Dua puluh

1.2K 74 0
                                    

Senja tidak tau Galaksi akan membawanya kemana, rumah yang cukup besar dipinggiran kota membuat Galaksi menghentikan mobilnya dihalaman rumah itu.

Galaksi menggandeng tangan Senja dan membawa Senja kedalam rumah itu.

"Untuk sementara kamu tinggal disini dulu, setiap hari aku akan kesini tengok kamu dan ingat, jangan coba-coba untuk kabur dari sini atau aku akan buat perhitungan sama suami kamu". Senja hanya menunduk diam, ia seperti benci melihat Galaksi yang seperti ini.

"Aku pergi dulu ya". Galaksi mengunci Senja dari luar agar Senja tidak pergi dari rumah ini, Senja juga baru teringat dengan ponselnya, ia harus segera menghubungi Langit.

Ah sial, ponselnya tertinggal dirumah.

Senja terduduk dibelakang pintu dengan rasa kecewanya.

"Kenapa Galaksi? Kenapa kamu tega sama aku?".

Disisi lain, Langit sudah habis diomeli mamanya karena tidak kunjung pulang menemui Senja, lelaki itu mengaku jika ia dan Angkasa membantu polisi melacak keberadaan Galaksi.

"Sekarang kamu pulang, temui Senja, dia khawatir sama kamu Langit. Awas ya, sampai dia kenapa-napa karena nyari kamu ... mama ngga akan maafin kamu". Raut wajah mamanya terlihat sangat marah, bahkan jarang sekali mamanya marah seperti ini.

"Iya mah, Langit pulang".

Sesampainya dirumah, Langit tidak mendapati keberadaan Senja, seperti tidak ada kehidupan dirumahnya.

Langit mencoba untuk menghubungi nomer gadis itu, tapi suara ponsel dimeja ruang tamu mengejutkan Langit dan ternyata Senja tidak membawa ponselnya.

Langit mencoba lagi untuk menghubungi orang terdekat Senja, yaitu Mawar.

"Halo pak, ada apa?". Tanya Mawar disebrang sana.

"Senja sama kamu?".

"Engga pak, siang tadi sih emang kita sempet kerumah pak Langit tapi pas saya sama Melati pulang Senja ngga bilang dia mau pergi". Jelas Mawar.

"Oke".

Langit menggeleng, sudah jam 12 malam dan tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu.

"Apa dia cari saya ya?". Gumam Langit.

Langit berlari kearah mobilnya untuk mencari Senja, bisa saja gadis itu ada disekitar rumahnya.

Nihil, sudah jam 2 malam Langit tidak menemukan Senja dan ia memutuskan untuk pulang.

...

Paginya, Galaksi mendapati Senja yang tertidur dibelakang pintu lantas membangunkannya dengan penuh hati-hati.

Galaksi menepuk pelan pipi Senja yang membuat matanya sedikit terbuka.

"Kamu kok tidur disini?". Senja menjauh dari Galaksi.

"Aku udah siapin kamar yang nyaman buat kamu, nanti kamu sakit kalo tidur disini".

"Aku mau pulang, tempat aku bukan disini". Mohon Senja yang tidak digubris Galaksi.

"Sekarang kamu makan". Senja menggeleng tidak mau.

"Makan atau kamu ngga akan pernah keluar dari rumah ini?". Ancam Galaksi.

"Kenapa? Kenapa kamu jahat sama aku Galaksi? Kamu bukan Galaksi yang aku kenal". Ucap Senja dengan suaranya yang bergetar.

"Kamu tanya kenapa? Jawabannya simple, aku cuma mau kamu bahagia, hey aku ngga jahat sama kamu. Aku tau kamu ngga bahagia kan nikah sama cowo itu? Itu cuma sebuah keterpaksaan kan? Aku ngga bisa Nerima ini Senja, aku selalu berusaha untuk membahagiakan kamu tapi setelah cowo itu datang, dia ngancurin kebahagiaan kita, dan kamu pikir aku bisa diem aja? Ngga sayang, jadi sekarang kamu tenang aja ya, aku akan buat kamu bahagia". Galaksi mencoba untuk menyentuh pipi Senja yang sudah banjir air mata.

"Jangan nangis ya, aku ngga suka liat kamu nangis". Lembut Galaksi.

"Aku mau pulang, tolong biarin aku pergi".

"Makan ya, aku ngga mau kamu sakit". Lagi-lagi ucapan Senja tidak didengar Galaksi.

Galaksi sedikit menjauh dari Senja untuk menelpon seseorang.

"Kalo Lo mau istri Lo selamat, bawa surat perceraian ke alamat yang gue kirim, jangan bawa polisi dan Lo harus kesini sendiri".

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang