"Loh ini siapa?". Tegur Alula yang melihat wanita tidak dikenalnya ada dirumah anaknya.
"Mama, kok kesini ngga ngabarin?". Sapa Senja tidak lupa menyalimi tangan mertuanya.
"Iya mama cuma mau tengok menantu mama, ini siapa nak?". Tanyanya lagi.
"Oh ini...".
"Saya Jingga Tante, pacarnya Langit". Senja dan Langit saling bertatapan bingung.
Suara tawa menggelegar di kuping mereka.
"Makin gila Lo ya, ngaku-ngaku pacarnya Abang gue lagi Lo". Seperti biasa, Angkasa datang dengan wajah tengilnya.
"Terus yang bener ini siapa?". Tanya Alula.
"Yang tadi aku ceritain sama mama, aku kira udah minggat dia dari sini". Ucap Angkasa memandang Jingga sinis.
"Oh iya bang, gue udah nemu kontrakan buat dia, mau sekarang gue anterin?". Wajah Jingga langsung berubah pucat, ia tidak mau pergi dari sini.
"Aduh... kaki saya sakit". Ringisnya pura-pura.
"Eh kamu kenapa?". Tanya mama.
"Ngga usah pura-pura deh Lo, cepetan beresin barang Lo". Suruh Angkasa.
"Angkasa kamu ngga boleh gitu dong nak, kasian loh dia kesakitan".
"Halah, ngga usah percaya deh mah".
"Kita masuk dulu ya". Mama memapah Jingga masuk kedalam rumah.
"Makin jadi aja tuh cewek".
"Saya juga bingung, maunya dia tuh apasih?!". Ucap Senja.
"Dia mau suami Lo, kekepin dah tuh biar ngga digondol Ama tuh cewek". Langit meneloyor pelan kepala Angkasa, adiknya ini selalu berbicara seenaknya.
"Jangan seenaknya kalo ngomong".
"Tapi emang kenyataannya gitu bang".
"Emang Abang kamu tuh kurang peka orangnya". Ucap Senja menatap sinis Langit dan menyusul mamanya masuk kedalam rumah.
"Kejar Sono bini Lo, mau gue yang kejar?".
"Saya mohon Tante, ijinin saya untuk tinggal disini ya? Saya ngga punya siapa-siapa Tante dan saya ngga biasa hidup sendiri". Mohon Jingga.
Senja dan Langit duduk bersebelahan didekat mamanya.
"Saya ngga bisa memutuskan itu, karena ini rumah Langit bukan rumah saya dan saya juga ngga mau mengganggu ketenangan anak dan menantu saya". Jawab mama.
"Kontrakan untuk mba kan udah ada, masalah kebutuhan mba insya Allah mba ngga akan kekurangan, jadi saya mohon sama mba, tolong lepasin mas Langit dari tanggung jawab yang ngga seharusnya dia tanggung". Ucap Senja yang diangguki mereka yang berada diruang keluarga kecuali Jingga.
"Saya bisa pastikan kamu ngga akan kekurangan". Timpal Langit.
"Ngga mau, saya mau nya disini, saya ngga mau tinggal sendiri".
"Harus berapa kali lagi saya tegaskan sama mba, ngga baik ada seorang wanita tinggal bersama lelaki yang bukan mahram nya? Saya ngga mau nantinya ada kesalahpahaman".
"Saya janji, saya akan bantu kamu disini, saya akan bantu kamu cuci baju, masak atau apapun itu, yang penting saya boleh ya tinggal disini". Mohon ya dengan wajah melas.
"Oke, kalo gitu biar saya yang pergi". Senja beranjak dari duduknya, tetapi tangan Langit mencekalnya.
"Mau kemana?".
"Saya ngga mau serumah dengan wanita yang bukan siapa-siapa, lebih baik saya tinggal dikontrakan kecil dan itu bisa membuat saya tenang".
"Jangan nak...".
"Ngga papa mah, biar Senja yang ngalah, Senja ngga mau ribut terus-menerus sama mba Jingga".
"Saya ikut". Ucapan Langit membuat semua yang ada disana tertegun.
"K-kamu mau ikut?".
"Kamu itu istri saya, kemana pun kamu pergi, saya harus ada disamping kamu". Senyum tipis terbit dibibir Senja.
"Dan saya tinggal disini sendiri?". Tanya Jingga.
"Ya Emangnya Lo mau tinggal sama siapa? Ribet banget sih Lo".
"Gini aja, biar jingga tinggal sama mama gimana? Biar mama ngga kesepian dirumah". Angkasa menampilkan wajah tidak setujunya.
"Kok jadi tinggal dirumah kita sih mah?".
"Ngga papa, dia kan bisa bantu-bantu mama, iya kan Jingga?".
"Eh? I-iya Tante, ngga papa deh saya tinggal sama Tante".
"Senja". Panggil mama pada Senja.
"Iya mah?".
"Mama mau bicara sebentar sama kamu". Senja mengangguk dan mengajak mamanya masuk kekamarnya.
"Ada apa mah?". Mama membawa Senja kedalam dekapannya.
"Kamu tenang aja ya nak, mama ngga akan membiarkan ada wanita lain masuk ke rumah tangga kamu dan Langit, karena mama tau kamu adalah yang terakhir dan yang terbaik untuk Langit".
"Makasih ya mah, mama udah ngerti perasaan aku".
"Mama kan juga seorang istri sayang, mama tau rasanya cemburu, rasa sakit ngeliat suami deket sama wanita lain, pasti kamu cemburu kan kalo ada Jingga dirumah ini?". Senja mengangguk mengiyakan.
"Walaupun aku tau mas Langit emang cuek, tapi tetep aja rasa takut tetep ada mah, aku ngga mau kehilangan orang yang aku cinta untuk kesekian kalinya".
"Kalian itu saling mencintai, sangat cocok, cuma kurang satu".
"Apa?".
"Keturunan, mama mau punya cucu nak". Senja tersenyum miris mendengar keinginan mama mertuanya.
'aku aja ngga pernah disentuh sama mas Langit, gimana bisa punya anak mah?'. Batinnya tertawa miris.
Karena aku sayanggggg bgt sama kalian, aku update ehehe.
Selamat malam Minggu mbloo!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
RomanceGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...