Tiga puluh lima

905 59 4
                                    

Langit menggenggam tangan Senja yang tidak terpasang infus, menatap mata yang masih enggan terbuka, ini adalah hari kedua Senja kritis dan kali ini hanya ada Langit yang menjaga sendiri, Angkasa dan Mawar sudah pulang sedari malam.

Pagi tadi rasa selera makannya hilang, tidak ada nasi goreng paling enak buatan Senja disini, tidak ada ocehan wanita yang membangunkannya dan tidak ada wanita yang mengucapkan 'semangat kerjanya mas Langit'. Iya, Langit rindu suara Senja, Langit rindu menatap mata indah milik Senja.

"Aneh, kok bisa ya kamu buat saya ngerasa kehilangan lagi?.

Kali ini Langit merasakan sakit lebih daripada kehilangan bulan kala itu, Langit tidak mau kehilangan lagi untuk yang kedua kalinya.

Ponsel Senja yang berada diatas nakas membuat perhatian Langit jatuh kesana.

Tangan kekarnya mampu mengambil ponsel dengan mudah.

Ponselnya tidak terkunci dan dengan mudah Langit bisa melihat isi ponsel wanitanya.

Ia membuka galeri foto, ada foto Senja bersama Aurora, bersama Mawar dan Melati, bahkan bersama Alula? Terdapat foto Senja dan mamanya yang sedang memasak berdua dan satu hal yang menarik perhatian Langit, di galeri yang bertuliskan favorit ada foto pernikahan mereka, walaupun hanya beberapa foto.

Bibirnya melengkung keatas melihat foto pernikahan nya.

"Cantik". Gumam Langit.

Jujur saja, Langit sama sekali tidak menyimpan foto pernikahan mereka karena di kamarnya sudah ada pigura besar yang berisi foto pernikahan nya, lagipula semasa menikah mereka tidak banyak berfoto dan Langit berniat untuk mengirim foto itu ke WhatsApp nya.

Langit mengetik namanya disana tapi tidak ada, ia jadi bingung apakah Senja tidak menyimpan nomornya atau disimpan dengan nama yang berbeda? Alhasil, Langit menelusuri kontak WhatsApp ponsel Senja satu persatu.

Langit menemukan foto profil WhatsApp nya bertuliskan 'Mas suami', lagi-lagi hal itu membuat bibirnya melengkung keatas.

Setelah selesai Langit ingin menaruh ponselnya ditempat semula tapi satu aplikasi bernama dear diary membuatnya penasaran dan membukanya.

'Semesta tak pernah salah, takdir tak pernah salah arah
Saya tau mas, pernikahan kita bukanlah kemauan kamu, bukan juga kemauan saya, ini takdir yang semesta mau'.

'Dari dulu saya selalu bisa mencintai dan entah kenapa, sekarang saya ingin dicintai, terlebih pada suami tampan ku hihihi'.

'tuhan tak pernah tidur, yang terbaik telah diatur, saya percaya mas, buah kesabaran itu nyata, Allah tau waktu terbaik untuk kita saling menerima'.

'Saya takut jika cinta saya tak terbalas, karena setelah saya memutuskan jika kamu adalah pelabuhan terakhir saya, saya tidak ingin lagi mencari dermaga yang lain'.

'mencintaimu adalah ketulusan yang benar-benar tulus, adalah keindahan yang benar-benar indah' dan saya menyukainya.

'Langitnya Senja, tetap tersenyum ya, dunia saya hancur tanpa senyum kamu'.

Barisan paling bawah membuat Langit tersenyum sempurna, sesempurna kata-kata Senja yang ada didalam diary nya.

Tangan Langit ingin mengetik melanjutkan halaman selanjutnya.

'Tidak perlu takut cintamu tidak terbalas, karena sekarang pelabuhan saya adalah hati kamu, tadinya hanya ingin sekedar singgah tapi ternyata nyaman, bolehkan saya menetap?'

Langit meletakkan ponsel Senja pada tempat asalnya, lagi-lagi ia menggenggam tangan Senja dan mengecupnya pelan.

"Iya-iya tau gue lo pengen mesra-mesraan sama Senja kan? Makanya lo nyuruh gue balik, iya kan?".

"Terus lo ngapain masih disini?".

"Ya kali bang gue tinggalin lo sendiri, lo aja baru mendingan". Balas Angkasa.

"Mending lo istirahat deh bang, gantian gue yang jagain Senja".

"Ngga usah".

"Yaelah bang, kaga bakal gue embat bini lo". Langit menatap Angkasa ragu.

"Oke, jangan tinggalin Senja sendiri, gue istirahat bentar". Langit beralih duduk dikursi panjang yang agak jauh dari Senja dan digantikan Angkasa yang duduk dikursi dekat brankar.

"Woy Nja, apa kabar lo? Ngga ada niatan buat bangun apa?". Angkasa berbicara dengan suara pelannya, agar tidak terdengar Langit.

"Kasian tuh suami lo jadi sad boy kalo lo begini, bangun dah gue yakin bakal banyak yang berubah sama rumah tangga lo, kaga mau kan kalo bang Langit diembat Tante Jingga?".

"Gue udah tau siapa yang buat lo sama bang Langit kecelakaan Nja, bangun, nanti gue ceritain semuanya deh dan gue janji bakal bawa orang yang udah celakain lo ke polisi"

"Bangun Nja...bang Langit kaya ngga punya semangat idup kalo ngga ada lo, oh iya Abang gue udah bucin banget sama lo tuh, bangun anjir, gue denger-denger juga lo mau bulan madu kan? Gass dong ponakan buat gue, muka gue udah cocok jadi om-om ini".

"Ah ngga seru lo mah, gue ngomong panjang lebar malah di kacangin".

"Oh iya Nja, Mawar tuh gimana sih orangnya? Kalo masalah baik sih udah pasti dia baik, menurut lo gue cocok ngga sama Mawar? Cocok kan? Cocok sih kayanya, lo ikhlas kan kalo sahabat lo sama gue? Gue janji bakal bahagiain dia nja, because i love her".

"Dah ah cape gue ngoceh mulu, cepet sembuh ya kakak ipar".

Akhirnyaaaa, lunas yaaa aku udah publish sampe part 35, happy reading 😘

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang