Dua belas

1.2K 97 3
                                        

Senja menatap Langit yang sudah rapi dengan kemeja berwarna birunya, lelaki itu terlihat sangat tampan pagi ini.

"Sarapan dulu mas, jangan lupa dinikmati biar ngga kangen-kangen banget sama masakan saya". Senja menyiapkan piring untuk Langit dan tidak lupa menyendokkan sarapan untuk suaminya.

"Saya cuma pergi tiga hari, bukan tiga tahun". Senja tertawa mendengar jawaban Langit.

"Ternyata suami saya lucu juga ya".

Hari ini Langit berangkat lebih pagi, karena ia memesan penerbangan pagi. Selesai sarapan Senja mengantar Langit kedepan rumah.

"Semangat kerjanya ya mas, hati-hati dijalan". Senja menyalimi tangan Langit.

"Iya, jaga diri baik-baik ya".

Senja menatap kepergian Langit, seminggu lebih sudah ia menjalani hari-harinya bersama orang baru dan juga lingkungan yang baru.

Ternyata hidup bersama lelaki cuek seperti Langit tidak terlalu buruk, pikirnya.

Ah iya, Senja harus menyiapkan dirinya untuk menjelaskan perihal kemarin pada Mawar dan juga Melati, semoga juga mereka mau menemani Senja menginap selama Langit pergi.

Senja siap-siap dengan seragam kerjanya dan langsung bergegas menuju cafe Lavender.

"Jelasin ke kita maksud dari perkataan pak Raja kemarin". Senja merasa terintimidasi oleh Mawar dan Melati yang sudah menjegatnya didepan cafe.

"Kalian ngga mau suruh gue duduk dulu gitu, biar enak ceritanya". Mawar dan Melati membawa Senja duduk disalah satu kursi cafe.

"Sekarang jelasin, jangan sampe kita marah sama Lo, kita kan temen Lo Senja, masa sih Lo nikah kita ngga tau?". Tutur Melati.

"Okey, iya gue jujur, gue emang istri nya pak Raja".

"Jadi, yang nabrak Bu putri itu nyokap Lo?". Tebak Mawar.

"Plis, gue mohon ini cuma kalian yang tau, nyokap gue kan nabrak Bu Putri juga ngga sengaja, waktu itu kecepatan mobil nyokap gue stabil terus dari arah depan tiba-tiba ada  Bu Putri dan nyokap gue bilang Bu Putri sempat minta tolong cariin calon istri buat calon suami nya".

"Gue ngga ngerti". Timpal Melati.

"Jadi gue harus gantiin Bu Putri buat jadi mempelai wanitanya dihari pernikahan mereka".

"Jadi Lo sama pak Raja nikah karena terpaksa?". Senja mengangguk mengiyakan.

"Kenapa ngga gue aja sih? Gue rela walaupun terpaksa kek, walaupun apalah". Mawar menjitak kepala Melati yang masih saja menghayal.

"Keluarganya pak Raja terima ini?". Senja mengangguk.

"Keluarga pak Raja bahkan menyambut gue dengan sangat baik, mereka biasa aja tentang nyokap gue yang nabrak Bu Putri". Senja menceritakannya dengan hati-hati, ia tidak mungkin menceritakan tentang Bu Putri yang hampir saja mencelakai papanya Langit.

"Terus perlakuan pak Raja sama Lo...gimana?". Tanya Mawar penasaran.

"Jangan-jangan Lo juga udah itu ya sama pak Raja?". Tuduh Melati.

"Heh, ya wajarlah orang Senja istrinya". Senja menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengapa kedua temannya ini berbicara begitu vulgar.

"Oh iya, kalian berdua mau temenin gue nginep dirumah pak Raja ngga?". Tanya Senja dengan wajah yang dibuat semelas mungkin.

"Emangnya pak Raja kemana?".

"Keluar kota, gue iseng dirumah sendirian".

"Gue mau kok". Balas Melati dengan semangat.

"Kesenangan Lo itu mah, inget ya pak Raja itu suaminya temen Lo".

"Iya gue tau Mawar, ngga papa kan Senja gue mengidolakan suami Lo?

"Terserah Lo deh, yaudah yuk beres-beres, udah mulai siang".

"Bentar deh, gue masih penasaran". Melati menghentikan langkah Senja dan Mawar yang ingin beranjak kebelakang.

"Apalagi sih? Senja kan udah jujur". Kesal Mawar.

"Udah deh war, Lo aja yang beres-beres biar gue ngobrol dulu sama Senja".

"Rese Lo ya, ngga pake lama".

"Iya-iya".

"Kenapa? Masih kurang penjelasan gue tadi?". Melati mengajak Senja duduk lagi.

"Hubungan Lo sama Galaksi gimana? Pak Raja udah tau?".

"Udah, Lo tenang aja,walaupun emang gue masih tahap yang biasa aja sama pak Raja, tapi kita berdua lagi berusaha untuk saling menerima, pernikahan ini juga kan sebelumnya ngga ada yang menginginkan tapi yang namanya takdir, gue ngga bisa ngelak".

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang