DUA PULUH SATU

801 80 18
                                    

Isak tangis sedari tadi masih menjadi dominan di pemakaman ini. Tiffany sedari tadi menemani kekasihnya Taeyon yang menangis tersedu-sedu.

"Chagi sudahlah kita kembali sekarang". Masih berusaha mengajak Taeyon yang sedari tadi enggan beranjak.

Matahari sudah mulai menyusup sebentar lagi akan tergantikan malam. Tetapi sedari tadi Taeyon malah asik menangis.

"Chagi kita sudah lama disini,lihat ini menjelang malam. Kembalilah disana tidak ada yang menjaganya".

"Kau benar kajja".

🌼


Asing. Itulah kata yang tepat menggambarkan kebingungan Jennie. Tetapi dia juga tidak bisa menyangkal bahwa tempat ini membuatnya nyaman.

Dengan macam-macam bunga tumbuh,rumput hijau yang memanjakan mata. Juga angin sejuk ditambah langit disini tampak sangat biru.

Walau disisi lain juga dia merasa takut. Takut karena disini dia sendirian,takut kalau tempat ini bukan untuk dirinya.

"Eonni kau dimana?tempat apa ini?"

Berjalan sembari bermonolog. Pandangan Jennie tak pernah diam menengok kesana kemari guna menemukan orang selain dirinya.

Pikirannya betul. Ada orang lain disini, dan ya Jennie menemukannya.

🌼

"Eonni darimana saja?". Tanya Iren setelah Taeyon dan Tiffany sampai di rungan inap Jennie.

Kemarin, Taeyon yang kesal karena Jennie tak kunjung kebawah. Dengan kesal dia menyusul kekamar adiknya. Satu demi anak satu Taeyon lewati sembari menggerutu.

"Ck dasar kim menyebalkan".

Seolah waktu terhenti. Taeyon hanya bisa diam diambang pintu kamar milik Jennie. Tenggorokannya tercekat. Dia bahkan hanya diam saja melihat Jennie tak sadarkan diri.

Muka pucat itu,darah yang keluar dari hidung Jennie. Taeyon masih diam sebelum air matanya turun dan segera berlari memeluk tubuh dingin adiknya.

Dengan panik. Taeyon segera memanggil semua orang yang  ada dimanssionnya. Dan berakhirlah sekarang. Rumah sakit.

Acara makan malampun gagal.

"Maaf. Tadi ada kendala sedikit". Ucap Tiffany. Sedangkan Taeyon langsung duduk dibangku pinggir bankar Jennie.

"Hei, Maafkan Unnie"

"Bangunlah. Jangan membuat Unnie khawatir".

Iren dan Tiffany hanya mengehala napas melihat Taeyon kembali bersedih. Kakak mana yang tidak bersedih melihat adiknya terbaring dirumah sakit dengan selang oksigen.

Sebenarnya Iren sendiri sedari tadi ingin sekali menanyakan perihal Jennie. Sudah dua kali dirinya melihat Jennie seperti ini.
Menanyakan pada Tiffany pun percumah jawabannya. Tidak tahu

Hii

Hehe. Maaf kalo chap ini sama chap selanjutnya kurang nyambung atau menarik nih.

Alurnya dirubah sedikit hehe.

Makasih🖤

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang