Tiga puluh delapan🖤

794 58 10
                                        

Senja membuang mukanya kearah lain melihat Langit yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada.

"Kenapa buang muka? Ngga tertarik sama perut sixpack saya?". Senja menggeleng pelan.

"Saya tertariknya cuma sama perut sixpack nya Chanyeol".

"Chanyeol? Siapa? Kamu selingkuh?". Senja tertawa mendengar penuturan Langit.

"Yakali Chanyeol mau sama saya".

"Trus dia siapa?".

"Member boyband Korea".

"Ada makanan ngga? Saya laper". Ucapnya dengan nada manja.

"Saya beliin dulu, kamu tunggu sini".

"Ikut".

"Ngga usah, kamu tunggu sini aja".

"Saya mau ikut".

"Ngga usah".

"Ikuttt!!!". Langit menghembuskan napasnya pelan dan mengangguk.

Langit sengaja membawa Senja ketempat nasi goreng yang dulu sempat mereka datangi, ia ingin gadis itu mengingat sedikit demi sedikit memori tentang mereka.

"Eh mas mba, baru keliatan, gimana udah isi belum si mba nya?". Tegur penjual nasi goreng, Senja hanya menatap mereka tidak mengerti.

"Eh? Belum pak". Balas Langit sopan.

"Itu kenapa kepala mba nya diperban?".

"Kemarin ada sedikit kecelakaan".

"Semoga cepet sembuh ya mba, saya doain lagi ya setelah sembuh mas sama mba bisa secepatnya punya momongan".

"Aamiin terimakasih pak". Senja hanya mendengar percakapan mereka dan malam ini pembeli lumayan ramai.

"Sayang ih pedes banget nanti anak kita sakit perut, kan tadi aku bilang ngga pedes". Rengek ibu hamil dibelakang Senja yang membuat gadis itu menengok.

"Eh iya aku lupa, yaudah nanti pesen lagi".

Seorang gadis kecil mendekati Senja dan menatapnya bingung.

"Tante, itu kepalanya kenapa?". Tanyanya menunjuk kepala Senja.

"Ini? Tante jatuh karena main lari-larian, kamu jangan main lari-larian ya, nanti kaya Tante kepalanya dibungkus".

"Iya Tante, sakit ngga?".

"Sakit". Dengan wajah dibuat semelas mungkin Senja berbicara pada gadis kecil didepannya.

"Tuh liat mas, istrinya udah kepengen punya anak itu". Celetuk penjual nasi goreng.

Setelah mengantri cukup lama akhirnya mereka bisa membawa pulang dua bungkus nasi goreng dan memakannya diruang keluarga.

"Kamu kenal sama penjual nasi goreng nya?". Tanya Senja.

"Kamu juga kenal".

"Saya? Ngga kenal ah".

"Waktu itu, tengah malem kamu kelaperan dan cuma bapak itu yang masih buka".

"Trus?".

"Trus kita makan sebungkus berdua dikamar".

"Trus".

"Trus kamu ngga bisa tidur dan akhirnya nonton tv disini".

"Trus?".

"Kita ketiduran disini".

"Trus?".

"Trus kamu inget ngga?".

"Trus kita ngga ngapa-ngapain lagi kan? Kamu ngga macem-macem kan sama saya".

"Waktu itu saya tidur duluan, kayanya kamu yang macem-macem sama saya".

"Ih engga, emangnya saya seagresif itu apa".

"Emangnya kamu ngga mau punya anak?".

"Kok jadi bahas anak?".

"Kalo ingatan kamu kembali, kamu pasti tau alasan kita kecelakaan".

"Apa? Coba kasih tau saya alasannya!".

"Kamu yakin mau denger alasannya?". Mereka meninggalkan dua bungkus nasi gorengnya karena obrolan kali terdengar begitu serius.

"Saya yakin, saya harus tau alasan kita menikah, alasan kita harus punya anak dan alasan kenapa kamu mau bertahan sama saya". Langit menghadap kearah Senja dan menatap mata wanitanya dalam.

"H-1 sebelum saya menikah, calon istri saya meninggal karena kecelakaan yang ngga sengaja disebabkan oleh mama kamu dan terpaksa kamu harus menggantikan dia sebagai calon istri saya".

Senja tersenyum miring.

"Pernikahan terpaksa?".

"Awalnya semua memang  terpaksa, saya bahkan kamu mungkin ngga bisa menerima status kita yang sudah sah sebagai suami istri".

"Berarti dari awal ngga ada cinta dalam pernikahan kita? Trus kenapa tadi kamu bahas anak? Kenapa kamu peduli sama saya? Kenapa kamu ngga tinggalin saya aja apalagi dengan keadaan saya yang kaya gini...kenapaa...". Langit memeluk Senja yang membuat Senja menghentikan ucapannya, padahal masih banyak kenapa kenapa didalam otak Senja.

"Karena saya sudah mencintai kamu". Tubuhnya mematung mendengar penuturan Langit dan suara lelaki itu juga terdengar begitu tegas ditelinga.

"Saya ngga mau kehilangan kamu".

Langit menempelkan dahinya pada dahi Senja, bahkan sudah tidak ada jarak lagi diantara mereka.

"Mas...".

'mas?'. Langit sangat merindukan suara Senja yang memanggilnya mas.

"Saya akan berusaha untuk mengingat lagi". Langit tersenyum, Senja juga merasa nyaman berada didekat Langit dan lagi-lagi malam ini mereka tertidur di sofa meninggalkan nasi goreng yang masih tersisa.

Esok paginya, Senja mencoba untuk membuat puncake cokelat.

"Pagi mas Langit". Langit turun kedapur dengan baju tidur yang masih menempel di badannya dan mendekat kearah Senja.

Cup, satu kecupan mendarat dengan mulus di Pipi Senja.

"Pagi".

"Saya cuma buat puncake, maaf ya".

"Apapun yang kamu buat pasti saya makan". Benar saja, dengan lahapnya Langit memakan puncake buatan Senja sampai tidak sadar jika ada cokelat yang tertinggal diujung bibirnya.

Senja mendekat dan mengecup bibir Langit sekilas.

Mata Langit melotot kaget mengetahui perlakuan Senja pada dirinya, jantungnya berdegup lebih kencang bahkan dadanya terasa sesak.

"Eh? Maaf tadi ada...".

"Ngga papa". Mereka berdua terlihat saling salah tingkah, bahkan Senja sampai beranjak kedapur Membereskan piring kotor.

Suara ketukan pintu diluar membuat Langit beranjak untuk membukanya diikuti Senja.

"Pagi Langit". Jingga nongol didepan pintu dengan membawa ranjang berisi makanan.

"Siapa?". Tanya Senja.

"Hai Nja, oh iya saya lupa kamu kan amnesia, saya Jingga pacarnya Langit".

Senja dan Langit saling menatap bingung.

"Kebetulan didapur banyak piring kotor, tolong dicuci ya, ini art yang kamu bilang mau dateng kan mas?". Langit hanya mengangguk pelan, wajah Jingga berubah menjadi tidak enak.

"Kalo bisa sih diganti aja mas art nya, masa ngaku-ngaku jadi pacar kamu, dah ah saya masuk duluan ya". Senja menghilang dari penglihatan Langit dan Jingga.

"Kok ngeselin banget sih?!". Kesal Jingga.

"Denger kan yang dibilang Senja tadi?". Jingga masuk kedalam rumah dengan hentakan kaki karena kesal dan Langit yang menyusul Senja keruang keluarga.

...
Jingga enaknya diapain gais? Ngeselin ngga tuh?✌️


Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang