Part 48

1.3K 69 2
                                    

Asyila terus menangis di dekapan Alrick.

Anggota inti geng The Wolf generasi 1 dan 2 berjaga didepan ruang UGD.

"Andra, Varen, kalian cari tau siapa pelakunya. Gue gak mau tau gimana cara kalian dapetin dia, intinya dalam waktu 24 jam pelakunya harus udah ada di markas!" perintah Alrick.

"Siap." Andra dan Varen segera pergi dari sana.

"Kalian tenang aja, para bodyguard om pasti berhasil menangkap pelakunya," ujar Rajes dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Tak lama dokter keluar dari ruang UGD. Asyila dan Rajes segera menghampirinya.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?"

"Depra mengalami luka tusuk dibagian perut  tapi tidak terlalu parah, tidak sampai mengenai organ vitalnya, keadaan dia sudah cukup membaik dan akan segera dipindahkan keruang rawat."

"Alhamdulillah," ucap mereka serentak.

"Lakukan yang terbaik untuk anak saya!"

"Siap, Pak."

💕

Andra dan Varen menuju rumah Depra, mereka ingin melihat rekaman cctv. Saat Andra membuka pintu rumah Depra, keadaan dalam rumah ini cukup berantakan, Andra berjalan dengan hati-hati agar tidak terkena pecahan guci keramik yang sudah hancur tak berbentuk.

Andra dan Varen berjalan menuju tangga, tiba-tiba terdengar teriakan dari arah dapur, Andra dan Varen saling pandang lalu mereka langsung menuju sumber suara.

Tapi sesampainya di dapur tidak ada siapa-siapa, Andra memperhatikan sekelilingnya. Terdengar lagi suara teriakan, kali ini suaranya lebih keras.

"Ren, kira-kira suara tadi berasal dari mana?" tanya Andra sambil menerka-nerka

"Bawah meja makan."

"Hah--,"

Belum sempat Andra melanjutkan ucapannya, Varen sudah berjongkok di bawah meja makan, ia menghidupkan senter hp nya, karna dibawah meja agak gelap, matanya tertuju pada sebuah tombol hitam.

Varen memencet tombol itu, tiba-tiba empat kotak keramik bergeser, menampilkan sebuah lorong yang pencahayaannya temaram dan ada tangga menuju kebawah.

Varen segera menuruni tangga itu, diikuti Andra. Mereka terus mengikuti lorong ini sampai mereka tiba didepan pintu besar, terdengar teriakan kesakitan dari balik pintu itu.

Varen mendorong pintu itu, semua orang yang ada didalam ruangan itu sontak menoleh kearah pintu.

Andra menelan ludahnya sendiri saat melihat bodyguard Papah Depra bersama tiga orang yang tidak ia kenali.

"Siapa kalian?" tanya salah satu dari bodyguard itu dengan tatapan membunuh.

"Ki-kita temennya Depra, kita kesini mau nyari pelaku yang udah nyerang Depra," jawab Andra terbata-bata.

"Kalian tidak perlu mencari mereka karna mereka sekarang  ada didepan kalian," ujar bodyguard tadi.

Andra langsung menatap tiga orang yang sedang terduduk dengan keadaan babak belur.

"Boleh kalau kami membawa mereka?" tanya Varen, semua bodyguard itu langsung menatap sinis kearah Varen.

"Tidak ada yang boleh membawa mereka tanpa seizin tuan Erlangga," jawab salah satu bodyguard sambil memainkan pisau kearah salah satu pelaku penyerangan Depra.

Andra yang mendengar hal itu langsung menelpon Alrick.

"Halo"

"Kita udah ketemu sama pelaku, tapi gak bisa bawa mereka ke markas karna yang nangkap dia bodyguard om Rajes bukan kita. Jadi gimana?"

DEPRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang