"Lo sama Senja balik aja bang, biar gue yang nginep disini". Ucap Angkasa melihat jam yang sudah malam.
"Ini salah gue sa, gue yang tanggung jawab, kalo Lo mau balik gapapa, sekalian gue titip Senja".
"Ngga mas, saya mau temenin kamu disini". Celetuk Senja.
"Disini dingin, kamu ngga liat pakaian kamu terbuka?".
"Tapi mas...".
"Nurut kata suami, besok pagi kamu boleh kesini lagi". Mereka berdebat didepan ruang UGD tempat wanita yang ditabrak Langit ditangani.
"Yaudah, kamu hati-hati disini ya, lorong rumah sakit kan serem, takutnya kamu sendirian trus diajak ngobrol sama mba Kun atau mas poci gitu".
"Trus apalagi?". Tanya Langit dengan nada seperti menantang.
"Ngga ada lagi kok, saya pamit ya". Senja menyalami tangan Langit dan ikut pulang bersama Angkasa.
"Mau gue anter kerumah bang Langit atau kerumah mama aja?". Tanya Angkasa.
"Kerumah mas Langit, emangnya mama udah tau tentang ini?".
"Bang Langit ngelarang gue bilang sama mama". Senja mengangguk mengerti dan mereka diam sepanjang perjalanan.
"Lo cinta sama bang Langit?". Celetuk Angkasa yang membuat Senja menatap aneh lelaki itu.
"Kenapa emang?". Balik tanya Senja.
"Engga papa, gue pikir kan kalian nikah karena terpaksa jadi ngga mungkin ada cinta".
"Awalnya saya juga berpikir gitu, tapi setelah saya tau kalo hidup bersama cowok cuek kaya mas Langit itu ngga buruk, saya mulai belajar untuk membuka hati, lagipula dia kan suami saya, ngga ada salahnya kalo saya jatuh hati sama dia kan?".
"Dan Lo berusaha untuk ngebuat bang Langit jatuh cinta sama Lo?".
"Iya, walaupun saya ngga tau kapan mas Langit bisa mencintai saya".
'sebenernya Lo berhasil Senja, bang Langit udah jatuh cinta sama Lo, dari cara dia memperlakukan Lo, bahkan ngga rela liat lu nangis itu udah jadi tanda kalo dia juga cinta sama Lo'. Batin Angkasa.
"Selain karena bulan, kalian pernah berantem karena apa?". Tanya Senja.
"Eum...apa ya?". Angkasa terlihat sedikit berpikir.
"Gue sama bang Langit itu jarang berantem, dan waktu itu adalah pertama kalinya kita berantem, makanya rasanya tuh aneh banget, tapi karena kedewasaan gue akhirnya gue berusaha untuk lupain masalah kita dan kita damai, itu juga karena Lo".
"Karena saya? Emangnya saya ngapain?".
"Karena bang Langit nikah sama Lo, bukan sama bulan".
"Seberharga itu bulan dihidup kalian?".
"Awalnya mungkin iya, tapi gue ngga bego kaya bang Langit". Jawab Angkasa dengan tawa renyahnya.
"Apa sih yang ngebuat Lo jatuh cinta sama bang Langit?". Suara Angkasa kini terdengar serius.
"Karena dia suami saya".
"Alasan lain? Yang masuk akal". Senja menatap jalanan sepi untuk mencari jawaban yang masuk akal.
"Saya merasa...dia pantas untuk saya cintai".
...
Paginya, Senja menyusul Langit kerumah sakit dan tadi Langit memberi kabar jika wanita itu sudah bisa dipindahkan keruang rawat dari semalam.
"Pagi...". Senja menatap Langit yang tengah menyuapi wanita yang ditabraknya kemarin, Senja juga baru pertama kalinya melihat wanita ini, cantik dan sepertinya sedikit lebih tua darinya.
"Hai". Sapa Senja pada wanita itu dan tidak lupa menyalimi tangan Langit.
"Hai...kamu adiknya Langit?". Tebak wanita itu.
"Saya Senja, istrinya mas Langit". Raut wajah wanita itu seketika berubah.
"Istri?". Tanyanya memastikan.
"Iya, dia istri saya". Ucap Langit.
"Salam kenal, saya Jingga".
"Sini biar saya suapin mba jingga, saya udah bawa sarapan buat kamu mas, kamu makan dulu ya". Langit nurut dan memberikan mangkuk ditangannya pada Senja.
"Gimana keadaannya mba? Udah baikan?".
"Udah baikan, makasih ya kamu dan Langit sudah mau merawat saya disini".
"Iya mba, kalo boleh tau keluarga nya mba jingga dimana? Mereka ngga tau mba ada disini?". Tanya Senja.
"Saya kabur dari rumah, saya dipaksa menikah oleh lelaki yang tidak saya suka, jadi saya kabur dan ngga sengaja nabrak mobil Langit, padahal saya yang menabrak bukan Langit,tapi dengan baiknya dia bawa saya kerumah sakit". Jelas jingga.
"Apa ngga sebaiknya ditelpon dulu keluarga nya mba? Bukannya saya ikut campur, tapi ada baiknya diomongin secara kekeluargaan".
"Mungkin nanti, setelah saya sembuh". Senja mengangguk paham dan menghampiri Langit yang baru selesai sarapan.
"Kamu kerja hari ini mas?".
"Harusnya, hari ini ada clien dari Surabaya".
"Yaudah biar saya yang jaga mba jingga disini".
"Makasih ya, kamu udah sarapan?". Senja mengangguk mengiyakan.
"Saya pulang ya".
"Iya, semangat kerjanya".
Setelah Langit sudah tidak terlihat lagi dimata dua wanita cantik ini, Jingga menatap Senja ragu, seakan ingin mengatakan sesuatu.
"Kamu beruntung punya suami seperti Langit, dia benar-benar menjaga perasaan kamu". Ucap Jingga.
"Maksudnya mba?".
"Dia sangat menjaga jarak dengan wanita lain, bahkan pas kamu datang tadi, baru aja Langit masuk mau suapin saya, dari raut wajahnya sih kaya ngga nyaman berduaan sama saya". Jingga tertawa mengingat tingkah Langit tadi.
"Kamu ijinin suami kamu nikah lagi?". Senja yang tersenyum mendengar penuturan Jingga langsung merubah raut wajahnya mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Jingga.
"Kalo dari saya sendiri sih, saya ngga akan mau dipoligami, apapun alasannya lebih baik saya mundur".
"Kalo gitu Langit bisa jadi milik saya seutuhnya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
RomanceGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...