Enam belas

1.2K 92 3
                                    

Senja berkali-kali mengerjapkan matanya melihat lelaki yang berdiri didepannya, badan tegap, rahang tegas dan wajah yang terlihat lelah tetapi tetap tampan.

"Mas, kok kamu udah pulang? Katanya 3 hari, belum ada 2 hari udah pulang, kangen sama saya?". Tegur Senja.

"Pekerjaan saya sudah selesai". Langit duduk disamping Senja, saat ini Senja masih dirumah mertuanya, karena hari baru saja malam.

"Kok tau saya masih dirumah mama?". Tanya Senja.

"Mama kasih tau saya".

"Yaudah istirahat dulu, saya buatin kopi ya". Senja bangun dari duduknya menuju dapur dengan langkah tertatih.

"Kaki kamu kenapa?". Tanya Langit yang melihat Senja jalan tertatih.

"Ngga papa, cuma sakit sedikit". Elaknya.

Langit mendekat dan berjongkok didepannya.

Langit melihat beberapa luka dikaki Senja, bahkan kakinya juga terlihat bengkak.

"Kamu jatuh?". Senja diam.

"Tadi waktu perjalanan kesini, Angkasa dan Senja jatuh dari motor". Jawab mamanya yang datang dari arah dapur.

"Tapi ngga papa kok mas, cuma luka kecil aja".

"Sekarang kita pulang, sekalian ke dokter". Putus Langit.

"Mas, ngga usah, tadi juga udah diobatin sama mama".

"Lebih baik periksa ke dokter Senja, mama liat kaki kamu bengkak, daripada infeksi nanti makin parah". Ucap mama.

"Aku baik-baik aja, ngga usah ke dokter lah, nanti juga sembuh sendiri".

'Keras kepala'. Batin Langit.

Langit yang tidak mau mendengar penolakan lagi dari Senja akhirnya menggendong gadis itu untuk sampai di mobilnya.

"Langit pamit ya mah, makasih udah ngerawat Senja". Mama mengangguk dan tersenyum hangat.

"Sama-sama, Senja kan anak mama juga, kamu rawat dia baik-baik ya".

Senja yang sudah berada dimobil hanya cemberut menatap jalanan, ia enggan menatap Langit yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Marah sama saya?". Tegur Langit yang tidak digubris Senja.

"Saya itu udah janji sama mama kamu untuk menjaga kamu, kalo kamu sakit trus saya biarin nanti saya yang dianggap ingkar janji".

"Tapi saya baik-baik aja mas".

"Lagian kamu kan cape baru pulang dari luar kota, langsung pulang aja ya?". Pinta Senja.

"Ratu Senja Arbella, nurut apa kata suami okey?". Tatapan Langit seakan mengalihkan dunia Senja, bahkan suara Langit yang begitu lancar menyebut namanya membuatnya mengangguk begitu saja.

"Gitu dong". Langit mengusap pelan rambut Senja.

Perhatian kecil seperti ini mengapa membuat hati Senja begitu hangat?.

Selesai Senja diperiksa dokter, Langit mengajak Senja untuk makan disekitar rumah sakit, karena Langit tau pasti gadis itu melupakan jam makan malamnya.

"Nanti saya gendut kalo makan malem-malem".

"Pikiran kaki kamu, bukan badan kamu".

"Ih mass, udah deh minum obatnya kan besok pagi bisa, lagian kata dokternya juga saya ngga papa, cuma infeksi sedikit".

Langit menyuapkan sesendok bakso pada mulut Senja yang akhirnya berhenti mengoceh.

Mereka sampai dirumah pukul 12.00 malam dan sekarang Senja dibantu Langit untuk masuk kekamarnya.

Tidak lupa Langit membawakan segelas air putih untuk Senja minum obat.

"Makasih ya mas".

"Iya, sekarang kamu tidur, kalo butuh apa-apa panggil saya". Senja mengangguk.

"Ngga mau tidur disini aja? Biar gampang kalo saya ada apa-apa". Goda Senja.

"Tidur". Tegas Langit.

"Iya, Selamat malam mas Langit". Langit keluar dari kamar Senja setelah memastikan gadis itu sudah bisa ditinggal.

Langit mengusap wajahnya gusar, mengapa makin hari Senja semakin gencar menggoda nya seperti itu? Wajah gadis itu selalu terlihat menggemaskan, pikir Langit.

Lagian jatuh cinta sama istri sendiri juga, kenapa sih pake ditahan-tahan segala? Giliran ditinggal baru nyesel, dasar cowo. Kesel author

...

Paginya Senja menggedor pintu kamar Langit sangat kencang, karena dikamarnya tiba-tiba saja ada tikus kecil yang masuk.

"Mas, tolongin saya!!". Teriak Senja.

"Kenapa? Masih pagi udah teriak-teriak". Senja berlari masuk kekamar Langit setelah lelaki itu membukakan pintunya.

"Ada tikus mas dikamar saya, tolong usir ya".

"Iya tapi jangan masuk kekamar saya, emang kamu saya ijinin masuk?". Senja menggeleng pelan.

"Yaudah sih mas, kemarin juga saya udah masuk kekamar kamu".

"APA?! Kamu masuk kamar saya tanpa seijin saya?!". Marah Langit.

"Mas yaudahlah, emangnya apa sih yang kamu tutupin dari saya? Foto mba bulan? Saya udah liat semuanya, kamu takut kenapa kalo saya ada disini? Ngga mungkin saya buang semua foto mba bulan, saya paham posisi saya disini".

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang