Sembilan

1.2K 102 6
                                    

"Galaksi sadar setelah Lo balik tadi, dia bilang Lo ngejanjiin dia sesuatu?". Tanya Mawar.

"Gue liat keadaan Galaksi dulu ya".

"Iya, didalem ada orangtuanya Galaksi". Mawar beralih menatap Langit setelah Senja masuk keruangan Galaksi.

"Pak Raja mau jenguk kerabatnya?". Tegur Mawar.

"Iya, saya duluan".

"Sekali lagi maaf ya pak, hari ini saya ijin dulu". Langit mengangguk paham dan bergegas ke mobil duluan.

Tidak lupa ia mengirimi pesan pada Senja agar gadis itu tidak mencarinya.

Saya tunggu dimobil.

Langit memilih untuk menunggu Senja dimobil, ia penasaran apa yang dijanjikan Senja pada lelaki itu sampai kondisi lelaki itu langsung membaik?.

Disisi lain, Senja menyalimi tangan kedua orangtua Galaksi.

"Senja, akhirnya kamu Dateng, Galaksi udah nunggu kamu". Ucap mama Galaksi.

"Iya Tante". Senja beralih kebrankar Galaksi.

"Hai". Sapa Galaksi.

"Hai, gimana keadaannya?". Tanya Senja lembut.

"Aku bangun karena kamu Senja, aku tunggu janji itu".

"Setelah kamu keluar dari rumah sakit, aku akan menepati janji itu, sembuh untuk diri kamu ya, bukan untuk aku".

"Apa ngga ada ruang dihati kamu untuk aku lagi Senja?". Tanya Galaksi.

"Galaksi cepet sembuh ya, jangan pikirin masalah ini dulu, aku juga ngga bisa lama-lama disini, aku pamit ya". Galaksi mengangguk.

Senja melihat pesan yang dikirim Langit dari notifikasi ponselnya, ia tidak mau Langit menunggunya terlalu lama.

"Om Tante, Senja pamit ya".

"Kok sebentar banget sih?".

"Iya Tante Senja ada urusan, permisi". Senja menyusul Langit diparkiran setelah pamit pada orangtua Galaksi dan juga Mawar.

"Katanya mau jenguk, kok malah nunggu dimobil?". Tegur Senja.

"Langsung pulang?". Tanya Langit tanpa menjawab pertanyaan Senja.

"Terserah kamu".

"Kerumah mama sebentar ya". Senja mengangguk nurut, setelah hampir seminggu menikah dengan Galaksi, Senja tidak lagi melihat mertuanya setelah acara pernikahan selesai.

"Kamu keliatan banyak pikiran mas, ada apa?". Tanya Senja disela-sela perjalanan.

"Kamu menjanjikan apa sama Galaksi?". Akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibir Langit setelah ia tahan-tahan sedari tadi.

"Menghabiskan satu hari bersama, tolong ijinin saya ya mas? Saya janji ini yang terakhir, saya mau ngejelasin semuanya sama Galaksi, saya ngga mau hidup dalam rasa bersalah seperti ini". Wajah Senja begitu memohon pada Langit, Langit jadi tidak tega untuk tidak mengijinkan nya.

"Oke". Senyum dibibirnya terbit mendengar jawaban Langit.

"Makasih mas Langit".

'Cuma kamu dan Bulan yang memanggil saya Langit selain keluarga saya'. Batin Langit.

...

"Biasanya kamu masakin Langit apa?". Tanya mertuanya.

"Paling ayam goreng, tahu sama tempe mah, aku baru belajar masak soalnya". Jawab Senja malu-malu, mertuanya sangat baik dan begitu lembut.

"Ngga papa, wajar kalo kamu baru belajar masak, nanti juga lama-lama bisa kok".

"Iya mah". Senja dan mertuanya sedang asik mengobrol dikolam ikan sedangkan Langit sudah pulas dikamarnya.

"Langit memperlakukan kamu dengan baik kan nak?". Tanya mertuanya yang terlihat sedikit takut.

"Baik kok mah, emangnya kenapa?".

"Mama takut hanya Bulan yang ada dihidupnya dia, sehingga dia sulit untuk menerima kamu, karena selama ini mama memang tidak merestui hubungan mereka, tetapi dia selalu menentang jika cinta tidak bisa dipisahkan, dan kamu liat sekarang kan? Bukan mama yang memisahkan mereka, tetapi maut". Cerita mertuanya.

"Kalo boleh aku tau, kenapa mama ngga merestui mereka?".

"Bulan tidak sebaik yang kalian pikir, bahkan dimalam sebelum dia meninggal, dia sempat berencana untuk membunuh papa, karena keadaan papa yang memang sudah tidak bisa apa-apa. Dia beralasan jika orangtuanya terbunuh karena papa, tapi Langit tidak pernah percaya pada mama, Langit selalu mengelak jika itu hanya akal-akalan mama untuk menjauhkan dia dari Bulan". Senja mengelus pelan pergelangan tangan mertuanya yang terlihat sedih.

"Tolong buat Langit lupa sama Bulan ya nak, mama mau kalian bahagia tanpa bayang-bayang Bulan". Senja tersenyum ketir.

"Aku ngga bisa maksa mas Langit buat lupain mba Bulan, kita tunggu waktunya aja ya mah".

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang