Empat puluh tujuh🖤

604 38 5
                                    

Pulang kerja, Orion langsung mengajak melati untuk makan di cafe yang tidak jauh dari kantor dan sekarang mereka sudah duduk berhadapan.

"Tumben banget ngajakin gue makan, ada apa?". Canda melati.

"Ada sesuatu yang harus gue omongin sama lo Mel".

"Tentang apa? Kayanya serius banget".

"Lo... hamil?". Pertanyaan Orion membuat melati sedikit kaget, melati menjadi salah tingkah dan bingung harus menjawab apa, ia tidak mau aib nya tersebar luas.

"Kata siapa? Jangan ngomong yang nggak-nggak deh Yon, gue kan belom nikah masa iya hamil". Elak melati dengan wajah yang dibuat biasa-biasa saja tanpa menampilkan raut ketakutannya.

"Akhir-akhir ini gue sering liat lo mual di kantor dan tadi lo pingsan, jujur sama gue Mel". Orion menatap mata melati, meminta penjelasan pada wanita itu.

"Ya gue emang ngga hamil, masa gue harus pura-pura hamil sih? Udahlah bahas yang lain aja".

"Ngga Mel, lo hamil kan? Lo inget waktu lo pergi ke club sendiri?". Melati mengangguk pelan.

"Kita ketemu disana, dan lo ngajak gue minum, paginya kita udah di hotel berdua".

"Kita?". Kaget melati.

"Iya Mel, kita, lo sama gue, berdua di hotel, maaf Mel itu semua diluar kendali gue, gue juga ngga inget apa yang terjadi sama kita malam itu".

"Jadi lo...".

"Pukul gue Mel, hukum gue sampe lo ngerasa puas, lo juga boleh laporin gue ke polisi, terserah lo yang penting lo lega". Melati tidak mampu, ia hanya menangis sesenggukan didepan Orion.

"Lo jahat Yon". Ucap Melati dengan nada gemetar.

"Itu semua diluar kendali gue Mel, gue juga ngga tau apa yang terjadi sama diri gue malem itu, tapi gue udah janji sama diri gue sendiri untuk bertanggungjawab, gue ngga akan lari dari tanggungjawab gue mel".

"Gue nanggung ini sendirian, berusaha buat nutupin ini dari semua orang terutama nyokap, tapi gue tau yang namanya kehamilan itu ngga bisa ditutupin, perut gue semakin hari semakin membesar, gue ngga sanggup kalo harus nanggung ini sendirian".

"Gue tau ini berat buat lo Mel, bahkan buat gue juga dan ini semua juga bukan kemauan kita".

"Gue ngga tau sekarang harus gimana, tapi gua ngga mau anak ini lahir tanpa ayah".  Jujur melati merasa sedikit lega, setidaknya ia tau ayah kandung dari anak yang ada didalam kandungannya, ia juga tidak akan menghukum Orion apalagi memenjarakan nya, ia tidak mau jadi orang jahat, apalagi Orion adalah ayah dari anaknya nanti.

"Minggu ini, gue akan datang kerumah lo ketemu sama orangtua lo, biar gue yang jelasin ini semua". Melati menatap Orion tidak percaya.

"Gue minta maaf Mel, gue bener-bener minta maaf". Orion menggenggam tangan melati yang gemetar.

"Lo serius? Mau ketemu orang tua gue? Secepat ini?".

"Iya, gue janji akan nikahin lo secepatnya".

"Gue sempet bingung, buat cari tau siapa orang yang perkosa gue, karena saat gue sadar pagi itu gue cuma sendiri dalam keadaan tanpa baju, gue stres Yon, gue takut dan gue malu sampe gue terus ngurung diri dikamar untuk beberapa hari dan sepuluh hari yang lalu gue dinyatakan hamil, itu ngebuat beban pikiran gue bertambah, belum lagi senja yang kritis, orangtua gue yang cerai, gue sendiri dan untungnya gue punya dua sahabat yang emang bener-bener ngertiin gue, senja, mawar, angkasa bahkan pak raja ngebantuin gue buat nyari siapa pelakunya, mereka terus nyemangatin gue, mereka sayang sama anak ini".

Orion menatap melati kasian, sebelumnya ia memang sedikit memiliki perasaan lebih pada melati, gadis periang yang selalu menghangatkan suasana di kantor dan ia sekarang ia tidak tau harus menyesali perbuatannya atau tidak.

Senja dan Langit yang memilih untuk makan diluar dikejutkan dengan kedatangan mawar dan angkasa kerumah mereka.

"Ngapain? Kita mau keluar". Tegur Langit pada angkasa yang baru saja datang.

"Wah, kebetulan kalo gitu bang, kita dobel date aja gimana?". Tawar angkasa.

"Boleh, yuk kayanya seru". Balas senja.

Mereka pergi dengan mobil masing-masing dan sampai di cafe yang sama dengan Melati dan Orion.

"Nja, itu melati kan? Dia ngapain sama Orion?". Tanya Mawar.

"Mungkin Orion lagi ngejelasin semuanya".

"Ngejelasin apa? Lo belum kasih tau gue apa-apa hari ini".

"Tadi kan lo sibuk kerja, buat ikut gue ke club delmos aja lo ngga bisa, gue ngga mau ganggu kerjaan lo".

"Oke, intinya gimana? Bisa kan lo ceritain sama gue?".

"Kita samperin mereka aja". Langit dan angkasa hanya ikut kemana dua wanitanya pergi.

Mereka mendengar semua penjelasan dari Orion, mawar menatap kaget kearah lelaki itu, bahkan tangan angkasa terlihat mengepal dan ingin melayangkan tinju pada Orion.

Bugh.

Satu pukulan mendarat dengan sempurna dipipi Orion yang membuat lelaki itu terjungkal, Langit yang melihat itu lantas menghentikan pergerakan adiknya.

"Jangan pake emosi". Ucap langit.

"Udah didepan mata pelakunya bang, lo mau diem aja?!!". Marah Angkasa.

"Orion udah ngejelasin semuanya sa, ini semua karena ketidaksengajaan, gue ngga papa, gue terima ini semua, jangan sakitin Orion gue mohon". Bela melati yang melihat memar dipipi Orion.

Tetap, wajah angkasa terlihat memerah dan marah.

"Lepasin gue bang, biar gue abisin orang ini!!".

Mawar mendekat ke angkasa dan menelungkup wajah lelaki itu.

"Lo yang bilang sama gue buat ngga pake emosi kan sa? Lo yang tenangin gue disaat kemarin gue emosi dan sekarang lo malah emosi? Aneh tau ngga, gue yakin semuanya bisa diomongin baik-baik, karena yang terpenting disini adalah nasib melati dan baby nya, kita harusnya bersyukur karena Orion udah ngaku dan mau bertanggung jawab, kemarin lo juga bilang kan kalo ngga semua lelaki itu brengsek? Iya kan?".  Perlahan angkasa luluh mendengar ucapan mawar.

"Maafin gue".

"Yaudah, daripada berantem mending kita triple date, saya laper". Ucap senja yang membuat langit mengacak rambutnya gemas.

"Makasih, kalian semua udah ngerti, udah nolongin gue". Ucap Melati sendu.

"Sama-sama Mel, lain kali kalo ada apa-apa cerita sama kita ya, gue ngga nyangka banget, sebentar lagi lo nikah". Balas mawar.

"Tinggal lo sendiri yang jomblo". Celetuk senja.

"Nja, udah berani ngatain gue jomblo sekarang? Mentang-mentang udah punya suami".

"Ya makanya nikah, angkasa siap kayanya, kamu setuju kan mas kalo angkasa nikah sama mawar?". Tanyanya pada langit.

"Saya sih setuju aja, yang penting kalian sama-sama suka".

Mawar hanya melirik angkasa yang masih dengan napas memburunya, lelaki itu terlihat masih emosi dan mawar hanya mampu menggenggam tangan lelaki itu agar angkasa tidak melakukan hal-hal diluar dugaannya.

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang