"Hai Nja, gue temenin Lo disini ya,kayanya ngga aman kalo Lo sendirian disini". Angkasa masuk kedalam ruang rawat Jingga dan melihat Senja yang sedang melamun dengan tatapan kosongnya.
"Senjaaaaaa". Mawar yang baru saja datang langsung memeluk Senja.
"Mawar, kok bisa bareng Angkasa? Jangan-jangan kalian abis nge-date ya?".
"Tadi Angkasa jemput gue, kalo bukan karena Lo juga gue ngga mau naik motor sama cowok begajulan ini".
"Ngga dijatohin kan sama Angkasa?".
"Temen Lo aman, santai aja".
"Kalian siapa?". Tanya Jingga yang sedari tadi diam menatap mereka.
"Gue Angkasa, adiknya bang Langit".
"Hai...gue Mawar".
"Eum...maaf ya, gue dateng-dateng berisik, nama Lo siapa?".
"Saya Jingga".
"War, mending ajak Senja keluar sana, ajak jajan kek kasian bengong mulu". Mawar mengiyakan perkataan Angkasa dan mengajak Senja keluar.
"Urusan dia, biar jadi urusan gue". Angkasa menatap sinis ke arah Jingga yang menatapnya bingung.
"Saya tinggal dulu ya mba".
Mawar mengajak Senja ketempat pedagang kaki lima yang semalam Senja datangi bersama Langit.
"Jangan gampang percaya sama orang ya Nja, gue tau kok apa yang lagi Lo pikirin".
"Emangnya Lo bisa baca pikiran gue?".
"Ya engga sih, tapi gue tau aja". Mawar memesan dua mangkuk bakso untuk mereka berdua.
"Sebelum gue sama Angkasa masuk keruang rawat tadi, kita sempet denger percakapan Lo sama si Jingga Jingga itu". Senja memicingkan matanya pada mawar.
"Denger apa Lo?".
"Semuanya".
"Setelah Galaksi, gue ngga mau lagi ada orang yang berusaha buat misahin Lo sama pak Raja".
"Jangan buat wanita itu jadi beban pikiran Lo ya, Lo harus bisa buktiin kalo cuma Lo yang pantas buat pak Raja". Senja mengangguk pelan.
"Thanks ya war, tadinya gue bingung mau cerita ke siapa, ngga mungkin kan gue bilang sama mas Langit".
"Selama ada gue, melati, bahkan Angkasa, kita akan terus jadi tim Langit Senja bersatu".
"Apaansi Lo, ada ada aja".
"Oh iya Melati kemana?".
"Melati lagi ngurus berkas, besok kan gue sama dia udah mulai kerja di perusahaan pak Raja".
"Gue juga mau kerja bareng kalian, tunggu gue ya".
"Ngapain kerja si? Laki Lo managernya kok".
"Gue ngga mau bergantung sama orang lain, sekalipun itu suami gue sendiri".
"Sikap ini Nja, yang bikin gue selalu kagum sama Lo".
"Makasih ya war, bahkan disaat gue udah nikah kaya gini aja gue masih ngerepotin Lo".
"Mau Lo udah nikah kek, punya anak kek, mau jadi nenek-nenek sekalipun, Lo tetep sahabat gue, jangan pernah sungkan untuk berbagi cerita sama gue ya". Senja memeluk Mawar sebentar.
"Gue beruntung banget bisa punya sahabat kaya Lo dan Melati".
"Kok gue ngga dipesenin sih?". Angkasa yang baru saja datang duduk disamping Mawar dan meminum segelas es teh milik Mawar.
"Angkasa itu es gue...". Ucapnya pasrah melihat segelas es teh telah habis diminum Angkasa.
"Kok kamu kesini? Yang jaga mba jingga siapa?". Tanya Senja.
"Yailah, dia bukan bayi yang harus diawasin 1x24 jam". Jawab Angkasa dengan nada tengilnya.
"Iya, tapi diakan lagi sakit, kalo butuh apa-apa gimana?".
"Panggil suster".
"Sa, kamu ngga bisa seenaknya gini dong, mba jingga itu tanggung jawabnya mas Langit, kalo dia kenapa-kenapa bisa mas Langit yang tanggung nanti, saya ngga mau nambah urusan lagi sama dia".
"War, gue kedalem duluan ya". Baru saja ingin melangkah, suara deringan ponsel Senja berbunyi begitu nyaring.
"Halo mas?".
"Kamu dimana? Kamu tinggal Jingga sendiri?".
"Saya lagi beli makan sebentar, kenapa kamu bisa tau saya tinggal dia?".
"Dia telpon saya, sekarang kamu balik ke ruang rawat, jangan tinggal dia sendirian lagi".
"Iya".
"Bang Langit?". Tanya Angkasa yang diangguki Senja dan melanjutkan langkahnya keruang rawat Jingga.
"Maaf ya mba, mba jadi sendirian disini, oh iya lain kali ngga usah lapor sama suami saya ya, dia sibuk kerja jadi tolong jangan diganggu dan kalo mba butuh apa-apa ada saya disini". Ucap Senja yang membuat Jingga terdiam sesaat.
"Kamu kan disini ditugasin untuk menjaga saya, kalo kamu tinggal saya sendiri mending saya ditemani Langit". Balasnya sinis.
"Maaf mba, ngga baik berduaan sama lelaki yang bukan mahram nya".
"Inget ya, saya bisa masuk rumah sakit karena suami kamu, jadi untuk kedepannya suami kamu harus tanggung jawab".
"Untuk kedepannya, maksudnya gimana ya? Nanti, jika mba sudah sembuh otomatis tanggung jawab suami saya selesai".
"Ngga bisa, setelah Langit menabrak saya, saya sudah menjadi tanggung jawabnya sampai kapanpun yang saya mau, emangnya kamu mau saya laporin suami kamu kepolisi? Kamu mau dia dipenjara?". Ancam Jingga, Senja mungkin masih bisa terlihat santai tetapi hatinya begitu muak melihat wanita didepannya.
"Suami saya itu menabrak, bukan menghamili, apa yang harus ditanggung jawab kan lagi setelah mba sembuh? Saya mohon ya mba, jangan banyak berharap pada suami saya, saya sama sekali ngga melarang mba jika mba jatuh cinta sama suami saya, tapi kalo untuk memiliki... maaf...dia hanya milik saya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
RomanceGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...
