Part 21

2.5K 130 4
                                    

Jantung Asyila berdetak kencang. "Kok lo disini...," ujar Asyila kaget melihat Aluna berada didepannya.

"Kenapa, kok kayak terkejut gitu?!" Jawab Aluna dengan senyum miring.

Belum habis keterkejutan Asyila karna kehadiran Aluna, dia kembali dikejutkan dengan datangnya Alrick dari arah samping.

"Hai, Lala." Asyila repleks menoleh ke belakang, terlihat Depra sedang bersidekap dada sambil menatap tajam ke arahnya.

Wajah Asyila langsung pucat saat menyadari, saat ini dirinya dikepung, Alrick di depan, Aluna disamping kiri, di samping kanan ada tembok, dan di belakang ada Depra.

"Ngapain lo ke ruang Mamah gue?!" tanya Aluna dengan tatapan mengintimidasi.

"Mamah? yakin itu Mamah lo," tanya Asyila dengan senyum mengejek.

"Maksud lo apa?!" Aluna meninggikan suaranya.

"Mamah Syeila... itu Mamah lo atau Mamah orang yang dititipkan ke lo," ucap Asyila menohok. Aluna langsung terdiam, melihat hal itu senyum Asyila semakin lebar, kini rasa terkejutnya sudah hilang, entah kemana.

"Yakin kalau dia Mamah lo? emang ada seorang ibu yang gak sudi dipanggil Mamah sama anaknya?!" ujar Asyila, lagi.

"Kenapa lo gak ngasih tau gue, kalau lo udah berhasil nemuin Mamah lo?" Alrick bertanya dengan tatapan lurus ke arah Asyila.

"Lo kira gue bodoh?! Lo kira gue gak tau kalau Lo adalah salah satu Bodyguard suruhan Papah, hah," Alrick langsung terdiam mendengar ucapan Asyila.

Asyila menatap tajam ke arah Alrick.

"Syil, Syila...," panggil Alrick membuat Asyila langsung terbangun dari tidurnya.

Asyila melihat sekelilingnya, ia berada diruang keluarga rumahnya. Ternyata tadi hanya mimpi.

Asyila mengusap peluh dileher dan dahinya.

"Lo, kenapa? kok muka lo pucat, lo sakit?" tanya Alrick bertubi-tubi.

"Nggak kok, gue cuma mimpi buruk aja," jawab Asyila berusaha terlihat santai.

"Ooh, ya udah. Pindah ke kamar, gih, udah malem," suruh Alrick, Asyila melangkahkan kakinya menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

💕

Asyila duduk bersama Narra dikantin sekolah. Tadi pagi Asyila kesiangan dan tidak sempat sarapan, jadilah ia meminta Narra untuk menemaninya sarapan.

"Nar, gue mau cerita tapi, lo janji gak bakal ngasih tau siapa-siapa, ya," ujar Asyila serius.

Tadi malam Asyila tidak bisa tidur karena terus kepikiran  tentang mimpinya, akhirnya setelah berpikir seribu kali, Asyila memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Narra termasuk tentang Mamahnya dan Mimpinya tadi malam.

"Oke," jawab Narra sekenanya.

"Sebenernya, gue udah nemuin mamah gue, tapi gue gak ngasih tau siapa-siapa termasuk Alrick." Asyila menatap sekitarnya, takut jika tiba-tiba Alrick datang dan mendengar ucapannya.

"Jadi gue orang pertama yang lo kasih tau?"

"Iya. Terus, tadi malem gue mimpi, kalau Alrick, Aluna, sama Depra mergokin gue lagi nemuin Mamah gue, dan gue kepikiran terus sama mimpi itu."

"Terus...,"

"Ya, gue takut, gimana kalau nanti Alrick tau dan bilang hal ini ke Papah," ujar Asyila, resah.

"Emangnya kenapa kalau Alrick bilangin hal itu ke Papah, lo?" tanya Narra membuat Asyila melirik ke arahnya.

"Gue... belum bisa cerita," lirih Asyila.

"Ya udah gak papa, yang penting lo gak lupa, kalau gue selalu disini, siap ngedengerin semua keluh kesah lo, gue disini, sebagai sahabat Lo," ujar Narra sambil tersenyum meyakinkan.

"Makasih, Nar, makasih udah selalu ada buat gue, makasih gak pernah ninggalin gue padahal gue sering cuekin Lo," ujar Asyila tulus. Narra langsung memeluk Asyila.

"Gak usah bilang makasih, itu udah tugas gue sebagai sahabat lo."

"Suatu saat nanti, gue pasti bakal kangen saat-saat kita bersama," ujar Asyila sendu.

Narra hanya diam sambil mengelus bahu Asyila.

"Ekhem." Asyila repleks menoleh kebelakang, terlihat Alrick yang sedang tersenyum penuh arti ke arahnya.

"A-bang, sejak kapan disini?" tanya Asyila tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Sejak kalian belum ke kantin," jawab Alrick dengan wajah santai.

Asyila menelan ludahnya, menatap Alrick dengan sedikit takut.

"Kok gue gak liat?"

"Kan Abang nunduk, pake topi lagi." Alrick tersenyum melihat ekspresi Asyila.

Jantung Asyila langsung berdetak kencang, pikirannya langsung penuh oleh berbagai pertanyaan.

"Abang... denger pembicaraan gue sama Narra?" tanya Asyila takut-takut.

"Nggak, tadi Abang pake earphone."

"Ooh," balas Asyila, lega. "Ya udah, kalau gitu kita duluan, bang, nanti bayarin makanan gue, ya, gue lupa bawa uang, hehehe," ucap Asyila cengengesan.

"Hadehh, ya udah, sana ke kelas, belajar yang bener," nasehat Alrick yang hanya dibalas anggukan oleh Asyila.

💕

Depra berjalan tergesa-gesa menuju ruang osis. Mulai hari ini, dia disibukkan oleh  acara ulang tahun sekolah.

"Assalamualaikum," salam Depra saat memasuki ruang osis.

Depra segera duduk di kursinya dan memulai rapat itu.

"Oke, kita mulai rapat ini," ucap Depra dengan berwibawa.

"Pertama, urutan lomba yang diselenggarakan, gimana?"

"Sesuai hasil rapat sebelumnya, jadi, pertama kita bakal ada pembukaan dulu lanjut ke kata sambutan dari kepsek dan pemilik sekolah plus tiup lilin dan potong kue, terus persembahan dari setiap eskul, dan dilanjutkan dengan lomba Basket.

"Hari kedua, kita bakal melaksanakan lomba Futsal, Marching Band, dan Dance, terus hari ketiga, final lomba Basket dan Marching Band, hari keempat, final lomba Futsal dan Dance, dan hari kelima, hari terakhir adalah pengumuman pemenang dan penutupan.

Depra menyimak semua susunan acara yang diusulkan, setelah beberapa kali sedikit berdebat, akhirnya Depra menyetujui susunan acara yang tadi diusulkan, begitupun dengan seluruh anggota osis yang lain.

Setelah semua setuju dan selesai, Depra segera membubarkan rapat hari itu.

Depra segera merapikan barang-barangnya dan bermaksud ingin keluar, hingga suara Aluna menghentikan langkahnya.

"Mau kemana, Dep?" tanya Aluna melihat Depra yang tergesa-gesa.

"Kantin," jawab Depra singkat.

"Ya udah, barengan aja," ujar Aluna dengan Antusias.

"Gue masih ada urusan, duluan aja!" Setelah itu Depra langsung berlari pergi.

Depra menghentikan langkahnya di depan kelas Asyila, kebetulan Asyila baru saja ingin keluar bersama Narra.

"Hei," sapa Asyila. Narra langsung pamit pergi saat melihat tatapan Depra yang mengisyaratkan agar dia segera pergi, membuat Asyila merasa aneh.

"Si Narra kenapa?" tanya Asyila bingung.

"Mana gue tau, yuk ke kantin," ajak Depra tanpa nada dingin sedikit pun.

"Yuk."

Mereka berdua berjalan bersisian menuju kantin.

💞💞💞

Haiiiiiiii, masih adakah orang yang membaca cerita ini???

Kalau masih ada, jangan lupa vote and coment ya, biar aing tau kalau kalian baca cerita ini, ogehh.

Salam
Ushsn256

DEPRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang