LIMA PULUH TUJUH

445 47 0
                                    

"Kau baik-bajk saja?". Jennie mengangguk meski Irene tak melihat. Jennie sengaja menelphone Irene. Apalagi saat melihat begitu banyak pesan dan panggilan dari Irene.

"Heum,kau sudah pulang?".

Aku baru saja sampai

Jeda,keduanya membiarkan sambungan telephone. Keduanya memendam rindu,sungguh . Rasanya Jennie sudah sangat lama berada disini,dirinya bosan sungguh. Kembali lagi ketempat seperti ini hah.

J?apa semuanya baik-baik saja?mianhe menanyakan kembali

Jennie menatap langit-langit kamar. Kini hanya ada dirinya seorang dikamar ini. Sengaja dirinya tak ingin ditemani.

Apa ini saatnya dirinya memberitahu Irene?Sungguh dirinya merasa buruk bisa bersama Irene sampai dititik ini. Tapi,dirinya juga sudah terlalu banyak berbohong.

J?

"Nde,mianhe membuatmu khawatir tapi sungguh semuanya baik-baik saja"

Lalu,kau dimana sekarang?

Jennie bingung sekarang.

"Aku ikut dengan Appa,Jepang".

Kau kesana tak mengabari ku dulu?

"Mianhe ini dadakan Unnie,aku hanya sebentar".

Baiklah-baiklah,cepat pulang ne. Aku rindu

Jennie ikut tertawa saat mendengar,Irene tertawa setelah tadi mengungkapkan dirinya rindu.

Keduanya larut dalam obrolan itu. Baru kali ini Jennie tersenyum lepas saat dirawat dirumah sakit. Harinya lebih baik setelah mendengar suara kekasihnya.

****

"Unnie?". Tiffany menatap heran pada adiknya yang memanggil dirinya. Sehingga dirinya tak jadi masuk mobil.

"Wae?"

"Boleh aku ikut denganmu?" Ucap Irene

"Mobilmu?"

"Mobilku tak ada bensinnya,aku malas kalau harus mengisi dulu". Tiffany mengangguk lalu dibukanya kembali pintu mobil itu. Saat ingat dirinya tak akan kekantor,Tiffany menatap adik satu-satunya yang sudah mulai berjalan untuk masuk kedalam mobil.

"Chankanman,Joohyun-ah". Irene menatap sang kaka kembali.

"Wae?".

"Aku ada meeting hari ini,bisa terlambat jika mengantarmu dulu"

Alasan batin Irene.

Tiffany bisa melihat bahu Irene merosot.

"Tapi Unnie,aku juga ada kelas pagi ini".

"Kau bisa sendiri ayolah". 

"Ah baiklah".

Dengan segera Tiffany menjalankan mobil miliknya dan meninggalkan Irene.

****

"Ayolah Appa,aku sudah baikan ". Rengek Jennie. Sedari tadi telinga Tuan Kim dengan Taeyon sudah mendengarkan rengekan sibungsu. Yang kekeh ingin pulang. Padahal dokter mengatakan untuk dirawat sedikit lebih lama.

"Dokter belum mengizinkan Ruby". Ucap Tuan kim berusaha sabar akan kemauan anaknya. Sedangkan Taeyon sedari tadi menonton Tuan kim yang sedang dibujuk adiknya.

Dirinya sengaja tak ingin membantu sang ayah,senang sekali melihat wajah ayahnya yang dimatanya terlihat konyol itu.

Saat ayahnya menengok kearahnya Taeyon akan berpura-pura memainkan handphone nya. Dan jika ayahnya sudah tak melihat dirinya,Taeyon akan melihat kembali acara didepan matanya.

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang