EMPAT PULUH

595 53 0
                                    

Hari ini,Irene sengaja mengajak Jennie berangkat bersama. Karena beberapa hari ini Jennie sudah diantar kadang dijemput oleh Kharis karena Taeyon melarangnya membawa mobil.
Karena hari ini jadwal keduanya berada di jam yang sama.

"Unnie sudah sarapan?". Jennie bertanya seraya menatap Iren yang sedang menyetir.

"Tentu saja,ini bahkan sudah mau jam 11". Iren terkekeh saat mengetahui wajah cemberut Jennie. Karena tahu jam kuliah mulai saat jam 12 nanti Jennie sengaja bangun siang. Dan malah kebablasan sampai Irene kerumahnya dia baru bangun dan melewatkan sarapannya.

"Sudah habiskan sarapannya".

"Woah kau baru sampai Unnie?". Seulgi bertanya kala melihat pasangan yang sudah diidam-idamkannya.

Irene mengangguk sedangkan Jennie hanya menanggapi Seulgi dengan senyumannya. Sekitar lima menitan barulah Chimpunk mereka datang. Karena masih ada waktu untuk berkumpul maka yang mereka lakukan adalah kumpul sebelum mereka menyelesaikan mata kuliah masing-masing. Sedangkan Jiso dia sudah masuk mata kuliah duluan.

"Jadi Unnie bagimana soal pertunangan kalian?kapan akan di laksanakannya?". Rose bertanya,karena pasangan absurd Seulgi dan Jiso belum menetapkan pasti kapan akan pertunangannya di laksanakan.

"Entahlah kami masih merencanakan kapan dilaksanakan,tetapi keluarga kami sudah tahu tinggal menentukan kapannya saja".

Ketiganya hanya mengangguk sebagai jawabnnya.

Sore ini setelah tadi menyelesaikan pekerjaannya Wendy berniat,ketoko bunga dan membelikan bunga untuk seseorang. Seseorang yang amat sangat dia cintai sampai sekarang walau sekarang semuanya sudah dikatakan terlambat. Tetapi dia masih mencoba keberuntungan

Jennie.

Satu nama itu yang selalu ada di hati wanita berkulit putih ini.

Saat sedang memilih bunga mana yang akan wendy pilih. Memori lama tiba-tiba terlintas begitu saja di kepalanya.

"Unnie kau suka bunga apa?".

"Aku?aku suka mawar putih ". Wendy menjawab sedangkan Jennie masih asik melihat-lihat isi toko ini.

"Kau sendiri kau suka bunga apa?"

"Kenapa tidak ada dendalion disini?"

Wendy terkekeh mendengarnya,kadang Jennie ini polos sekali. Menggemaskan jika dimata Wendy.

"Jika kau ingin kau harus ke gunung dulu mungkin disana akan menemukan dendalion". Wendy memberi saran karena melihat wajah Jennie cemberut,dengan bibir dibuat semonyong mungkin belum lagi pipi gembulnya yang semakin terlihat berisi.

"Benarkah?ayo kita kesana Unnie ". Ucap Jennie semangat

"Tidak bisa,kau tidak boleh kelelahan".

Lagi Jennie menghela napas,Wendy tahu akan kondisi Jennie mangkanya dia melarang Jennie,salahnya juga kenapa berkata seperti itu tadi. Tapi,dia kan cuman memberi saran.

"Iya ya,tidak jadi kesana".

"Sudah jangan cemberut,pilih saja bunga yang ada disini".

Jennie terlihat antusias kembali dan Jatuhnya adalah bunga matahari. Ah Jennie suka bunga ini.

"Unnie aku pilih ini ne". Ditunjuknya bunga matahari itu.

"Jika kau mau membelikanku bunga kau tinggal beli bunga matahari saja ne Unnie".

Wendy hanya mengangguk,menurutnya Jennie terlalu percaya diri hahaha

Seakan ditarik kembali pada kenyataan dengan segera Wendy memesan bunga itu dan menyuruh kurir saja. Niatnya akan memberi langsung tetapi pekerjaan yang mendadak mengharuskannya tak bisa di tunda.

Kematian adalah hal yang menakutkan bukan?Berat rasanya meninggalkan orang yang di sayangi. Terlepas dari kasih dan cintanya. Perasaan yang berbanding terbalik dengan yang dulu.

Dengan beberapa kali memukul dadanya yang kembali berulah. Berharap aliran oksigen yang semakin menipis ini kembali normal. Jennie berusaha tidak mengeluarkan suara.

Walau sudah meminum obat tetapi rasa sakitnya masih ada. Beberapa menit menghirup dan menyesuaikan napasnya Jennie akhirnya berhasil. Dilihatnya wajah yang penuh dengan keringat.

Jennie merasa bersyukur toilet caffe ini terasa sepi. Karena jika ada beberapa orang mungkin akan ketakutan karena tadi Jennie sempat menangis.

Dengan berjalan seperti tak ada kejadian buruk yang menimpanya. Jennie kembali menatap Irene yang sedang menunggunya. Termenung beberapa kali Jennie merasa bersyukur mempunyai Iren.

"Mianhe,aku sedikit menghabiskan waktu ditoliet tadi"

"Gwenchana,ayo makan".

Kata orang saat sedang makan itu tidak baik sambil berbicara?Tetapi pasangan ini malah mengobrol sambil makan. Walau sudah beberapa kali Irene tersedak karena tertawa dengan mulut penuh makanan. Al hasil itu malah menimbulkan gelak tawa Jennie.

"Hahaha Unnie cukup,kenapa aku terus tertawa". Jennie memegang bagian perutnya karena terasa nyeri akibat terlalu lepas tertawa.

Berbanding terbalik dengan Irene yang malah menyeka ujung matanya yang berair karena tertawa sampai mengeluarkan air matanya.

"Sudah sudah hentikan orang-orang mulai berpikir kita gila".

"Orang gila mana yang bisa makan di caffe Unnie".  Keduanya mulai seperti semula ketawa pun sudah mulai mereda.

"Benar juga ya,sudahlah lupakan".

"Ingin langsung pulang?"Jennie masih asik sibuk menatap handphone nya saat Irene bertanya.

"Terserah kau saja".

"Non Jennie". Sapa salah satu maid saat membukakan pintu untuk anak majikannya. "Eh non Irene". Lanjutnya saat tak menyadari Jennie datang bersama Irene.

Setelahnya keduanya langsung berjalan menuju halaman belakang manssion karena tadi Taeyon sempat memberitahu keduanya bahwa dia ada bersama Tiffany.

Baru juga sampai tapi keduanya sudah  disuguhkan oleh pemandangan yang bikin kikuk. Jika pada saat itu mereka terlihat kesal karena memperogoki pasangan double T sedang berciuman. Lain hal nya sekarang malah langsung menundukan kepala. Melirik satu sama lain.

Irene yang melirik Jennie sambil menundukpun langsung tertawa konyol karena merasa suasana canggung yang dirasakannya. Sedangkan Jennie dia hanya memandang kekasihnya dengan bertanya-tanya.

Lalu satu ide konyol terlintas di benak Irena maupun Jennie. Dengan berjalan mengendap ngendap. Bersyukur saat tadi keduanya datang tak berteriak jadi sangat memudahkan keduanya menjahili pasangan tak tahu tempat ini.

Beberapa langkah lagi keduanya akan sampai pada belakang gazebo yang ada di sana. Sebenarnya Jennie tak enak menganggu tapi jika di pikir-pikir lagi kakanya ini sudah teralu jauh bagaimana jika bukan keduanya yang melihat? Jika di biarkan bisa saja keduanya melakukan itu disini.

Keduanya tersenyum layaknya psikopat karena memandang ular dan tikus mainan. Yang sempat mereka ambil tadi. Tinggal beberapa langkah lagi maka rencana ini akan berhasil.

1.....

2.....

3.....








"Kalian ngapain!?". Karena terlalu fokus pada langkah keduanya malah tak menyadari jika pasangan T itu sudah berdiri sambil menonton kedunya yang berjalan mengendap-ngendap. Jika di lihat dari segi tempat keduanya tak akan menginjak apapun yang bisa menimbulkan suara.

Niatnya mau nganggetin eh malah sendirinya yang kaget. Kejadian seperti ini sudah bukan rahasia umum karena kita-kita juga sering mengalaminya. Karma haha
















Sorry for typo!

JenReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang