Delapan

1.3K 101 4
                                    

Langit kualahan mencari keberadaan Senja, dikamar nya tidak ada, didapur juga tidak ada, kemana gadis itu pergi pagi-pagi buta seperti ini?.

Langit mencoba untuk menghubungi Senja, untung saja semalam mereka sempat bertukar nomer telpon.

Satu kali

Dua kali

Belum ada panggilan yang dijawab oleh gadis itu, sampai akhirnya panggilan ketiga dijawab.

"Kamu dimana?".

"Maaf mas tadi saya pergi lupa pamit, saya lagi ada dirumah sakit". Jawab Senja diseberang sana.

"Kamu sakit?".

"Bukan, maaf s-saya ngga sempet bikinin kamu sarapan". Ucap Senja yang terdengar tidak enakan ditelinga nya.

"Iya saya bisa sarapan diluar".

"Yaudah, semangat kerjanya hari ini ya".

Langit tersenyum simpul mendengar ucapan semangat dari Senja, kenapa setelah dibuat kacau dengan kepergian nya pagi-pagi buta, ia dibuat terbang oleh gadis yang menurutnya menggemaskan kini.

Tapi tunggu, siapa yang sakit sampai Senja rela pergi begitu saja?. Ah biar nanti ia tanyakan langsung pada gadis itu.

Senja yang sedang berada didepan ruang UGD menatap layar ponselnya bingung, hatinya mengapa aneh begini?.

"Kenapa bengong? Dapet telpon dari siapa sih? Suami Lo ya?". Tegur Mawar.

"Eh iya, tadi gue lupa pamit".

"Gue jadi penasaran sama suami Lo, kenalin dong". Senja jadi salah tingkah dibuat Mawar.

"Kapan-kapan gue kenalin ya".

"Keluarga dari pasien yang bernama Galaksi?". Seorang dokter keluar dari UGD dan menemui Senja dan Mawar.

"Iya dok, gimana keadaannya?". Tanya Senja.

"Keadaannya masih kritis, tapi sudah bisa dijenguk, satu persatu ya". Jawab dokter.

"Terimakasih ya dok".

"Iya, saya permisi".

"Lo duluan yang masuk ya". Ucap Mawar.

"Gue duluan ya".

Senja duduk dikursi samping brankar dan menggenggam tangan Galaksi.

"Hai... Senja disini Galaksi. Galaksi apa kabar? Kalo Galaksi rindu, Senja lebih dari rindu. Galaksi cepet sadar ya, kamu harus melanjutkan hidup kamu lagi, Senja janji setelah Galaksi sadar, kita akan menghabiskan waktu satu hari berdua, jangan pernah pergi yaa, kalo Galaksi emang cinta sama Senja, tolong berjuang untuk terus hidup ya, love you". Senja mencium lengan Galaksi yang tidak terkena infus.

Senja keluar setelah selesai menjenguk Galaksi.

"Kalo Lo mau balik dulu balik aja, takutnya suami Lo khawatir, biar gue yang jagain Galaksi disini". Ucap Mawar seakan mengerti.

"Kalo ada apa-apa kabarin gue ya".

"Iya Lo tenang aja, nanti siang juga orangtuanya Galaksi Dateng kok".

"Yaudah, gue pamit ya".

...

Senja mendapati Langit yang tengah menonton televisi diruang keluarga.

"Assalamu'alaikum". Senja menyalimi tangan Langit.

"Walaikumsalam".

"Kamu ngga kerja mas?". Tanyanya pada Langit yang masih dengan piyama tidurnya.

"Kamu sendiri ngga kerja?". Balik tanya Langit.

"Eh? I-iya maaf, saya bolos dulu hari ini".

"Santai aja, sini duduk". Senja duduk disamping Langit yang terus menatapnya.

"Kok gitu banget sih ngeliatin nya?".

"Mata kamu sembab, ada apa?". Senja menatap Langit ragu, apa iya dirinya harus menjelaskan semuanya? Semalam Langit mau berusaha untuk terbuka padanya, berarti seharusnya ia juga bisa terbuka pada Langit.

"Ngga jauh beda dari kisah kamu mas, saya harus meninggalkan pacar saya, Galaksi untuk menikah dengan kamu, satu tahun yang lalu Galaksi di diagnosa kanker otak dan tadi pagi saya dapet kabar kalo Galaksi kritis, saya ngerasa bersalah mas, Galaksi kaya gini karena saya". Wajah Senja begitu sendu, Langit tidak tega melihat nya.

"Maaf jika menikah dengan saya adalah petaka bagi kamu". Senja menggeleng tidak membenarkan ucapan Langit.

"Bukan gitu maksud saya...".

"Nanti siang kita kesana ya, saya mau jenguk dia". Senja menatap Langit tidak percaya.

"Mau jenguk?".

"Bolehkan?". Senja mengangguk ragu.

"Kenapa kamu ngga kerja? Bukannya tadi udah siap?". Tanya Senja dengan suara pelannya.

"Terserah saya". Senja hanya manyun mendengar jawaban dari Langit.

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang