Part 38

1.8K 91 1
                                    

Asyila berjalan keluar dengan raut wajah lesu.

Saat ia sampai di depan kelas, terlihat Alaska yang sedang menunggunya, Asyila buru-buru menghampiri nya.

"Lo ngapain?" tanya Asyila.

"Nungguin lo, tadi kakek nelpon kalau lo gak bawa motor dan nyuruh gue buat jemput lo dikelas biar pulang bareng," jelas Alaska membuat Asyila manggut-manggut.

"Ya udah, yuk pulang," jawab Asyila sambil berjalan mendahului Alaska.

Sesampainya diparkiran Alaska segera menyalakan motornya dan Asyila segera naik. Tak lama kemudian motor Alaska meninggalkan area sekolah, saat melintasi gerbang, mata Asyila tak sengaja bertubrukan dengan mata tajam Depra, namun Depra langsung mengalihkan pandangannya.

Selama diperjalanan tidak ada yang memulai percakapan, Alaska yang tidak tahu ingin membahas apa sedangkan Asyila memang tidak ingin berbicara dengan siapapun.

Motor Alaska berhenti tepat didepan gerbang rumah Asyila, Asyila yang menyadari jika mereka sudah sampai segera turun, setelah mengucapkan terimakasih, Asyila langsung bergegas masuk.

"Syila." Asyila menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Alaska.

"Gue mau ngomong sesuatu," ujar Alaska membuat Asyila mengerutkan keningnya namun ia tetap mengangguk dan mempersilahkan Alaska masuk.

"Lo tunggu disini, gue ganti baju dulu," ujar Asyila sebelum meninggalkan Alaska diruang tamu.

Beberapa menit kemudian terlihat Asyila menghampiri Alaska dengan sebuah nampan ditangannya. Asyila meletakkan dua gelas minuman dan beberapa cemilan diatas meja, kemudian duduk disamping Alaska.

"Jadi... lo mau ngomong apa?"

"Pertunangan kita tinggal beberapa hari lagi, bisa gak kalau gue minta lo buat bersikap sebagaimana pasangan biasanya. Jangan bersikap dingin ke gue," ujar Alaska langsung to the point.

"Gue...." Asyila tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Gak bisa? apa susahnya sih, lo tinggal bersikap seperti biasanya, kenapa sikap lo berubah, bukannya di Singapur dulu kita deket banget, atau karena ada Depra?" Alaska mulai kesal dengan sikap Asyila.

"Gue bisa bersikap kayak gitu karna saat itu Lo sahabat gue," jawab Asyila sejujurnya.

"Jadi karna sekarang gue calon tunangan gue lo bersikap dingin? gak salah, bukannya lo seharusnya lebih manja ke gue, lebih lengket, lebih perhatian ke gue. Itukan yang biasanya terjadi sama pasangan yang udah mau tunangan,kenapa lo malah sebaliknya?"

"Karna gue gak pernah mau menjalin hubungan lebih dari sahabat, coba lo sadari, dari sekian banyak cowok yang deket sama gue gak ada satupun yang jadi pacar gue bahkan Depra sekalipun dan kalau sampai ada orang yang maksa lebih dari sahabat maka dia harus terima akibatnya. Kayak lo sekarang," ujar Asyila dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Apa yang membuat lo gak mau menjalin hubungan lebih dari sahabat?"

"Lo gak perlu tau, yang perlu lo inget adalah semakin lo memaksa gue maka lo akan semakin jauh dari gue dan kalau sampai Pertunangan itu terjadi, gue akan menganggap lo sebagai musuh yang harus dihancurkan!" ujar Asyila dengan nada datar dan menusuk.

"Kalau gitu, ayo kita bikin kesepakatan."

"Kesepakatan apa?"

"Gue akan bikin pertunangan itu batal dengan syarat lo harus bersikap kayak dulu lagi ke gue, gimana?" Asyila menatap Alaska dengan tatapan mengintimidasi namun Alaska tidak terpengaruh.

"Oke, tapi kalau sampai lo mengingkari kesepakatan, siap-siap Nerima kejutan dari gue," ujar Asyila dengan nada mengancam.

"Oke, deal, ya."

"Deal."

💕

Hari ini Asyila berangkat bersama Alaska, sejak mereka memasuki gerbang banyak orang yang memperhatikan mereka, begitupun saat mereka berjalan di koridor menuju kelas.

Sesampainya di depan kelas Asyila mereka berdua berhenti.

"Gue ke kelas dulu, ya, belajar yang rajin," ujar Alaska sambil mengacak rambut Asyila membuat si empu menatap tajam kearahnya.

"Isss, rambut gue jadi berantakan, Al! udah sono, lo ke kelas," ujar Asyila dengan ekspresi kesal.

"Iya-iya, gue ke kelas, bye." Alaska segera berlari menjauh setelah mencubit ke dua pipi Asyila.

"ALASKA BANGKE!!"

"Abisnya lo gemesin banget," balas Alaska dengan senyum jahil.

"Ekhem." Asyila repleks menoleh kebelakang, terlihat Depra yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

"Minggir! gue mau lewat!" ucap Depra dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ya kalau mau lewat, lewat aja, ngapain mesti bilang sama gue," jawab Asyila sewot, ia kesal melihat tatapan datar Depra.

"Lo ngehalangi jalan gue!" Asyila langsung menatap sinis kearah Depra.

"Lo buta! Nih jalan gede, sebelah sana masih bisa lewat, lebar noh, ngapain lo mesti lewat di tempat gue berdiri," sergah Asyila.

"Terserah gue dong, lo lupa ini sekolah Papah gue." Asyila yang mendengar itu hanya bisa mengepalkan tangannya, kemudian memilih untuk masuk ke kelasnya, daripada terus-terusan didekat Depra yang hanya membuatnya semakin kesal.

"Sasimo," gumam Depra yang masih bisa didengar Asyila.

"Heh, jaga ya mulut lo!" bentak Asyila tak terima.

"Lah, kok lo marah, gue kan gak nyebut nama lo, oh, lo ngerasa, bagus deh artinya tepat sasaran," ejek Depra membuat Asyila semakin kesal.

Karna terlalu malas menanggapi Depra, Asyila memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju mejanya.

💕

Pak Wira memasuki kelas XI Ips 3.

"Assalamualaikum, anak-anak."

"Waalaikumsalam, Pak."

"Sebelum pelajaran dimulai bapak absen dulu ya," ujar Pak Wira sambil menatap anak didiknya.

Kening Pak Wira sedikit mengerenyit. " Asyila, kenapa kamu masih ada dikelas ini?" tanya Pak Wira membuat semua orang kebingungan, terutama Asyila.

"Maksudnya, Pak?" tanya Asyila mewakili semua pertanyaan yang ada dibenak teman-temannya.

"Kamu kan dipindahkan ke kelas XI Ips 1, kenapa kamu belum pindah?"

"Lah, kok bisa gitu Pak?"

"Ya bisa, soalnya itu permintaan Depra, anak pemilik sekolah ini, jadi kami para guru tidak bisa menolaknya," jawab Pak Wira dengan begitu santai berbeda dengan Asyila yang kini sudah sangat emosi dengan kelakuan Depra.

"Oh, ya udah Pak, kalau begitu saya pamit," ujar Asyila.

Asyila segera membawa tas nya lalu menyalimi tangan Pak Wira setelah itu bergegas keluar kelas. Narra yang melihat itu segera melapor kepada Alrick.

Asyila membuka pintu ruang kelas XI Ips 1 dengan kasar, tatapannya langsung tertuju kepada cowok yang sedang duduk dibarisan depan dengan senyum penuh kemenangan.

'Depra Anjing!!!' batin Asyila.

💞💞💞

Happy Reading.

Salam
Ushsn256

DEPRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang