EMPAT PULUH ENAM

445 44 6
                                    

"Unnie jangan menangis,kau jelek jika menangis". Jennie terkekeh melihat wajah cemberut Wendy.

Flashback On
Siang ini saat Wendy selesai meeting dengan kliennya,dia menyempatkan diri untuk ke minimarket membeli minuman kaleng. Tetapi,saat akan kembali kekantor dirinya melihat Kharis juga ada disana.

Awalanya dirinya tak peduli dan tetap melanjutkan perjalanan kekantornya tetapi saat diperjalanan menuju kantornya dirinya melewati kampus tempat Jennie kuliah dan memutuskan untuk bertemu dengan Jennie sebentar.

Sekitar satu jam lebih menunggu,belum ada tanda-tanda Jennie keluar kampus. Sampai matanya melihat Irene dan Seulgi sedang berbincang lalu seulgi berpamitan pada Irene.

Dirinya segera keluar  guna menanyakan pada Irene. Dia tau dia tak seharusnya seperti ini tetapi dia ingin bertemu Jennie.

Irene menoleh saat Wendy memanggilnya. Wendy,bisa melihat raut Irene yang  heran. Belum lagi alisnya yang terangkat satu.

"Mian mengganggu,tapi apakah aku boleh tahu Jennie berada?". Wendy bertanya hati-hati. Dia merasa tak enak pada Irene.

"Dia kebusan bersama Taeyon Unnie untuk beberapa hari". Wendy heran,tak biasanya Jennie ikut berbisnis dengan Taeyon. Lalu kenapa Kharis tak ikut?

Wendy menggangguk lantas berlalu setelah mengucapkan maaf dan terimakasih pada Irene. Dia merasa janggal akan ini. Dia mencoba menghubungi Jennie tetapi tak diangkat.

Saat asik menerka apa kira-kira yang Jennie lakukan,otaknya tiba-tiba terarah pada kejadian dia melihat Kharis. Letak itu cukup jauh dari  kampus. Dan lumayan dekat dengan Manssion Jennie dan minimarket itu juga dekat dengan Rumah sakit.

Rumah sakit?Dengan segera dirinya memutar balik arah guna mencapai tempat yang diyakininya ada Jennie. Dan benar saja dirinya mendapati tubuh Jennie di ruangan yang diberi tahu resepsionis.
Flashback Off

Diruangan itu hanya ada mereka berdua. Dielusnya kepala Jennie lembut. Wendy merasa sakit setiap kali melihat Jennie seperti ini.
Dia tak tega.

"Lalu bagaimana reaksi Irene Unnie,Unnie". Jennie bertanya setelah tadi mendengarkan cerita Wendy.

"Kau tau,dia terheran karena melihatku haha". Wendy tertawa mengingat wajah Irene yang terheran-heran.

"Benarkah". Wendy mengangguk.

"Tapi,bagaimana bisa dia tahu kau ikut Taeyon Unnie ke busan?". Wendy baru menyadari jika tadi Irene menyebut Jennie ikut dengan Taeyon kebusan.

"Itu karena aku mengiriminya pesan Unnie,aku tak ingin dia khawatir". Wendy mengangguk

"Kau belum memberitahunya?". Jennie terdiam akan pertanyaan Wendy.

"Belum,aku tak ingin melihat dia kasihan padaku". Wendy mengerti maksud Jennie selalu saja seperti ini. Jennie tak ingin melihat orang-orang mengasihaninya.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan Taeyon dan Tiffany. Jennie tersenyum melihat kakanya. Dia merindukan Taeyon.

"Karena Unnie sudah datang aku harus pamit,tak apa kan?". Jennie mengangguk dirinya juga tak tega melihat Wendy pasti lelah habis bekerja malah langsung kesini.

"Unnie,rahasiakan ini dari Irene Unnie ne kau sudah berjanji". Ucap Jennie pada Tiffany yang duduk di bangku tempat Wendy tadi duduk. Karena setelah Wendy pamit. Taeyon membersihkan diri dikamar mandi.

Tiffany mengangguk lantas berucap "tapi sampai kapan kau akan merahasiakannya Jennie-ah". Jennie terdiam,dirinya juga tak tahu sampai kapan akan merahasiakn ini.

Jennie menggeleng tanda tak tahu,Tiffany mengulas senyum lantas mengusap puncak kepala Jennie lembut. Dia menyayangi Jennie seperti adiknya.

"Sudah jangan dipikirkan kau tidur ne". Jennie mengangguk lantas memejamkan matanya. Tiffany tersenyum setelah mendengar deru napas Jennie yang teratur.

"Dia sudah Tidur?". Tiffany mengangguk menanggapi pertanyaan kekasihnya.
Segera dirinya mengambil tempat disamping kekasihnya disofa yang tersedia disana.

"Kau akan menginap?". Tanya Taeyon lantas memeluk Tiffany.

"Kurasa tidak,Irene akan curiga karena taunya kau kan dibusan".

"Pany,gomawo". Ucap Taeyon lalu melepaskan pelukannya dan beralih memegang tangan Tiffany. Tiffany mengangguk,lalu pamit pulang karena malam juga makin larut.

"Unnie tidak kekantor?". Tanya Jennie setelah tadi Taeyon selesai menyuapinya sarapan. Taeyon lantas menaruh gelas bekas Jennie di nakas rumah sakit.

"Ani,Unnie ingin disini". Taeyon menatap Jennie

"Wae?aku bisa berjaga diri Unnie ada Kharis Oppa juga". Taeyon menggeleng tanda tak setuju.

"Biarkan Unnie disini". Kekeh Taeyon dia tak ingin meninggalkan adiknya,biar ada Kharis sekalipun

"Unnie aku tak apa sungguh,bukannya kau ada urusan penting dikantor?".

"Itu sudah diurus Jennie-ah".

"Benarkah?aku tak percaya kau sedang membohongiku ya".

Taeyon jengah lama-lama.

"Baikalah kau tak ingin Unnie disini kan?Geurre Unnie akan pergi". Taeyon berdiri lantas menyambar tasnya. Jennie yang melihatnya merasa bersalah.

"Mian Unnie kau boleh disini". Ucap Jennie sebelum Taeyon keluar dari ruang inapnya. Taeyon lantas berbalik lantas bertanya

"Wae?bukannya kau yang menyuruhku pergi". Jennie memandang Taeyon dengan merasa bersalah. Dia hanya tak ingin kakanya lelah dan merasa bosan. Walau bekerja juga pasti akan merasa lelah. Tetapi itu lebih baik ketimbang melihat wajah lelah kakanya karena menjaga dirinya.

Taeyon lantas duduk kembali dan berucap." Dengar Ruby,kau adikku sudah kewajibanku menjaga mu. Sepenting apapun meeting itu aku akan membatalkannya". Jennie makin merasa bersalah.
"Kau mengerti?". Jennie mengangguk

.......


"Sepi ya tidak ada Jennie Unnie". Ucap Rose

Sekarang Lisa,Rose,Irene dan Seulgi sedang berkumpul di caffe tanpa Jiso. Karena Jiso harus pamit duluan karena ada urusan keluarga.

"Kau benar,apalagi Jiso Unnie juga pulang. Makin sepi".

"Irene Unnie berapa lama Jennie Unnie dibusan?" Tanya Lisa pada Irene

"Entahlah dia tak bilang".

"Lisa bagaimana jika ke drom saja,kita juga jarang kesana". Lisa mengangguk lantas mengajak Irene dan Seulgi juga.

"Mian Unnie aku tak memberitahumu". Ucap Jennie,dia merasa bersalah tak memberitahu salah satu Unnie nya ini.

"Kenapa Jendeuki?kau tau aku kira kau benar ke busan ternyata salah".

"Mian"

"Sudahlah tak apa,segera sembuh ne maaf tak bisa berlama-lama disini grandma juga sedang sakit disini". Jennie mengangguk mendengar ucapan Jiso. Jiso memang sudah mengetahui akan kondisinya.

"Aku pamit duluan Unnie". Pamit Jiso pada Taeyon. Dia juga harus segera kembali pada keluarganya karena neneknya juga sedang sakit. Beruntung dia bertemi Kharis tadi jadi dia menanyakan siapa yang sakit. Benar dugaannya bahwa temannya berbohong.






























Sorry for typo

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang