Aurora dan Alula kaget mendengar Senja yang sudah sadar tetapi amnesia, mereka langsung menuju rumah sakit setelah mendengar kabar itu.
"Mah, aku mau pulang". Rengek Senja.
"Nanti dulu ya sayang, dokternya kan belum ijinin kamu pulang". Senja cemberut.
"Biar saya ijin sama dokternya dulu". Langit menemui dokter dan meminta ijin agar Senja diperbolehkan pulang.
"Pasien atas nama Senja sudah boleh pulang dok?".
"Karena kondisinya sudah cukup stabil, ibu Senja saya perbolehkan pulang tapi ingat jangan terlalu dipaksa untuk mengingat semuanya, perlahan tapi pasti ingatan nya pasti kembali dan saya mohon untuk selalu didampingi". Langit mengangguk mengerti.
"Oke dok, terimakasih".
Langit mengambil kursi roda disamping Senja dan membantunya untuk duduk dikursi roda.
"Boleh pulang?". Tanya Senja yang lagi-lagi diangguki Langit, Senja tersenyum lebar.
"Saya bisa sendiri". Tolak Senja.
"Saya bantu". Mulutnya bungkam, Senja enggan menolak bantuan Langit.
Yang lain membantu membereskan barang-barang Senja, sementara Langit membawa Senja duluan kedalam mobil.
"Kamu mau anter saya pulang?". Tanya Senja.
"Kamu kan pulang kerumah saya".
"T-tapikan...".
"Disana saya akan buktikan kalo kita ini suami istri".
"Jangan culik saya". Cicit Senja.
"Ngga akan".
Alula dan Aurora ikut dalam mobil Langit, hanya Angkasa dan Mawar yang terpisah mobil.
"Nak, kamu beneran ngga ingat mama?". Tanya Alula yang lagi-lagi dijawab gelengan.
"Kata dokter, jangan terlalu dipaksa untuk mengingat mah, kita harus sabar kalo nantinya ingatan Senja bisa pulih lagi".
"Tante jangan sedih, sini peluk". Senja memeluk Alula yang dari tadi terlihat sedih.
"Jangan panggil Tante ya sayang, mama".
"I-iya mah".
Kurang dari tiga puluh menit mereka sudah sampai dirumah Langit, seperti tadi Langit membantu Senja duduk dikursi roda dan mendorongnya untuk sampai dikamar.
"Kita istirahat dulu ya mah". Ijin Langit.
"Saya mau dibawa kemana?".
"Kamar". Langit membuka pintu kamar yang tidak terkunci, disana Senja bisa melihat foto dirinya memakai gaun pengantin berwarna putih.
"Enam bulan yang lalu kita menikah dan itu adalah foto pernikahan kita".
"Tapi foto kan bisa diedit". Elak Senja dengan nada songong nya.
Langit menyerahkan ponsel Senja pada pemiliknya.
"Kamu liat sendiri di ponsel kamu". Senja mengecek foto-foto di ponselnya dan benar ada foto pernikahan nya disana.
Ia membuka aplikasi WhatsApp.
"Mas suami?". Gumam Senja.
"Coba kamu telpon". Senja memencet tombol telpon dan ponsel disaku celana Langit bergetar.
"See...kamu istri saya dan saya suami kamu". Senja masih menatap Langit ragu, ia benar-benar tidak bisa mengingat apa-apa.
"Kalo boleh saya tau, kenapa kita bisa menikah?".
"Apa alasan kamu menikahi saya?". Desak Senja yang membuat Langit diam.
"Ngga bisa jawab? Yaudah, saya mau istirahat, bisa kamu keluar dulu?". Langit meninggalkan Senja sendiri didalam kamar.
"See...ditanya alasan nikah aja ngga bisa jawab". Gumam nya pelan.
Angkasa mengantar Mawar pulang, gadis ini terlihat lelah bolak-balik selama tiga hari kerumah sakit.
"Muka Lo kenapa kusut banget sih? Senja kan udah sadar ya walaupun amnesia". Tutur Angkasa.
"Kepikiran Melati". Angkasa mengusap tangan Mawar dan menggenggam nya.
"Besok, kita cari buktinya".
"Tapi gue takut kalo kita ngga bisa temuin siapa lelaki itu, Melati sendiri aja ngga tau ciri-ciri lelaki itu, bukti kita cuma sedikit bahkan sangat sedikit sa, gue ngga yakin".
"Gimana kalo orang tua Melati tau sebelum kita temuin siapa lelaki itu? Gue ngga kebayang apa yang bakal terjadi sama Melati, lagian kenapa sih ada laki-laki brengsek ngga bertanggungjawab didunia ini? Pengecut banget jadi cowok, mau berbuat tapi ngga mau bertanggungjawab, kalo ketemu udah gue cincang tuh orang, bang*at".
"Hush war, omongan lo, jadi cewek dijaga omongannya sayang".
"Gue kesel sa, kenapa harus Melati? Kenapa? Apa semua cowok didunia itu brengsek ya?".
"Tatap mata gue war". Angkasa meminggirkan mobilnya.
"Gue bukan cowok brengsek dan ngga semua cowok didunia itu brengsek, oke?".
"Iya emang bukan lo, tapi...".
"Tapi apa? Kita bisa cari jalan keluar buat Melati sama-sama, stop marah-marah ya". Mawar luluh dan mengangguk pelan.
"Maafin gue sa, gue cuma ngga nyangka aja kalo ada cowok yang kaya gitu, mereka tuh ngga mikirin se hancur apa cewek yang udah mereka gituin, trauma itu nyata sa, dan sebagai cewek jujur gue ngga terima, apalagi itu terjadi sama sahabat gue sendiri, ini aib sa, ngga semua cewek bisa sekuat Melati dan mau nerima bayi nya. Pokoknya kalo ketemu, gue mau itu cowok dihukum mati".
"Astagfirullah Mawar..".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
RomanceGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...
