Tujuh belas

1.2K 82 0
                                    

Sudah hampir magrib dan Langit belum pulang sejak pagi, Senja takut Langit benar-benar marah padanya.

Berkali-kali Senja mencoba menelpon lelaki itu tetapi tetap tidak digubris, bahkan panggilannya ditolak berulang kali.

Senja merutuki kebodohannya, rasa penasarannya membawanya pada masalah seperti ini, Senja tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang.

Suara pintu yang terbuka membuat Senja menyusul keberadaan siapa yang datang.

"Mas Langit....".

"Gue Angkasa, bukan bang Langit". Ucap Angkasa dengan wajah tengil nya.

"Kamu ngapain kesini?".

"Mama sakit dan mama minta Lo kesana". Beritahu Angkasa.

"Mama sakit? Sakit apa?". Khawatir Senja.

"Udah ngga usah banyak tanya, mending sekarang Lo ikut gue". Angkasa menarik tangan Senja begitu saja untuk sampai di motornya.

"Saya ngga mau jatuh lagi, pelan-pelan bawa motornya".

"Iya bawel".

Akhirnya Senja sampai dirumah mertuanya dengan mulus, rumah ini terlihat sangat sepi.

"Mama dimana?". Tanya Senja pada Angkasa yang sudah anteng dengan tv dan setoples kacang dimeja.

"Dikamar bang Langit".

Senja berjalan menaiki tangga untuk sampai dikamar Langit, ia mengetuk terlebih dulu sebelum dipersilahkan masuk.

"Mah, mama sakit apa? Mau aku anter kedokter?". Senja mendapati mama mertuanya yang sedang duduk dipinggir kasur.

"Senja, akhirnya kamu Dateng juga, mama ngga papa kok, mama sengaja suruh Angkasa buat bawa kamu kesini, sini duduk nak". Senja duduk disamping mama.

"Ada apa mah?". Tanya Senja lembut.

"Ada yang mau mama bicarakan, kita tunggu Langit selesai mandi ya". Mama mengelus pelan rambut Senja.

"Ada mas Langit?". Mama mengangguk sembari tersenyum, begitu pun Senja, ia tersenyum lega karena sudah mengetahui keberadaan suaminya.

Langit yang baru saja keluar dari kamar mandi, terkejut dengan kehadiran Senja.

"Mama tau kalian lagi ada masalah, mama mau sekarang kalian selesaikan masalah kalian disini, mama tinggal ya". Mama keluar dari kamar Langit tanpa persetujuan mereka berdua dan suara pintu yang terkunci dari luar membuat Langit berlari kearah pintu.

"Buka pintunya mah, kenapa dikunci sih?!!". Langit berusaha untuk menggedor pintunya.

"Selesaikan masalah kalian dulu, setelah itu pintunya baru mama buka".

"Mah buka pintunya!!!".

"Dikira saya anak kecil apa harus diginiin". Gumam Langit.

"Maaf". Satu kata keluar dari mulut Senja, tetapi ia menunduk takut, Langit pasti masih kecewa.

"Saya sedang berusaha menerima kamu sebagai istri saya, tapi kamu malah ngancurin kepercayaan yang udah saya kasih". Suara Langit terdengar kecewa.

"Saya tau saya salah mas, kalo kamu memang lagi berusaha untuk menerima saya, seharusnya ngga perlu ada yang kamu tutupin dari saya, termasuk tentang kamar kamu". Tatapan Senja seakan membuat Langit mengerti, Senja juga kecewa dengan sikapnya yang seperti ini.

"Maafin saya, saya tau kemarahan saya berlebihan".

"Baikan ya?". Tanya Senja dengan wajah yang terlihat menggemaskan Dimata Langit.

"Iya".

"Makasih mas".

"Gimana kaki kamu?". Tanya Langit yang mengecek kondisi kaki Senja.

"Udah mendingan kok mas, pulang yuk takut keburu malem".

"Mama ngga bakal bukain pintu, pasti mereka udah tidur". Balas Langit.

"Trus kita tidur disini?". Langit mengangguk mengiyakan, wajah Senja terlihat shock.

"Kamu tenang aja, biar saya tidur disofa". Ucap Langit seakan menjawab raut wajah istrinya.

"Ngga mas, ini kan kamar kamu, biar saya aja yang tidur disofa". Elak Senja.

"Nurut kata suami ya". Akhirnya Senja nurut dan mau tidur dikasur Langit.

Suara adzan subuh yang berkumandang membuat Senja terbangun dari tidurnya, ia mendudukkan dirinya dan seketika melihat pemandangan Langit yang masih tertidur pulas di sofa.

Senyumnya terukir sempurna, apa ini pemandangan pertama yang akan ia liat nanti setelah hidup satu kamar dengan Langit?. Senja membuang jauh-jauh khayalannya.

"Mau solat kok malah halu sih". Gumamnya.

Senja mensejajarkan tubuhnya dengan Langit untuk membangunkan lelaki itu.

"Mas, subuhan dulu yuk".

"Emm....iya".

"Kamu ambil wudhu duluan ya, saya mau pinjem mukena dulu sama mama". Langit mengangguk dan berjalan kearah kamar mandi, begitu juga dengan Senja yang bernapas lega karena pintu kamar sudah tidak terkunci.

Setelah meminjam mukena pada mama mertuanya, Senja segera mengambil air wudhu dan solat diimami suaminya.

Mungkin bagi semua wanita yang telah menikah, solat bersama dengan orang yang mereka cintai adalah suatu kebahagiaan yang luar biasa, begitu juga dengan Senja walaupun perasaannya pada Langit mungkin belum terlalu dalam tapi ia sangat bahagia hari ini. Apapun yang dilakukannya bersama Langit, entah mengapa selalu membuat hatinya berdesir hangat.

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang