TIGA PULUH ENAM

699 74 2
                                    

"Kita duluan!!". Teriak Rose kini,Jiso,Seulgi,Jennie dan Iren sedang ada di tempat parkir. Semua mata pelajaran hari ini sudah selesai dan mereka memutuskan langsung pulang atau dengan acara masing-masing.

"Baiklah Unnie,Jen kita duluan". Ucap Seulgi.

"Ne hati-hati".

Tersisa Iren dan jennie. Beberapa hari ini Jennie selalu mengikuti Iren setiap Iren akan pergi ke Restaurantnya. Menunggu di dekat Jendela,karena jika di Restaurant Iren akan sedikit membantu karyawannya. Dan itu tidak masalah bagi Jennie. Seperti saat ini Jennie sedang memandang Iren yamg sedang mencatat pesanan pembeli.

Dalam pandangan Jennie walau hidup Iren berkecukupan,menjadi boss di Restaurantnya tak menjadikan Iren pribadi sombong. Malah seperti sekarang Iren membantu para karyawannya.

"Unnie saranghe".

Ditemani dengan segelas minuman favoritnya Jennie tak pernah bosan untuk memandang Iren,hari sudah mulai sore,langit juga sudah menunjukan awan hitamnya,mungkin akan turun hujan.Pengunjung juga semakin ramai. Sebentar lagi Iren akan menghampirinya sembari membawa makanan untuk makan malam bersama.

Walau hubungannya dengan Iren belum berstatus tetapi Jennie merasa bersyukur. Perlakuan manis Iren padanya. Ah jika dideskripsikan maka akan memakan waktu banyak.

"Tidak merasa dingin?". Iren bertanya sesudah mendudukan dirinya dan meletakan makanan diatas meja. Udara malam lagi dan lagi merasa sangat dingin dan itu Iren menanyakan pada Jennie.

"Tidak"

"Ayo makan lalu pulang Ne". Jennie mengangguk sembari tersenyum,dan membuat Iren ikut tersenyum juga.

Keuanya mulai menyantap makan masing-masing. Baik Iren dan Jennie tak mengeluarkan suara.

Brak!

"Ku mohon jangan sekarang,ayolah".

"Jen Gwencahan?"

Jennie tak menjawab dia hanya mengangguk. Rasa sakit mulai menyergap dadanya. Jennie membatin,rasanya jika sudah seperti ini Jenni  benci pada dirinya. Selalu begini. Jantung sialan

"Jen?"

"Tak apa_

Berbarengan dengan ucapan Jennie,hujan turun dengan gemuruh petir. Menghasilakan suara yang cukup ngeri.

Iren panik melihat Jennie menangis,ditambah keringat juga sudah keluar didahi Jennie. Padahal jika dirasa-rasa udara tambah dingin tetapi Jennie malah berkeringat.

Direngkuhnya tubuh gemetar itu,Iren juga kaget akan suara petir itu tetapi jika dilihat-lihat reaksi kaget Jennie membuatnya khawatir. Iren merasakan napas Jennie memburu didekapannya.

Suara petir sudah tak terlalu terdengar,hanya hujannya saja yang belum reda. Keadaan direstaurantpun kembali rame. Ditambah suara hujan. Iren melepaskan pelukannya. Dilihatnya wajah Jennie yang berkeringat.

"Sudah lebih baik?"

Jennie mengangguk,dadanya juga sudah muai membaik.

Masih dengan ditemani hujan. Iren dan Jennie memutuskan untuk menunggu hujan reda. Seperti sekarang diruangan khusus Iren, lagi. Iren.mendekap tubuh Jennie,memeluknya erat menyalurkan rasa hangat.

Jennie yang diperlakukan seperti itu tentu saja merasa sangat disayangi. Kini hati nya semakin yakin bahwa Iren adalah orang yang tepat. Yang membuatnya nyaman,terlindungi.Dia tak munafik akan itu.

"Jen?"

"Hum".

"Kau takut?". Bukan,bukan itu yang ingin Iren tanyakan. Sebenarnya dirinya penasaran akan tadi saat terdengar suara petir. Bukannya sudah dikatakan udaranya sangat dingin,lalu kenapa jennie berkeringat? Lalu sebelumnya,ada yang aneh bukan dengan Jennie?

Tetapi jika dipikir-pikir lagi. Mungkin ini reaksi beberapa orang. Lagi iren berpikir sepertu itu. Seperti saat kemarin-kemarin saat dirinya mendapati Jennie seperti kesakitan didalam mobil. Ingat chapter kemarin?

Dan Iren percaya bahwa itu adalah,Jennie saat mengalami mimpi buruk. Seperti saat ini Iren mempercayai bahwa mungkin jennie trauma atau sebaginya.








Vote!Komen✌️

Sorry for typo

Gimana2?Kemarin masih streaming kan?Gas ken . Mari kita tunggu penampilan Blackpink di Inkigayo.

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang