyon sama sekali tak menatap wajah Tiffany saat Tiffany memanggilnya.

"Bolehkah aku bertanya?".

"Tanyakan saja".

Sejenak Tiffany berpikir apa ini keputusan yang benar. Pasalnya dia juga merasa tak enak saat akan mengatakannya. Tapi dia juga tak bisa melihat adiknya prustasi. Membingungkan

"Jennie kenapa tak pindah saat kau pindah?".

Taeyon mendongkak menatap lamat Tiffany.
"Maksudku,kan bisa dia sekolah disini saat kau pindah seperti sekarang,bukannya kau pernah bilang Jennie termasuk anak yang mandiri".

Dengan segera Tiffany mengoreksi ucapannya. Dia takut menyinggung kekasihnya. Walau bagaimana ini juga bersifat privasi. Dia juga tahu bahwa setiap menanyakan perihal Jennie Taeyon punya cara menghindar.

Sedangkan Taeyon,dia sadar akan apa yang di tanyakan kekasihnya. Dia juga merasakan maksud dari pertanyaan Tiffany. Dia tau kemana arah pembicaraan ini berujung. Dia juga merasakan bahwa Iren menyukai Jennie. Dia tak buta untuk itu.

"Oh itu, dady bilang biar Jennie tinggal disana dulu bersamanya. Kau kan tahu bagimana Jennie dia mudah sakit. Tak seperti kita,walau memang dia mandiri."

Jelas ada kebohongan tersendiri yang Tiffany tangkap dari mata Taeyon. Tapi dia merasa dia tak akan menyerah untuk mendapat Informasi lagi. Dia juga tahu Jennie mudah sakit.

"Ah iya kau benar".

Sesaat akan Tiffany menanyakan lagi pertanyaan berikutnya Taeyon dengan gesit memotong pertanyaannya.

"Kau apa kau tahu bahwa Iren dan Jennie adalah teman saat diselandia baru?".

Tiffany dibuat kaget akan pertanyaan Taeyon. Setahunya Taeyon tak pernah nyambung di ajak ngobrol soal Jennie. Tapi ini. Ah mungkin karena adiknya. Lalu selama ini dirinya juga tak pernah menyinggung soal ini.

"Aku tau,kau sudah tahu Pany".

"Kau tahu?".

Taeyon mengangguk. Lalu dia menceritakan. bagimana dia tahu. Saat itu dia mendengar pembicaraan Jennie dan Iren dia merasa curiga lalu saat dirinya merangkai puzzel demi puzzel akhirnya dia dapat menyimpulkan bahwa orang yang pernah Jennie ceritakan semasa kecilnya adalah Iren.

Dunia memang sempit sekali.

Dan dengan keyakinannya bahwa ini saatnya dia berbagi pada kekasihnya. Dia menceritakan semuanya apa yang terjadi saat dirinya masih diluar negri. Apa penyebab kepindahan Jennie tak sama seperti dirinya. Dan Juga atas pertanyaan-pertanyaan dibenak Tiffany selama ini. Taeyon menceritakannya.

Hiii!!!!

Sorry for typo.

Silahkan komen kasih masukan buat chap ini. Hehe✌️

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang