LIMA PULUH ENAM

434 45 1
                                    

Cahaya bulan masuk memenuhi ruangan itu. Dibuat gelap karena sengaja. Dengan keadaan gelap diruangan itu hanya cahaya temaram yang terlihat.

Wendy berdiam diri,melamunkan kejadian beberapa hari lalu. Saat dirinya bertemu dengan seseorang.

Tak menyangka bahwa dunia ini sempit sekali. Bahkan kini takdir malah mempertemukan kembali dirinya dengan sahabat dekatnya juga sahabat dekat Jennie,Mungkin.

Pikirannya terbayang akan pertemuan tak sengaja itu.

"Kenapa kau kembali?".

"Kau tak perlu tahu,ini negara bebas siapa saja dapat kesini termasuk diriku".

Sambil menatap heran pada sahabatnya Wendy berusaha bersikap tenang.
"Kau kembali karena dia?".

Gadis didepannya menatap pada Wendy dengan punggung bersandar  pada mobil.

"Kau yang meninggalkannya,kenapa kembali?". .

"Dengar,aku punya alasan untuk kejadian itu".

"Alasan apa?".

"Kau tak perlu tahu".

Itu hanya sedikit dari beberapa obrolan dirinya dengan sahabatnya dulu.

Apa?apa yang dirinya tak tahu? Mengapa sahabatnya bilang begitu.

Saat asik memandang bulan dipinggir jendela yang tersedia diruangan rawat Jennie.  Atensi Wendy teralihkan saat melihat seseorang membuka pintu.

Segera dirinya bersembunyi. Beruntung keadaan gelap. Wendy menatap was-was pada orang yang mulai mendekati ranjang Jennie.

Apakah itu Taeyon?Tapi dia sedang tidur disoffa,disini Wendy bisa melihat ada orang tertidur disoffa. Lalu siapa dia?

Masih memperhatikan siapa yang mendekati ranjang Jennie. Perlahan penglihatan Wendy terlihat jelas siapa dia.

Gadis itu,gadis yang baru saja dirinya pikirkan tadi. Sahabat lamanya,sedang mengendap-ngendap masuk dan mencoba mendekati ranjang Jennie.

Tak ingin membuat kegaduhan,Wendy membiarkan gadis itu duduk dibangku pinggir ranjang Jennie. Beruntung diposisi Wendy ini menguntungkannya bisa melihat jelas,walau dalam keadaan gelap seperti ini.

Gadis itu menggenggam tangan yang sudah bertahun-tahun tak dipegangnya. Menelusuri setiap wajah gadis yang sedang memejamkan mata itu.

Satu air mata sudah mulai menetes,sebisa mungkin tak membuat suara karena jika dirinya membuat suara,mati sudah ketahuan Taeyon.

"Mianhe". Satu kata setelah dirinya mengelus kepala Jennie.

"Mianhe". Wendy bisa mendengar gadis itu berucap kata maaf. Tapi untuk apa?Saat perpisahan dirinya dengan Jennie. Wendy melihat jika gadis itu biasa saja.

Mungkin menyesal seperti dirinya pikir wendy.

"Mianhe Jennie-ah".

Kini gadis itu berdiri,lalu mencium puncak kepala Jennie. Wendy ingin sekali keluar dari persembunyian tetapi. Dirinya tak ingin gegabah dan menimbulkan keributan. Alhasil dirinya hanya berdiam diri sampai gadis itu keluar dari ruangan Jennie.
   

*****

"Bagaimana keadaannya?". Taeyon mengalihkan atensinya pada sang ayah.

"Huh". Hela napas terdengar dari tuan kim saat anak pertamanya menggeleng.

"Sudah makan siang?". Taeyon menggeleng

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang