Mawar tersenyum sendiri menatap pemandangan pagi ini yang begitu indah, tidak lupa ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengabadikannya.
"Best couple gue nih". Gumam Mawar yang memperhatikan foto Langit dan Senja yang masih tertidur pulas di sofa.
"Senja... Udah pagi, bangun yuk". Mawar menepuk pipi Senja pelan sampai gadis itu terbangun.
"Eh? Udah pagi".
"Iya, gue berangkat dulu ya, hari ini kan hari pertama gue kerja". Ucap Mawar dengan semangatnya.
"Iya war, semangat ya".
"Semaleman tidur disini? Emang kamar kalian kenapa? Atau sengaja mau berduaan disini ya?". Goda Mawar.
"Semalem gue ngga bisa tidur, jadi ditemenin mas Langit nonton tv eh akhirnya ketiduran disini". Cerita Senja.
"Ngga papa sih, ngga masalah Lo mau tidur dimana aja, cuma tolong hargai yang jomblo ya".
"Ih pagi-pagi udah ngeledek".
"Yaudah, gue berangkat ya, bye Senja".
"Bye".
Senja melihat jam di dinding menunjukkan pukul 7 pagi, ia langsung membangunkan Langit.
"Mas, bangun".
"Hmm?".
"Udah siang, nanti telat kekantor nya". Langit bangun dari tidurnya dan bergegas pergi kekamarnya, diikuti Senja yang berbelok kearah dapur.
Pagi ini Senja membuatkan sandwich untuk Langit, ia pikir Langit pasti bosan jika memakan nasi gorengnya setiap pagi apalagi semalam mereka baru saja membeli nasi goreng.
Sekitar dua puluh menit Langit yang sudah rapi dengan kemeja birunya menghampiri Senja didapur.
"Sarapan dulu mas".
"Semalam kita tidur di sofa?". Tanya Langit yang diangguki Senja.
"Iya, maaf ya saya ngga bangunin kamu untuk pindah kekamar, pasti badan kamu pada sakit ya?". Tebak Senja.
"Ngga, saya ngerasa nyaman tidur semalam, kamu bawa guling untuk saya semalam?". Senja menggeleng pelan.
"Kamu peluk saya mas, bukan bantal guling". Ucap Senja pelan namun masih terdengar Langit.
"Oh iya mas, Mawar sama Melati kan hari ini resmi kerja di kantor kamu, masih ada lowongan ngga?".
"Untuk siapa?".
"Saya".
"Tugas kamu itu dirumah, bukan dikantor".
"Bosen, kesepian sendiri dirumah, kecuali ada kesibukan ngurus anak atau apa gitu". Senja menutup mulutnya yang keceplosan menyebut anak didepan Langit.
"Maaf, saya keceplosan". Langit mengangguk mengerti.
"Saya berangkat". Senja menyalami tangan Langit.
Langit sedikit menarik tubuh Senja dan membisikkan sesuatu ditelinga Senja.
"Nanti malam kita buat ya". Senja melotot mendengar bisikan Langit, jantung nya berdegup kencang saat ini.
Senja berlari menyusul Langit yang baru saja masuk ke mobilnya.
"Tunggu mas...nanti malem mau buat apa?". Tanya Senja dengan wajah bushing nya.
"Buat apa?".
"Itu tadi...kamu bisikin saya".
"Emang saya bisikin kamu apa?". Tanya Langit pura-pura tidak tau.
"Itu...". Senja ragu untuk mengatakan nya.
"Oh itu...buat nasi goreng, saya ngerasa ada yang kurang tanpa nasi goreng kamu pagi ini".
"Ih mas, kok ngeselin sih". Wajah Senja terlihat sangat menggemaskan dimata Langit sekarang, membuat Langit turun dari mobilnya dan berdiri didepan Senja yang tengah memanyunkan bibirnya.
"Makanya jangan kepedean".
"Dasar suami nyebelin, ngga bisa gitu bikin seneng istrinya?".
"Bisa".
"Gimana coba? Pagi-pagi aja udah bikin saya kesel". Langit mendaratkan bibirnya pada kening Senja yang membuat Senja menghentikan ocehannya.
"Saya berangkat, assalamu'alaikum".
"Walaikumsalam". Balas Senja masih dengan wajah terkejutnya.
Ia menyentuh bekas ciuman Langit dikeningnya.
"Bener-bener ya kamu mas, susah ditebak". Senja masuk dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya.
"Sarapan untuk saya mana?". Tegur Jingga saat melihat Senja masuk dapur untuk membereskan bekas sarapan Langit.
"Mba cari sarapan disekitar komplek aja ya, stok makanan dirumah ini lagi habis". Senja lupa jika ada oranglain dirumah ini.
"Saya kan tamu dirumah ini, harusnya kamu hormati saya dong, buatin saya sarapan, siapkan segala keperluan saya". Omel Jingga.
"Maaf mba, tapi saya bukan pembantu dirumah ini".
"Kalo mau keluar cari makan, dideket sini banyak yang jual nasi uduk, kalo ngga punya uang ngutang aja dulu, nanti saya yang bayar, mereka kenal kok sama saya".
"Saya permisi dulu ya, mau mandi". Senja bergegas masuk kekamarnya, tidak ingin ribut dengan orang seperti Jingga pagi ini dan ia juga tidak ingin merusak momen bahagianya pagi ini.
"Sikap kamu yang seperti ini mas, yang ngebuat saya berpikiran kalo kamu juga cinta sama saya, tapi apa iya?". Gumamnya.
Selesai mandi, Senja berniat untuk menyiram tanaman dipekarangan rumah Langit, Senja baru menyadari banyak sekali bunga-bunga indah yang tumbuh disana.
"Kamu ngga masak?". Tanya Jingga yang menghampirinya.
"Nanti".
"Gimana suami mau betah kalo kamu aja ngga bisa masak". Sindir Jingga yang beralih duduk diteras rumah sembari memakan cemilan yang baru dibelinya.
"Saya ngga bilang saya ngga bisa masak loh mba, saya bilang nanti". Jawab Senja masih dengan nada santainya.
"Kamu tuh keliatan masih anak-anak banget tau, kok mau sih Langit sama kamu? Kenapa Langit ngga cari yang lebih dewasa? Yang lebih cantik, lebih pinter, contohnya saya gitu". Ucap Jingga yang ditertawai Senja.
"Ini nih yang bikin saya bingung sama Tante Tante kaya mba jaman sekarang, umur tua tapi otaknya kaya anak TK, cuma bisa berisik tapi otaknya masih kosong. Saya kasih tau sama mba ya, kalo mba ngga tau apa-apa tentang rumah tangga saya ngga usah berisik, cukup diem".
"Istri saya sempurna, untuk apa saya mencari yang lain?". Tiba-tiba saja Langit datang dan memeluk pinggang Senja posesif.
Mau tidak mau Senja tidak dapat menyembunyikan senyumnya, Langit membelanya didepan Jingga dan apa yang Langit bilang? Senja sempurna?.
"Mas...kok udah pulang?". Senja menyalimi tangan Langit setelah sadar akan lamunannya.
"Hari ini saya udah janji untuk mencarikan kontrakan untuk Jingga".
"Yah...jangan dong, saya tinggal disini aja sama kalian ngga papa". Elak Jingga dengan wajah takutnya.
"Saya ngga suka loh mba, ada oranglain yang ngga tau apa-apa tapi sok paling ngurusin rumah tangga saya. Saya cuma mau hidup tentram seperti sebelumnya, tanpa harus dibayangi tanggung jawab yang seharusnya sudah selesai".
"Kamu tuh emang jahat ya". Jingga menatap Senja nyalang.
"Kalo saya jahat, ngga mungkin saya mengijinkan mba bermalam disini, karena bagaimanapun juga saya berhak untuk menentukan siapa yang boleh tinggal disini atau engga dan saya pikir, mba ngga pantas untuk tinggal disini, jadi ayo kita cari kontrakan, udah siap kan ya mas? Yuk langsung otw, saya panas loh kalo setiap hari kaya gini terus".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
Lãng mạnGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...
