DUA PULUH

864 86 20
                                    

"Annyeong Eomma". Sapa Jennie setelah dirinya sampai di depan gundukan tanah yang dia ketahui bahwa jasad ibunya di makamkan di sini.

Tentu Jennie berangkat tak sendiri. Dia bersama Taeyon dan Kharis juga beberapa bodyguard yang setia mengawal majikannya.

"Ah Annyeong eomma". Sapa Taeyon mengikuti apa yang Jennie lakukan.

"Eomma maafkan kami ne yang jarang berkunjung. Mianhee eomma". Ucap Taeyon.

Kini memang baik Jennie maupun Taeyon akhir-akhir ini di sibukan oleh kesibukan masing-masing. Tetapi tak membuat mereka melupakan seseorang yang amat sangat mereka sayangi. Seperti saat ini mereka tetap meluangkan waktu mereka untuk berkunjung dimakam ibunya.

Itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Baik setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali.

"Mianhee Eomma Jennie akhir-akhir ini sibuk dengan kuliah Jennie. Bagimana kabar Eomma?". Walau mereka tau bahwa tak akan mendapat jawaban tetapi sepertinya kegiatan mengobrol seperti itu sudah menjadi rutinitas setiap berkunjung

"Jennie harap eomma selalu bahagia disana". Kini Taeyon mulai merengkuh tubuh adiknya yang mulai bergetar.

"Eomma kau tau aku sangat merindukanmu eomma". Ucap Jennie yang kini sudah mengeluarkan air matanya.

Walau memori bersama ibunya tak begitu jelas tetapi tetap saja. Ibu dan anak tak akan terpisahkan instingnya bukan?

"Hey jangan menangis. Nanti eomma sedih melihatmu". Ucap Taeyon. Padahal dirinya juga sama seperti Jennie. Hanya sedang menguatkan diri saja.

"Lihat eomma anakmu ini malah menangis. Dia bahkan lupa memberikan bunga kesukaan eomma". Ucap Taeyon berusaha mencairkan suasana kembali.

"Ah mianhe eomma aku lupa ini aku membawakan mawar putih kesukaanmu". Lalu diletakannya mawar putih diatas gundukan itu.

Selesai sudah acara mengunjungi makam ibunya itu. Kini mereka sudah kembali ke manssion mewah mereka.

🌼

"Cepatlah Jennie. Kau lama sekali". Teriak Taeyon. Keduanya akan pergi makan malam bersama dengan Keluarga Bae. Tetapi sedari tadi Taeyon menunggu adiknya itu yang tidak turun-turun entah sedang apa di dalam kamarnya.

Sedangkan orang yang sedari tadi Taeyon panggil dengan susah payah menahan sakit didadanya yang kembali sakit. Rasa sesak panas sakit bercampur aduk. Keringat dingin sudah mulai membanjiri tubuhnya.

"Hah hah hah eon-

Sungguh rasanya oksigen disekitar Jennie semakin menipis. Dia kesusahan menghirup oksigen sekarang. Panik semakin menjadi tat kala sang kaka sudah berteriak memanggil dirinya.

Dengan keadaan seperti ini dengan susah payah Jennie berusaha meredam rasa sakit dengan sekuat tenaga dia mencari obatnya. Tetapi nihil karena panik dia bahkan tak menemukan obatnya dimana.

Berkali-kali tangannya memukul dadanya berharap rasa sesak di dadanya berkurang. Walau tau itu hanya sia-sia saja,bahkan sekarang pandangannya memburam entah karena air mata atau memang kesadaran Jennie mulai menghilang.

🌼

Hii!!

Gimana kabarnya?Baik dong.
Mau ngucapain makasih yang udah setia sama cerita ini. Yang udah komen sama vote Terimakasih banyak🖤

Sorry for typo. Hehe✌️

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang