Asyila berjalan bersama Narra keluar kelas, saat mereka sampai di depan kelas, ternyata Depra sudah menunggu.
"Dep, lo ngapain kesini?" tanya Asyila, sontak ekspresi Depra langsung berubah dingin.
"Mau jemput lo," jawab Depra datar. Dia kesal dengan pertanyaan Asyila tadi.
"Emmm, Dep lo pulang sendiri aja atau sama Aluna, soalnya gue pulang bareng Alrick," ujar Asyila. Dia merasa tak enak karna Depra sudah menunggunya.
"Lo kesini sama siapa?"
"Sama lo."
"Kalau gitu, pulangnya juga sama gue." Ekpresi Depra sangat dingin saat mengatakan kalimat itu.
"Gak bisa, Dep, karna gue harus ke markas dulu."
"Ya udah, gue ikut."
"Tap--."
"Udahlah Syil, ajak aja," ujar Narra memotong ucapan Asyila.
"Emm, kalau Alrick marah, gimana?"
"Gak bakal, udah lo tenang aja," ujar Narra, berusaha meyakinkan Asyila.
"Ya udah, deh." Sebuah senyuman langsung terbit dibibir Depra. Depra langsung menarik lembut tangan Asyila, meninggalkan Narra yang masih terdiam, shock melihat senyum Depra yang jarang sekali terlihat.
Sesampainya di parkiran, Asyila baru sadar, jika Narra tidak ada di belakangnya, Asyila menoleh ke seluruh penjuru parkiran, namun nihil, Narra tetap tidak ada.
"Nyari siapa?" tanya Depra, melihat Asyila yang sibuk menoleh ke sekitar.
"Narra, dia gak ada," jawab Asyila dengan nada bingung.
"Perasaan, waktu kita jalan, dia tetep diem di tempat, gak ikut jalan, jadi mungkin dia masih di depan kelas," jawab Depra membuat Asyila sedikit lega. Tak lama kemudian terlihat Narra yang sedang menuju ke parkiran.
"Tuh anak, ngapain aja sih," gerutu Asyila.
"Nih, cepetan naik," ujar Depra sambil memberikan helm.
Beberapa saat kemudian, Asyila masih belum naik, Depra menolehkan kepalanya, dan... Asyila masih sibuk memasang kaitan helm.
"Kenapa?"
"Ini," jawab Asyila dengan wajah sebal.
"Sini," Depra menarik Asyila ke arahnya, setelah itu dia mengambil helm dan memasangkannya dikepala Asyila. Jantung Asyila berdetak kencang, saat menyadari jika jarak wajahnya dan Depra bisa dikatakan dekat.
"Udah, cepet naik." Asyila segera menaiki motor Depra, tak butuh waktu lama, Depra langsung menancapkan gas.
Karna Depra tidak mengetahui letak markas geng The Wolf jadilah Depra membawa motor sambil mendengarkan instruksi dari Asyila.
15 menit kemudian, mereka sampai di markas geng The Wolf, jarak dari SMA Erlangga ke markas geng The Wolf memang tidak terlalu jauh.
Depra menatap heran ke rumah itu, sebenarnya yang membuat Depra heran bukan keadaan rumahnya yang sudah lama ditinggalkan, sehingga terlihat kotor dan tidak terawat melainkan suasana di rumah itu. Ini markas salah satu geng yang cukup besar, tapi kenapa markas nya begitu sepi, tak ada satupun kendaraan disana, apalagi orang.
"Kok, sepi banget," tanya Depra.
"Masuk dulu, baru komen." Asyila turun dari motor lalu menghadap sebuah alat yang tertempel di gerbang itu, beberapa detik kemudian gerbang bergerak secara otomatis.
"Parkirnya jangan didepan, tapi ke belakang," Depra hanya diam namun tetap menuruti perintah Asyila.
Asyila berjalan ke arah teras rumah itu, tak lama terlihat Narra yang memasuki halaman rumah, langsung menuju belakang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRA
Teen FictionFollow sebelum membaca!🙏 Depra dan Asyila, dua orang yang pernah bersama dimasa lalu, mereka berpisah karna Asyila harus ikut orangtua nya pindah ke luar negri. Beberapa tahun kemudian Asyila kembali keindonesiaan, namun Depra tak mengetahuinya, As...