Enam

1.4K 108 0
                                    

"Gue nol pengetahuan banget tentang cafe ini, bisa kan kalian jelasin ke gue asal usul cafe ini?". Ucapan Senja seakan mengintrogasi Mawar dan Melati.

"Telat banget sih Lo, udah lebih 3 bulan kerja baru mau tau, kemana aja?". Celetuk Melati.

"Ya gue ngerasa gue perlu tau, kan gue juga pegawai disini".

"Oke, jadi cafe ini emang berdiri belum lama, kurang lebih masih setengah tahun, dan cafe ini adalah hadiah dari pak Raja buat Bu Putri". Beritahu Melati yang diangguki Mawar.

"Kenapa namanya cafe Lavender? Kan banyak gitu nama-nama lain yang lebih bagus".

"Bu Putri suka banget sama bunga Lavender, makanya di setiap sudut cafe ini ada bunga Lavender nya, bahkan setiap hari pak Raja selalu ganti sama bunga yang baru, itu sewaktu Bu Putri masih hidup dan sekarang mungkin setiap hari pak Raja taro bunga itu di makam Bu Putri". Kali ini Mawar yang menjawab, Senja mengangguk mengerti.

Sangat manis, pikir Senja.

"Sweet banget ngga sih? Makanya gue suka tergila-gila sama pak Raja, dia bener-bener memperlakukan Bu Putri kaya Ratu, tapi sayangnya takdir yang pisahin mereka, gue berharap sih istrinya sekarang tuh bisa sebaik Bu Putri". Timpal Melati.

"Sebaik itu ya?".

"Iya, sebelum Lo kerja disini, dia hampir setiap hari bantu-bantu, setiap jam makan siang dia selalu delivery buat kita-kita, bahkan gaji kita selalu lebih". Balas Melati.

"Baik banget ya, gue jadi tambah penasaran deh sama wajahnya, pasti cantik banget ya?". Penasaran Senja.

"Cantik, tapi yang gue tau dia hidup sebatang kara, beruntung nya dia ketemu pak Raja, makanya pak Raja tuh cuma bisa luluh sama dia, ngga yakin deh gue istri yang sekarang itu bisa ngeluluhin pak Raja atau engga". Perasaannya terasa sedikit sakit, sepertinya Bu Putri ini bukan hanya spesial dimana Langit tapi juga dimata kedua sahabatnya, bagaimana jika mereka tau bahwa istri dari seorang Raja Langit Arselio adalah dirinya yang berbeda 180° dari Bu Putri yang mereka agung-agungkan.

'sampai kapanpun gue emang ngga bisa jadi pengganti, karena gue mau jadi awal yang baru, bukan menghapus yang lama tetapi tetap membekas'. Batin Senja.

...

Selepas pulang kerja, Senja tidak langsung pulang kerumah, ia berniat untuk pergi ke makan almarhumah Bulan, ia pernah bertanya pada mamanya perihal dimana Bulan dimakamkan dan ternyata Bulan dimakamkan tidak jauh dari rumah sakit tempat mamanya dirawat kemarin.

Senja meletakkan bunga yang dibawanya disamping nisan dan berjongkok disana.

Senja mendapati bunga Lavender diatas nisan itu, benar apa yang dikatakan Mawar tadi, Langit pasti tidak akan mudah melupakan wanita sebaik Bulan.

"Assalamu'alaikum mba Bulan, saya Senja. Maafin mama saya ya mba, karena mama mba harus pergi. Saya memang tidak mengenal siapa mba Bulan sebelumya, tapi saya yakin mba adalah orang yang spesial untuk Mas Langit, tapi saya mohon mba restui saya dan mas Langit untuk bersatu, restui pernikahan kami ya mba".

"Semoga mba tenang disana, saya pasti akan terus mendoakan mba Bulan, sekali lagi maaf ya mba". Senja mengusap nisan itu penuh haru, rasanya pasti sakit sekali harus berpisah alam seperti ini.

"Saya pamit ya mba, assalamu'alaikum".

Senja berdiri dan berniat untuk pulang, tapi keberadaan Langit mengejutkannya.

"Ngapain kamu disini?". Suara Langit begitu dingin terdengar ditelinga nya.

"Saya cuma mau kenalan sama mba Bulan, tapi saya udah selesai kok, saya pulang duluan ya".

"Pulang sama saya". Tegas Langit.

"Loh, bukannya mas mau kemakam dulu?".

"Ayo pulang". Langit menarik tangan Senja untuk sampai di mobilnya.

"Kamu kesini ngikutin saya apa emang mau kemakam sih mas?".

"Ngga usah banyak tanya". Senja diam.

"Dan jangan pernah kesini tanpa seizin saya".

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang