Empat

1.5K 113 1
                                    

Foto wanita cantik berbalut dress putih saat pemotretan prewedding membuat Langit lagi-lagi mengingat wanita itu.

"Maafin saya ya bulan, saya ngga bisa mewujudkan mimpi kita untuk saling memiliki".

"Saya akan tetap mencintai kamu dan saya ngga akan pernah melupakan kamu".

Kenangan-kenangan manis bersama kekasih tercintanya masih terekam sangat jelas, Bulan adalah wanita yang sempurna, lemah lembut dan keibuan, Langit sangat mencintainya.

Disisi lain, Senja juga menatap layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya dan Galaksi.

Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalani suatu hubungan, hingga saling mengenal dan menerima satu sama lain.

"Maafin aku Galaksi, aku ingkar janji, aku ngga bisa ada disamping kamu lagi saat kamu kemoterapi nanti, saat kamu harus menahan sakit sendirian, maafin aku". Satu tetes air matanya lolos.

Bayangan Galaksi yang menahan sakit sendirian, terngiang jelas diotaknya, lelaki baik yang harus menerima takdir jika dirinya mengalami kanker otak, orangtua yang berada jauh darinya, Galaksi sendirian, tanpa Senja Galaksi tidak punya siapa-siapa disini.

Senja bukan lagi siapa-siapa untuk Galaksi, Senja harus sadar dirinya sudah bersuami dan harus menuruti segala ucapan Langit nantinya.

Sekali lagi, maafin Senja ya Galaksi.

...

Pagi-pagi Senja sudah siap dengan keranjang belanjanya, isi kulkas rumah Langit tidak boleh kosong seperti hidupnya.

Langit yang baru saja keluar kamarnya mengejutkan Senja, bahkan hampir menabrak Senja.

"Saya ijin kepasar sebentar ya". Senja menyalimi tangan Langit dan berpamitan pada suaminya.

"Assalamu'alaikum".

"Walaikumsalam".

Senja membeli semua kebutuhan kulkas, seperti sayur mayur, telur dan juga ayam.

Selesai membeli semuanya, Senja tidak mampir dan langsung pulang kerumah, ia harus membuatkan sarapan untuk Langit.

Senja mendapati Langit yang sedang duduk diteras rumah dengan secangkir kopi dimeja dan ia langsung masuk kedalam rumah untuk memasukkan belanjaannya ke kulkas dan langsung memasak.

Dua piring nasi goreng dan telur ceplok diatasnya sudah siap diatas meja makan, tinggal menunggu sang empunya rumah melahapnya.

"Sarapan dulu mas". Ucap Senja pada Langit yang sedang meletakkan cangkir kopi diwastafel.

Langit menatap kearah nasi goreng yang dibuat Senja.

"Dimakan, jangan cuma diliatin. Masakan saya ngga terlalu buruk kok buat dimakan". Langit duduk didepan Senja dan mulai melahap nasi gorengnya.

"Gimana? Nyesel ngga makan masakan saya?".

"Enak". Senja tersenyum senang mendengar jawaban Langit.

"Saya boleh tanya sesuatu?". Tanya Senja ragu, tapi melihat ekspresi wajah Langit sepertinya lelaki itu mengiyakan.

"Sebelumnya kamu tinggal disini sendiri?". Tanya Senja.

"Kehidupan saya ngga penting untuk kamu tau". Suaranya berubah menjadi dingin.

"Tapikan sekarang saya udah jadi istri kamu, wajar dong kalo saya mau tau. Saya tuh masih kosong banget tau tentang kamu Mas, saya mau kita saling mengenal". Tutur Senja.

"Percuma, kamu ngga akan bisa menggantikan posisi bulan dihidup saya". Tegas Langit.

"Saya berada disini bukan untuk menggantikan posisi siapa-siapa, saya adalah orang baru yang sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya, tolong hargai saya setidaknya sebagai orang yang baru kamu kenal, bukan sebagai orang yang kamu benci keberadaan nya".

"Saya disini juga ngga akan memaksa kamu untuk mencintai saya, saya benci kehadiran cinta yang disebabkan karena terpaksa, karena saya sendiri ngga akan memaksa hati saya untuk mencintai kamu, saya hanya menghargai kamu sebagai suami saya". Senja meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamarnya dengan pikiran yang kacau, ia takut perkataannya menyakiti hati Langit, tapi bagaimanapun juga Senja berhak tau asal usul suaminya, tau tentang kehidupan Langit, tapi Langit seakan menutup dirinya pada Senja.

Dan Langit yang masih berada diruang makan, menatap kepergian Senja dengan wajah kecewanya. Bagaimanapun juga Senja memang orang baru, dan Langit paling malas berhadapan dengan orang baru, ia malas menjelaskan tentang apapun pada oranglain termasuk Senja yang kini telah menjadi istrinya.

"Semuanya butuh waktu Senja, Lo harus sabar". Gumam Senja menyemangati dirinya sendiri.

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang