EMPAT BELAS

885 86 8
                                    

Ruangan putih,bau yang khas mendominasi ruangan itu. Sepi. Sepertinya sudah tak asing dengan ruangan ini bagi seseorang yang sedang menyesuaikan cahaya yang masuk pada rentina matanya.

Pasti sakit tidur seperti itu.

Dielusnya kepala sang kaka yang sedang tertidur dengan posisi duduk. Kepala yang ditenggelamkan dan tangan yang setia menggenggam tangan miliknya.

Dilihatnya jam dinding yang tersedia diruangan itu. 20.15.

"Eonni?" Walau suara yang memanggilnya sangat lirih. Tetapi pendengaran Taeyon masih berfungsi sangat baik. Buktinya dia sekarang sudah bangun dan menatap sang adik. Jennie

"Kau sudah bangun?bagimana apa ada yang sakit?

"Tidak"

Hening,karena tak tau harus memulai percakapan seperti apa. Bukan,bukan bingung harus seperti apa. Taeyon hanya sedang mengucapkan beberapa kali rasa syukur dalam hatinya sambil menatap lekat sang adik dan tangannya mengelus kepala Jennie.

"Hey kenapa?apa ada yg sakit bilang sayang" panik Taeyon. Pasalnya Jennie malah menangis entah menangis karena apa.

"Tidak ada yang sakit eonni"

"Lalu"

"Aku hanya terharu"

"Wae"

"Eonni.Gomawo karena selalu ada untukku "

"Kau ini bicara apa hmm?tentu saja aku ini eonni mu apapun itu aku selalu ada untukmu"

Mendengar penuturan Taeyon,dengan segera Jennie menyuruh Taeyon memeluknya. Bahkan kini Taeyon sudah berbaring bersama di ranjang rumah sakit itu bersama Jennie.

Beruntung Taeyon memilih kamar VVIP sehingga ranjang rumah sakit sedikit lebih besar dari kebanyakannya. Juga satu set sofa.

"Aku menyayangimu eonni"

Flashback.

Saat Taeyon berbalik untuk melihat Jennie yang tertinggal. Seketika panik langsung menyergap dirinya. Bagaimana tidak keadaan Jennie terlihat tidak sedang baik.

"Jennie kau baik-baik saja?"

"Huh huh huh eonni sa-sakit sekal-i" Taeyon panik bukan main otaknya seperti tak bekerja dia hanya menangis melihat adiknya kesakitan itu.

"Bernapas dengan baik Kim"

Jennie semakin merasa oksigennya menipis beberapa kali dia menghirup udara dengan terburu-buru. Sakit didadanya sudah mendominasi sekarang. Pandangannya pu sudah sedikit kabur.

"Cepat didepan ruanganku" ucap Taeyon pada seseorang di sebrang telephone. Kharis.

"Taeyon"

"Oppa palli bawa Jennie kerumah sakit"

Dengan tergesa-gesanya mereka mendorong jennie yang sudah tak sadarkan diri menuju UGD. Setelah tadi mereka membawa Jennie.

"Berdo'alah" ucap Kharis menenangkan Taeyon yang sedang kalut.

"Oppa kenapa kejadian ini terulang?"

Kharis bingung harus menjawab apa sekarang. Apa dia harus jujur tentang Jennie atau tidak.

"Ini baru pertama kalinya Jennie setelah melakukan transflasi itu Oppa" lanjutnya.

"Eum Tae, ini bukan pertama kalinya dia seperti ini.Beberapa hari lalu Jennie sudah merasakan ini. Dia menyembunyikannya"

Terlihat reaksi Taeyon yang terkejut.Dia merasa tak percaya dengan ucapan Kharis sekarang. Kenapa adiknya menyembunyikannya?Dan dengan sabar Kharis menjelaskan alasan Jennie menyembunyikannya. Dan Taeyon mengerti walau terasa sangat merasa buruk karena belum bisa menjaga Jennie.

Flashback off.

Dilihatnya sang kaka telah kembali tertidur disampingnya. Pasti lelah karena menunggu dirinya bangun sehingga membuat kakanya mudah sekali tidur.

Gomawo eonni. Aku sangat menyayangimu

Lalu segera dirinya menyusul kakanya ke alam mimpi.

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang