Karena hari ini hari libur, Senja dan Langit memutuskan untuk pergi kerumah Mertuanya, Senja ingin melihat keadaan papa mertuanya.
"Assalamu'alaikum mah".
"Walaikumsalam sayang, akhirnya Dateng juga, yuk masuk".
"Tante sayuran dikulkas abis". Ucap Jingga yang menghampiri Alula dan Senja diruang keluarga.
"Yaudah kamu ke supermarket deket sini aja". Balas Alula.
"Sendiri Tante?". Tanya Jingga.
"Iya, Angkasa kan lagi pergi, lagipula jalan kaki deket kok".
Mata Jingga berbinar melihat Langit yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Sama Langit aja gimana Tante?". Tawar Jingga.
"Yaudah, Langit kamu tolong anter Jingga ke supermarket ya".
"Eh? Biar Senja aja mah yang belanja". Timpal Senja.
"Jangan dong sayang, kamu kan baru Dateng, biar Langit anter Jingga sebentar ya". Senja terpaksa mengangguk.
"Yaudah deh".
"Oke, saya tunggu diluar ya". Jingga berjalan duluan menunggu diluar.
"Saya pergi dulu ya". Lagi-lagi Senja tersenyum paksa.
"Hati-hati".
"Kita ke kamar papa aja yuk, kayanya banyak yang mau papa omongin sama kamu dan Langit". Alula menggandeng tangan Senja untuk sampai dikamarnya.
Lelaki yang belum terlalu tua tengah berbaring diatas tempat tidur dengan infus ditangannya.
"Assalamu'alaikum pah". Awan, papa mertuanya membuka matanya perlahan dan tersenyum padanya.
"S-senja".
"Iya pah, Senja disini". Senja duduk di kursi yang disediakan disana dan mengelus pelan tangan yang sudah hampir keriput.
Dari tangan satunya, Awan memberikan amplop coklat ke tangan Senja.
"Apa ini pah?". Mulut awan bergerak seakan menyuruh Senja untuk membuka amplopnya.
Dengan perlahan, Senja membuka amplop yang berisikan dua tiket liburan.
Senja menatap Alula bingung dan hal itu membuat Alula tertawa.
"Itu tiket untuk kamu dan Langit bulan madu, katanya papa mau cepet-cepet punya cucu, biar ada Langit atau Senja junior disini". Senja tersenyum malu.
"T-tapi mah,..".
"Nanti kamu kasih tau Langit ya, secepatnya kalian harus bulan madu".
"Assalamu'alaikum". Langit masuk ke kamar dan mendekat ke arah Senja.
"Cepet banget ke supermarket nya?". Tegur Senja.
"Nanti kalo lama kamu cemburu". Senja mengerutkan dahinya bingung, Langit sedang menggodanya atau bagaimana ya?.
Langit menyadari sesuatu yang dipegang Senja.
"Tiket liburan? Siapa yang mau liburan?". Tanya Langit.
"Ini...dari papa katanya...buat kita bulan madu".
"Pokoknya, pulang dari Bali kalian harus bawa cucu buat kita, kalo engga kalian ngga usah deh balik ke Jakarta". Ucap Alula.
"Kok gitu mah?".
"Iya gitu, kalian menikah udah mau dua bulan dan Senja belum juga isi, kalian udah periksa ke dokter kan?".
"Baru dua bulan mah, bukan dua tahun". Elak Langit.
"Waktu mama nikah sama papa, mama cuma kosong sebulan kok abis itu hamil kamu". Langit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Terserah mama deh". Senja tersenyum tipis, mana mungkin Langit mau.
"Permisi Tante, boleh pinjem Senja buat bantu saya masak?". Tanya Jingga yang sedari tadi menguping percakapan mereka.
"Kamu duluan aja kedapur, nanti Tante nyusul".
"Oke Tante".
"Biar Senja bantu masak ya mah".
"Ngga usah sayang, kamu disini aja temenin papa ya". Senja mengangguk nurut dan duduk di kursi.
Kini hanya tersisa Awan, Senja dan Langit.
"Gimana keadaan papa? Udah baikan?". Awan terlihat mengangguk kecil dengan tangan yang tidak diinfus bergerak mengelus kepala Senja.
"Nanti kalo Senja kasih papa cucu papa janji buat sembuh ya?". Awan tersenyum menanggapi perkataan menantunya.
"Papa..mau..punya... cucu..sebelum..pergi". Ucapnya terbata.
"Ngga boleh ngomong kaya gitu, nanti anak aku sedih kalo ngga punya kakek, papa harus kuat ya, Senja janji deh akan kasih cucu yang banyak buat papa, iya kan mas?". Mata Langit melotot mendengar istrinya.
"Oh iya pah, aku mau tanya deh, mas Langit tuh emang dari kecil begitu ya?".
"Begitu kenapa?". Timpal Langit.
"Cuek, ngeselin, ngga peka, iya kan pah?".
"Iya.. gengsi". Jawab Awan yang ditertawai Senja.
"Nah iya pah, gengsi buat bilang cinta nanti kalo aku digodain lelaki lain baru deh tau rasa".
"Ngomong apa sih kamu? Ngga jelas". Langit keluar dari kamar Alula meninggalkan mereka berdua.
"Kan pah, aku bilang juga apa, ngeselin kan". Awan tertawa pelan.
"Kamu..lucu".
"Aku seneng loh pah godain mas Langit kaya gitu, kalo marah bukannya serem malah lucu".
"Kalian..cocok".
"Papa ngga boleh sedih-sedih ya, papa harus bahagia, karena setau aku obatnya sakit adalah bahagia".
"Papa..bahagia..karena..ada..kamu".
"Aku seneng banget, aku berasa punya papa". Senja mengingat kejadian kecil dulu disaat teman-temannya bersekolah diantar papanya ia hanya diantar mamanya bahkan ia hampir berangkat sendiri setiap hari.
"Ini..papa.. kamu". Senja memeluk Awan.
"Jadi gini rasanya punya papa, makasih ya pah".
Langit tidak pergi, ia mengintip dari balik pintu percakapan papanya dan Senja, hal itu membuat Langit tersenyum, Senja bisa membuat papanya terlihat senang hari ini walaupun harus membicarakan yang tidak-tidak tentang dirinya.
Nih yang ditunggu-tunggu kan? Wkwk😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
Любовные романыGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...