"Gimana dok keadaannya? Dia sudah sembuh kan?". Tanya Senja pada dokter yang baru saja keluar setelah memeriksa keadaan Jingga.
"Malam ini juga pasien sudah boleh pulang, karena tidak ada luka yang serius, hanya luka kecil". Senja tersenyum simpul mendengar penjelasan dokter didepannya.
"Makasih ya dok".
"Sama-sama, saya permisi".
Angkasa masih setia menemani kakak iparnya dirumah sakit, begitu juga dengan mawar, mereka sedang menunggu kedatangan Langit untuk mengurus administrasi.
"Assalamu'alaikum".
"Walaikumsalam, udah selesai urus administrasi nya mas?". Langit mengangguk.
"Oh iya, kata dokter mba Jingga udah boleh pulang". Beritahu Senja pada Langit.
"Yaudah kamu ikut saya anter dia kerumahnya". Senja mengangguk mengiyakan.
"Gue sama mawar juga ikut".
"Terserah Lo".
Senja membantu membereskan barang-barang Jingga dan membawanya kedalam mobil.
"Kaki saya masih sakit, jadi saya harus duduk didepan". Jingga menunjuk kursi mobil disamping kursi kemudi.
Senja, Mawar dan Angkasa menatap Jingga bingung.
"Masalahnya apa? Sama-sama kursi, ngga usah adil, yang berhak duduk disitu cuma kakak ipar gue". Ucapan Angkasa mampu menusuk hati Jingga.
"Kamu kenapa sih? Ada masalah sama saya? Dari tadi tuh tatapan kamu sinis banget loh sama saya". Marah Jingga pada Angkasa.
"Ini kenapa jadi ribut sih?". Timpal Langit.
"Pokoknya saya duduk didepan, saya ngga mau duduk dibelakang".
"Yaudah bang, masukin dah tuh kekursi depan". Suruh Angkasa, lagi-lagi Senja dan Mawar hanya menatap mereka bingung.
Langit membantu Jingga untuk duduk di kursi depan, setelah pintu mobil ditutup, Angkasa mendorong bahu Langit dan masuk ke kursi kemudi.
"LO, SENJA SAMA MAWAR DI KURSI BELAKANG BANG, BIAR GUE YANG NYETIR". Teriak Angkasa yang membuat Mawar menahan ketawanya.
Langit duduk dipojok diikuti Senja ditengah dan Mawar dipinggir.
'gila nih Angkasa, ada aja idenya'. Batin Mawar.
Jingga terlihat kaget dan langsung memasang wajah kesalnya pada Angkasa.
"Kok kamu sih yang nyetir? Harusnya Langit dong". Kesalnya.
"Lo ngga liat Abang gue cape, baru balik kerja, masa disuruh nyupir, lagian ye tempatnya seorang suami itu disamping istrinya". Jingga menatap sinis pada Senja dari kaca mobil dan Senja yang juga menatapnya secara tidak sengaja.
"Kalo mau merebut, jangan pake cara rendahan seperti ini ya mba, jangan sekarang juga, kasian suami saya cape". Senja mengelus pipi Langit yang berada disampingnya, tujuannya bukan untuk memanas-manasi Jingga, tapi memang wajah suaminya terlihat sangat lelah.
Langit yang merasakan tangan hangat menempel dipipi nya, seketika hatinya berdesir hangat dan mau tidak mau, ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya pada Senja, walaupun Langit masih bingung apa yang dibicarakan mereka sejak tadi.
"Kalo kamu ngantuk, tidur dibahu saya aja ya mas, karena saya ngga mau kamu tidur dibahu wanita lain selagi bahu saya masih berfungsi". Ucap Senja meletakkan kepala Langit dibahunya, tidak lupa tangan yang terus menepuk pelan pipi Langit seakan tengah menidurkan bayi.
"Gue iri gue bilang". Celetuk Mawar yang melihat kemesraan pasutri disampingnya.
"Ngga usah iri, kan ada gue". Timpal Angkasa yang fokus mengendarai mobil.
"Makasih ya". Bisik Langit pada Senja, Langit tidak bisa berbohong tidur dibahu Senja rasanya sangat nyaman.
'Saya akan terus mempertahankan kamu, selagi kamu terus disamping saya mas, selama saya mampu untuk mencintai kamu'. Batin Senja yang menatap wajah teduh Langit.
"Dimana alamat rumah Lo?". Tanya Angkasa pada Jingga.
"Saya ngga punya rumah".
"Trus selama ini Lo tinggal dimana? Kolong jembatan? Upss". Celetuk Mawar.
"Bukannya kalian mau bawa saya kerumah Langit? Saya kan masih tanggung jawab dia".
"Kita cari kontrakan aja buat mba Jingga". Ucap Senja yang diangguki Angkasa.
"Saya ngga mau, saya mau tinggal dirumah Langit".
"Maaf mba, tapi mba ngga berhak tinggal dirumah suami saya". Senja berkata dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan Langit yang masih tertidur dibahunya.
"Tau ya, aneh banget sih, mba tuh cuma orang baru, jadi jangan sembarang ya". Timpal Mawar.
"Kalo kalian ngga mengijinkan saya untuk tinggal dirumah Langit...saya akan lapor polisi tentang kasus ini".
"Banyak duit Lo mau lapor polisi?".
"Kalian kenapa kurang ajar banget sih sama saya?". Kesal Jingga, Langit merasa terusik dengan keributan dimobil.
"Ada apa? Kenapa masih ribut?". Tanya Langit.
"Langit, saya mau tinggal dirumah kamu, saya ngga mau tinggal dikontrakan". Senja menggeleng menatap Langit.
"Untuk malam ini saja, besok saya akan cari kontrakan untuk kamu". Jingga tersenyum menang.
"Jangan terlalu baik jadi orang bang, apalagi sama orang yang baru dikenal". Ucap Angkasa.
Senja menatap Langit kecewa, bukannya Senja tega tapi tidak baik ada wanita lain didalam rumah apapagi tidak ada hubungan darah sedikitpun.
"Kalo gitu saya nginep juga ya pak".
"Nah bener tuh, biar Mawar tidur sama dia, jadi kan ngga ada yang ganggu kalian bikin ponakan buat gue". Langit memukul pelan bahu Angkasa.
Sesampainya dirumah, Langit membantu memasukkan barang-barang Jingga kerumahnya, Angkasa ogah membantunya.
"Hari ini gue bener-bener ngerepotin Lo war".
"Nja, udah berkali-kali gue bilang, gue akan selalu jadi orang paling depan yang maju kalo ada yang mau misahin Lo sama pak Raja, gue ngga akan biarin hal itu terjadi".
"Sekali lagi makasih ya, Lo bener-bener orang baik".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas, I'm Yours
Roman d'amourGadis yang terpaksa meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dikenalnya karena bertanggungjawab atas perbuatan mamanya, ini kisah Senja dan Langit yang berusaha untuk menerima takdirnya...
