Hari sudah beranjak malam, senja dan Langit memutuskan untuk pulang.
"Kenapa ngga nginep aja sih nak? Udah malem, takutnya kenapa-napa dijalan". Ucap Alula.
"Ngga usah mah, ngga enak ngerepotin mama".
"Yaudah, kalian hati-hati ya, jangan ngebut bawa mobilnya".
"Iya mah". Senja menyusul Langit yang sudah duluan masuk ke mobil, ia memandang tiket bulan madu yang berada ditangannya.
"Tiketnya mau dibuang atau gimana mas?". Tanya Senja saat diperjalanan pulang.
"Simpan". Senja menaikkan alisnya bingung.
"Buat apa? Kita ngga akan pergi kan?".
"Lusa kita berangkat".
"Lusa?".
"Mas, b-bukannya kamu....".
"Apa? Mau ngebantah suami?".
"Ngga gitu mas, kamu kan...".
"Saya kenapa? Saya melakukan ini demi papa dan mama".
"Saya ngga mau semua terjadi hanya karena paksaan". Senja tersenyum getir mendengar perkataan Langit.
"Tadi kan kamu sendiri yang bilang sama papa, mau kasih cucu yang banyak kan?". Senja diam, percuma saja rasanya bicara dengan Langit.
Dipertengahan jalan Langit merasakan ada yang aneh dengan mobilnya, rem nya tidak berfungsi.
"Sial, rem nya blong". Umpat Langit.
"Kenapa mas?".
"Rem nya blong".
"Hah? Kok bisa sih mas?". Wajah panik langsung terbit di wajah Senja, apa kekhawatiran mamanya tadi adalah pertanda?.
"Mas saya ngga mau kita kenapa-napa".
"Pegangan yang kenceng ya".
"Mas saya takut". Senja memejamkan matanya takut.
Mobil truk yang melaju kencang dari arah berlawanan membuat Langit banting stir ke kiri dan berakhir dengan mobil yang menabrak pepohonan besar dipinggir jalan.
"Aaaaaaaaaakh". Pandangannya seketika buram dan rasa sakit di kepala membuat Senja menutup matanya perlahan.
"Mas...la..ngit". Senja benar-benar menutup matanya setelah melihat Langit yang tidak sadarkan diri dikursi kemudi.
Disisi lain, Angkasa dan Mawar baru saja pulang setelah hampir seharian bersama, kebetulan mereka melewati jalan yang sama dengan yang Langit lewati.
"Thanks ya sa buat hari ini".
"Sama-sama".
"Pak berhenti sebentar pak, tolong ada kecelakaan". Seorang bapak-bapak meminta tolong dari jauh pada mereka.
"Ada apa pak?". Tanya Angkasa menghampiri nya.
"Alhamdulillah akhirnya ada mobil yang lewat, itu pak ada kecelakaan bisa tolong dibawa kerumah sakit?".
"Oh iya pak, ayo saya bantu". Angkasa dan Mawar turun dari mobil dan membatu korban, betapa terkejutnya mereka ketika mengetahui siapa korbannya.
"SENJA?!!". Histeris Mawar.
"Senja, Nja bangun Nja, ini gue Mawar, Nja bangun". Mawar terus mengguncang tubuh Senja yang lemas tak berdaya.
"Senja bangunnnnnn!!!". Angkasa menelpon ambulance yang datang sepuluh menit kemudian, karena kebetulan rumah sakit tidak jauh dari sini.
Dua ambulance membawa Senja dan Langit, Mawar yang mendampingi Senja dan Angkasa mengikuti mereka dari belakang.
Mawar lemah melihat darah yang terus keluar dari kepala Senja, Mawar takut kejadian papanya dulu terulang lagi.
"Nja, plis bertahan". Air matanya tidak berhenti melihat sahabatnya terbaring lemah seperti ini.
Mereka langsung dibawa keruang UGD untuk ditangani dokter.
"War, tenang mereka lagi ditangani dokter". Angkasa memeluk Mawar dari samping untuk menenangkan nya.
"Senja sa, gue ngga mau dia bernasib sama kaya papa gue dulu, gue ngga mau mereka kenapa-napa". Angkasa terus memberikan pelukan hangatnya, Mawar terlihat sangat rapuh kali ini.
"Mereka pasti kuat, gue yakin".
"Darah di kepalanya banyak banget, Senja pasti kesakitan sa, Senja pasti kekurangan banyak darah, gue ngga mau Senja kaya gini, gue ngga suka liatnya". Angkasa menelungkup wajah Mawar yang sembab karena menangis.
"Hey, Senja kuat oke? Lo harus yakin kalo Senja bisa ngelewatin masa-masa ini dan jangan takut, gue ada disamping Lo".
"Lo harus bilang sama dokternya, Senja ngga boleh kenapa-napa, Senja harus sembuh, balikin dia kaya dulu sa, kasian Senja".
"Iya iya, tenang dulu". Dokter yang menangani Senja dan Langit keluar dari UGD.
"Kerabat pasien didalam?". Tanya dokter.
"I-iya dok, gimana keadaan Senja sama pak Raja dok?". Ucap Mawar.
"Keadaan pasien laki-laki tidak terlalu parah hanya sedikit benturan di kepalanya dan akan segera kami pindahkan keruang rawat". Beritahu Dokter.
"Terus keadaan Senja gimana dok? Dia baik-baik aja kan?". Tanya Mawar dengan nada gemetar.
"Pasien wanita mengalami benturan hebat sehingga kepalanya pendarahan dan kritis". Mawar menutup mulutnya tidak percaya.
"Senja kritis dok?".
"Iya, dan saya tidak bisa memprediksi kapan beliau sadar, saya permisi".
"Dok, tolongin sahabat saya dok, Senja ngga mungkin kritis dok, tolongin Senja dok, saya mohon". Angkasa membawa Mawar ke pelukannya.
"Hush, dokter pasti udah menangani Senja dengan baik war, tenang, Senja pasti sembuh".
"Senja kritis sa, dia kritis dan dokter ngga tau kapan dia sadar".
Dalam pelukan Angkasa, Mawar bisa melihat tubuh Senja dipasang alat-alat yang ia tidak mengerti fungsinya untuk apa, mata tertutup, kepala diperban dan tubuh yang terbaring lemas tak berdaya, sahabatnya kritis, rasanya Mawar tidak bisa menerima kenyataan ini.
Hari ini aku ulangtahun loh gais 🙈
Karena ini hari spesial, aku up langsung 2 part ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
RomanceGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...