Part 22

2.2K 124 2
                                    

Asyila sedang asyik membaca Wattpad di kamarnya, tiba-tiba sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya.

Asyila sedikit terkejut saat melihat nama si penelepon.

"Papah," gumam Asyila dengan kening berkerut.

Asyila segera mengangkat panggilan itu, tak lama terdengar suara Papahnya

"Zahra"

"Iya Pah, kenapa?"

"Papah mau, kamu sekarang pergi ke rumah kita yang dulu!"

"Ngapain, Pah?"

"Jangan banyak tanya, cepat berangkat!"

"Iya, Pah. Telponnya zahra tutup, ya"

"Hmmm"

Asyila segera mematikan sambungan telepon itu dan segera bersiap-siap. Beberapa menit kemudian, Asyila segera pergi menuju rumahnya yang dulu.

💕

Asyila membuka pintu rumahnya, saat pintu terbuka, terlihat Papahnya yang sedang duduk sambil bersidekap dada dan pandangan lurus ke arahnya.

Asyila berjalan perlahan menghampiri Papahnya, lalu duduk di samping Papahnya.

"Papah, kok pulang gak bilang-bilang?" tanya Asyila berusaha mencairkan suasana.

"Siapa yang mengizinkan kamu untuk mencari Mamah?" tanya Aksa, Papahnya Asyila.

"Maksud, Papah?" tanya Asyila, pura-pura tak mengerti. Saat ini otaknya penuh dengan berbagai pertanyaan. Bagaimana Papahnya bisa tau hal ini. Pasti ada seseorang yang memberi tahu Papahnya.

"Tidak usah berpura-pura Zahra, Papah sudah tau semuanya!" ujar Aksa penuh penekanan.

Asyila memejamkan matanya sejenak guna meredam emosinya yang sebentar lagi meledak. Hanya Narra yang tau hal ini, tapi mana mungkin Narra pelakunya, Narra tidak mengenal Papahnya atau mungkin tadi siang Alrick mendengar percakapannya dan Narra. Asyila yakin jika Alrick mendengar pembicaraannya lalu melaporkan pada Papahnya.

"Memangnya kenapa kalau Zahra nyariin Mamah, Zahra anaknya dan kita udah terpisah hampir empat tahun," balas Asyila tak mau disalahkan.

"Zahra!" bentak Aksa membuat Asyila terkejut dan berakhir dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa, Pah? kenapa aku gak boleh cari Mamah? Papah tau, sejak kecil aku udah kehilangan kasih sayang kalian, saat Mamah memutuskan untuk berhenti berkarir aku sedikit bersyukur, setidaknya meskipun aku gak mendapatkan kasih sayang Papah aku mendapatkan kasih sayang Mamah, tapi tiba-tiba Papah datang dan ngajak kita pindah, Papah tau, saat itu aku seneng banget, akhirnya setelah sekian lama, aku bisa ngerasain kasih sayang Papah dan Mamah tapi, saat sampai di bandara, Papah malah misahin aku sama Mamah...." Ucapan Asyila terjeda karena menahan tangis.

"Apa Papah pernah nanya, gimana perasaan aku saat itu? aku sedih Pah, aku hancur, harapan aku untuk bisa ngerasain kasih sayang kalian secara bersamaan udah gak mungkin, semuanya hanya  menjadi sebuah harapan, tapi saat itu tetap berusaha tegar dengan harapan meskipun aku gak bisa dapet kasih sayang Mamah aku bisa dapet kasih sayang Papah, karna itu aku tetap ikut Papah." Asyila kembali menjeda ucapannya.

"Tapi lagi-lagi hal itu hanya menjadi sebuah harapan, bukannya mendapat kasih sayang aku malah ditelantarkan, sampai-sampai aku kecelakaan dan hampir kehilangan nyawa, Papah tau, Pah, aku koma selama satu bulan...." Asyila terdiam, dia sudah tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya.

"Maaf, maafin Papah... Papah bukan Papah yang baik." Aksa memeluk putri semata wayangnya itu.

"Saat ini Zahra udah gak mau berharap, Pah...," ujar Asyila lirih. "Papah mau tau alasan Zahra nyari Mamah tanpa minta izin sama Papah?"

"Karna Zahra  udah capek berharap, Pah. Saat ini, Zahra udah mutusin, saat Zahra menginginkan sesuatu, maka Zahra akan berusaha  sendiri untuk mendapatkan hal itu, termasuk kasih sayang Mamah!" seru Asyila dengan wajah memerah. Dia sudah lelah dengan semua masalah dihidupnya.

Aksa terdiam, dia sedikit terkejut mendengar pengakuan  anaknya yang begitu menyesakkan. Tapi disini dia juga menahan rasa sakit, yang tidak seorangpun tau.

"Aku tau, Pah, aku tau kalau Papah sakit hati karna penghianatan Mamah, tapi tolong, Pah... tolong pikirin perasaan aku juga." Aksa terdiam mendengar ucapan Asyila, bagaimana anaknya itu bisa tau.

"Asyila gak bodoh, hidup dibawah bimbingan kakek yang keras membuat Zahra tau Hitam-Putih nya kehidupan," ujar Asyila sambil tertawa sumbang.

"Maafin Papah karna udah egois, tapi saat itu Papah benar-benar marah dan kecewa saat tau kalau Mamah kamu selingkuh," balas Aksa penuh penyesalan.

"Apa Papah pernah minta penjelasan sama Mamah?"

"Enggak. Papah gak pernah minta penjelasan, karna Papah takut kalau nantinya penjelasan itu malah membuat hati Papah semakin sakit dan Papah semakin benci sama Mamah," jelas Aksa  membuat Asyila terdiam beberapa saat.

"Tapi Pah, Papah gak bisa langsung mengambil kesimpulan, gimanapun kenyataan nya, Papah harus terima. Papah gak boleh menghakimi Mamah gitu aja, mungkin dari sudut pandang Papah Mamah berhianat tapi dari sudut pandang Mamah? kita gak tau, Pah." Aksa terdiam, dia sedikit membenarkan ucapan anaknya itu.

"Huffttt, oke. Nanti Papah jenguk Mamah untuk minta penjelasan," ujar Aksa. Senyum kepuasan langsung terbit dibibir Asyila.

"Nanti kalau Papah jenguk Mamah, ajak aku, ya," ujar Asyila yang langsung diangguki oleh Aksa.

"Kalau gitu sekarang kamu pulang, ya. Udah mau sore." Ekspresi Asyila langsung berubah seketika.

"Terus Papah mau kemana?"

"Papah ada urusan, jadi sekarang kamu pulang, ya," jelas Aksa membuat Asyila sedikit kecewa. Baru saja ia merasa sedikit dekat dengan Papahnya, sekarang sudah harus berpisah.

"Oke," jawab Asyila sendu.

Dengan langkah berat, Asyila berjalan menuju pintu keluar. Asyila menoleh lalu tersenyum ke arah Papahnya, sebelum benar-benar hilang dibalik pintu yang tertutup.

Asyila terkejut saat mendapati Depra ada di depan rumahnya, namun dengan cepat Asyila merubah mimik wajahnya.

"Ngapain Lo, di sini?" tanya Asyila sedikit jutek.

"Nguping," jawab Depra terlalu jujur.

"Ngapain lo Nguping, lo pikir lo siapa berani-beraninya nguping pembicaraan orang lain, gak sopan banget, sih," ujar Asyila kesal.

"Kenapa lo gak pernah cerita sama gue, kalau lo pernah koma?" tanya Depra dengan nada dingin.

Asyila terdiam, bingung harus menjawab apa.

"Apa sulit banget buat lo untuk cerita ke gue tentang apa yang terjadi sama lo saat diluar negeri?" tanya Depra membuat Asyila merasa terpojok.

"G-gue...."

Tiba-tiba pintu di belakang Asyila terbuka, terlihat Papahnya keluar dengan pakaian kantoran, dia menenteng sebuah jas dan tas kerja.

"Zahra, kok belum pulang?" tanya Aksa membuat Asyila kebingungan harus menjawab apa.

"Ayo pulang, Papah iringi dari belakang, kebetulan tempat tujuan Papah se arah sama rumah kamu," ujar Azka yang sebenarnya adalah perintah.

"Iya, Pah. Dep, gue duluan ya." Asyila tersenyum singkat ke arah Depra lalu berjalan menghampiri motornya.

Azka menatap tidak suka ke arah Depra, lalu pergi tanpa sepatah katapun.

Depra memandangi kepergian Asyila dan Papahnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

💞💞💞

Malam guysssss.

Menurut kalian, part ini gimana??

Menurut kalian, kenapa Papahnya Asyila kayak gak suka sama Depra????
Buruan komen, jangan lupa vote ya guyss, biar aku  semangat update nya.

Salam
Ushsn256

DEPRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang