Tiga

1.7K 135 1
                                    

Senja malas sekali untuk keluar kamar, tetapi perutnya berbunyi terus sedari tadi dan ia tidak tau dimana letak dapurnya. Dirumah ini juga hanya ada mereka berdua, tidak ada pembantu.

"Gue tanya aja kali ya, ntar main jalan aja malah salah". Gumamnya bingung.

Senja keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar Langit.

Langit yang sudah tertidur pulas terpaksa harus bangun dan membukakan pintu pada gadis yang telah mengacaukan tidurnya.

"Ada apa sih?".

"Maaf saya ganggu, saya cuma mau tanya dapur dimana?". Tanya Senja dengan wajah polosnya.

"Astaga, kamu bangunin saya cuma mau tanya letak dapur?". Ekspresi Langit seperti menahan amarah dan kesal bercampur aduk.

"Ya maaf, daripada saya main masuk aja nanti salah, lebih baik saya tanya. Lagian tinggal kasih tau aja, saya laper nih, emangnya kamu ngga laper dari siang ngga makan?".

"Ngga". Suara perut yang minta diisi terdengar ditelinga mereka berdua.

Senja ingin tertawa melihat ekspresi Langit seperti menahan malu, ucapannya dan realitanya berbeda.

"Kenapa? Mau ketawain saya?".

"N-ngga,. Yaudah kasih tau saya dimana dapurnya biar saya masakin".

"Ikut saya". Senja mengikuti kemana arah Langit berjalan.

Sesampainya didapur Senja menggeleng melihat keadaan dapur yang sangat berantakan.

"Astaga, kamu abis ngapain ini dapur sih? Masa piring sampe ada dilantai?". Senja memungut piring-piring kotor yang ada dilantai dapur.

Setelah selesai membersihkan piring kotor, Senja membuka kulkas untuk melihat sayur mayur.

Kosong.

"Astaga lagiiiii, kosong begini saya mau masak apa? Kamu bener-bener ya, rumah doang gede tapi isi kulkas kosong". Langit hanya diam menatap Senja yang menurutnya terlalu bawel.

"Saya mau keluar aja deh cari makan, daripada saya ngga bisa tidur". Senja ingin pergi sendiri, tapi ia ingat jika Langit juga lapar.

"Mau ikut ngga?". Tanyanya pada Langit yang terlihat sedang berpikir.

"Yaudah saya pergi sendiri, saya ngga tanggung ya kalo kamu kelaparan nanti". Senja meninggalkan Langit yang masih terlihat berpikir.

"Saya ikut".

Mereka berdua keluar dengan berjalan kaki, tadi siang Senja liat banyak sekali pedagang kaki lima yang mangkal dipinggir jalan.

"Rekomendasiin dong pedagang kaki lima yang enak, saya kan orang baru disini".

"Mana saya tau, saya ngga pernah makan disini". Lagi-lagi Senja dibuat geleng-geleng kepala oleh lelaki disampingnya.

"Saya lupa, orang kaya mana mau ya makan dipinggir jalan". Celetuk Senja.

"Siapa bilang? Saya bisa kok makan disini". Wajah Langit terlihat tertantang oleh ucapan Senja.

"Oke, sekalian traktir saya ya".

Mereka duduk dibarisan penjual ketoprak dan memesan dua piring ketoprak.

Senja melihat Langit begitu lahap memakan ketoprak yang dipesannya.

"Enakkan mas?". Tanya Senja dengan senyumnya yang mengembang.

"Mas?". Cicit Langit.

"Kenapa?".

"Cuma kamu yang panggil saya pake sebutan 'mas'". Balas Langit heran.

"Emangnya mau saya panggil apa? Om? Ngga mungkin kan kalo saya panggil sayang?". Senja terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.

"Saya bukan om-om ya".

"Iya cuma udah tua aja kan?". Entah mengapa melihat wajah kesal Langit membuat Senja sangat terhibur.

"Udah deh mas jangan terlalu kaku gitu, saya tau kita itu belum saling mengenal, makanya kita kenalan". Langit bingung melihat tangan Senja seperti ingin berkenalan dengan orang baru.

"Ratu Senja Arbella". Ucap Senja.

"Udah tau".

"Biar formal aja gitu mas, ayolah". Mau tidak mau Langit menautkan tangan Senja yang masih betah didepannya.

"Raja Langit Arselio".

"Mau ngga temenan sama saya? Saya tau kok sekarang kita belum bisa Nerima status kita masing-masing, tapi ngga ada salahnya kan kita temenan?". Langit mengangguk setuju.

"Oke, mulai sekarang kita temenan". Senja tersenyum senang, setidaknya perlahan ia bisa menerima dirinya yang sekarang sudah berbeda.

Selesai makan, mereka langsung pulang kerumah, karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Makasih ya mas udah traktir saya, besok gantian deh saya yang traktir".

"Yaudah sana tidur".

"Iya, selamat malam mas Langit". Senja masuk kedalam kamar nya dan Langit masih berdiri didepan kamar Senja dengan senyum tipisnya.

'ternyata sifat kalian ngga beda jauh'. Batin Langit.

...

Gimana gais, puasanya masih lancar kan? Halunya juga makin lancar kan?😂.

Jangan lupa vote ya gaisss❤️

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang