Part 26

2.4K 110 1
                                    

Asyila langsung berjalan pelan-pelan menuju sofa, lalu pura-pura tertidur. Lengannya ia gunakan untuk menutupi matanya.

"Biasanya Asyila kalau kesini kemana, om?" Asyila sayup-sayup mendengar pertanyaan Narra, jantungnya berdetak semakin kencang.

"Biasanya dia akan keruang santai, udah biarin aja, yang penting kita udah tau keberadaan dia. Ayo duduk, om mau bicara penting sama kalian." Asyila mengelus dadanya sekali lagi, lalu menghela nafas lega.

Tapi Asyila penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Papahnya, akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke tempatnya semula lalu kembali menguping.

"Om mau penjelasan dari kalian, bagaimana bisa kalian tidak tau jika Zahra kembali mencari Mamahnya, bahkan mungkin, kalau Zahra gak cerita ke Narra, sampai saat ini kalian belum akan tau. Apa saja yang kalian lakukan sampai bisa tidak tau padahal kalian semua berada dekat dengan dia?!" Suara Papahnya terdengar sedikit mengerikan, dengan tatapan tajam dan raut wajah tegas.

"Maaf om, Arick ngaku salah, Arick kurang memperhatikan Asyila, bahkan akhir-akhir ini Arick lebih sering nginep di markas. Asyila sebenernya pernah cerita, kalau dia pernah ganggu Mamah Aluna, tapi saat itu Alrick gak terlalu merhatiin jadi gak nyadar kalau yang dimaksud Asyila Mamah Aluna adalah tante Syeila, Arick bener-bener minta maaf om." Asyila tidak ingat ia pernah bercerita ke Alrick kalau Alrick tidak mengatakan hal itu tadi. Sepertinya ia harus periksa ke dokter, kenapa sekarang ia sering lupa.

"Andra juga minta maaf om, Andra lalai untuk mantau semua kegiatan Asyila. Andra ngaku Andra salah." Mata Asyila langsung melotot, jadi selama ini apapun yang Asyila lakukan dipantau oleh Andra.

"Lulu juga ngaku salah om, Lulu gagal jaga Ibu, Lulu juga gak sadar saat Ibu ngamuk, Ibu manggil-manggil Zahra yang artinya sebelum Lulu dateng ada Zahra disana, tapi Lulu terlalu khawatir sama Ibu jadi gak menyadari hal itu, Lulu minta maaf." Asyila spontan menatap ke arah Aluna saat mendengar cewek itu memanggil Mamahnya Ibu, bahkan Alrick dan Andra yang merupakan sepupu nya memanggil dengan sebutan tante, cewek itu bukan siapa-siapa tapi memanggil ibu, cihh!!

"Narra juga ngaku salah om, Narra gak becus nemenin Syila, Narra gak pernah lagi nyamperin Syila ke rumah atau nginep dirumahnya, Narra terfokus kehidup Narra dan lupa tanggung jawab Narra buat jadi temen yang selalu ada buat Syila." Mata Asyila  berkaca-kaca saat Narra berbicara.

"Semua udah tau kesalahan masing-masing kan, ingat jangan diulangi!  beruntung saat kalian lalai Zahra gak kenapa-napa, kalau sampai ada sesuatu yang terjadi kepada Zahra, kalian berempat adalah orang yang pertama om eksekusi. Jangan hancurkan kepercayaan om lagi atau kalian akan tau akibatnya. Kalian boleh keluar!" Mereka berempat segera keluar.

Asyila menatap Papahnya yang masih memasang wajah tegas, kenapa Papahnya terlihat begitu menakutkan.

"Zahra keluar! Papah tau kamu ada didalam!" Jantung Asyila rasanya berhenti berdetak seketika saat mendengar ucapan Papahnya yang terdengar sedikit mengerikan.

"ZAHRA!" panggil Papahnya lagi, penuh penekanan.

Dengan terpaksa Asyila menarik buku pembuka itu dengan cepat, takut jika Papahnya akan semakin marah.

Rak itu bergeser dengan cepat, menampakkan Asyila yang berdiri kaku dengan kepala tertunduk.

"Saat salah, apa yang harus dilakukan?!" Papahnya bertanya dengan wajah yang begitu tegas membuat Asyila sedikit gemetar. Kalau orang bertanya siapa orang yang paling Asyila takuti, maka jawabannya adalah Papahnya. Apalagi jika Papahnya sedang marah seperti sekarang, semakin menakutkan.

"A-angkat kepala, tatapan lurus ke arah lawan bicara, akui kesalahan." Asyila menjawab dengan sedikit gemetar.

"Lalu kenapa kamu masih menunduk?!" Papahnya memang berbicara dengan nada rendah tapi tetap saja ekspresi yang ia tunjukkan membuat Asyila takut.

Tapi demi agar Papahnya tidak semakin marah, Asyila segera mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke arah Papahnya. "Zahra minta maaf karna menguping pembicaraan Papah," ucap Asyila dengan satu tarikan nafas.

"Kali ini dimaafkan, tapi lain kali jangan diulangi lagi! Papah tidak pernah mengajari kamu untuk mencari tau privasi orang lain dan pembicaraan tadi sebenarnya adalah privasi, mengerti!"

"Ngerti, Pah. Lain kali Zahra gak akan ulangi," ucap Asyila sambil kembali menundukkan kepalanya.

"Ya udah, ayo kita pulang ke rumah," ucap Papahnya membuat Asyila sedikit bingung, ini Papahnya mengajak pulang ke rumah mana?

"Rumah yang mana, Pah?" Akhirnya daripada penasaran, Asyila lebih memilih bertanya.

"Rumah kita yang dulu, Mamah udah nunggu disana," jawab Papahnya yang membuat Asyila semakin bingung.

"Whatt, Pah maksudnya gimana sih, kok bisa Mamah dirumah, bukannya dia di RSJ?" tanya Asyila beruntun.

"Hmm... Huffttt, jadi gini, sebenarnya Mamah di RSJ bukan karna gila, dia cuma depresi karna udah lama gak ketemu sama kamu, jadi dia sering ngamuk karna gak ada yang bisa nenangin dia pas lagi ngamuk jadilah Papah mutusin buat bawa Mamah ke RSJ, tapi karna sekarang dia udah ketemu kamu, depresinya udah mulai hilang, psikis udah mulai normal, jadi Papah bawa pulang. Sekarang, ayo pulang, kita ketemu Mamah," jelas  Papahnya membuat Asyila sedikit emosi, jadi selama ini Mamahnya gak gila, itu semua tuh cuma kerjaan Papahnya.

"Papah gila ih, masa Mamah dibawa ke RSJ padahal gak gila, Papah gak cinta ya, sama Mamah?!" tuding Asyila, Papahnya menghela napas lelah.

"Bukan gitu, udah ah, jelasinnya dirumah aja, ayo pulang, mobil kamu tinggal disini aja, nanti asisten Papah yang nganterin ke rumah, kamu ikut mobil papah aja!"

"Ogey."

💕

Jam setengah 6 sore, Depra berjalan sendirian menuju parkiran. Setelah seharian bekerja kesana-kemari, tubuh Depra sangat lelah, yang ada dipikirannya hanya ingin cepat sampai dirumahnya, lalu tidur.

Namun sepertinya itu hanya sebatas keinginan, nyatanya baru saja ia turun kejalan raya, macet panjang langsung menyambutnya, huh menyebalkan! Dan lebih sialnya, hari ini Depra memakai mobil.

Akhirnya setelah cukup lama, Depra berhasil keluar dari kemacetan itu dan sampai dirumahnya. Depra segera memasukkan mobilnya ke garasi, dan bergegas masuk.

"Assalamualaikum." Tak ada yang menjawab, sepertinya Papahnya belum pulang sedangkan pembantunya sudah pulang ke rumah, mereka hanya bekerja dari pagi hingga sore.

Depra segera menuju kamarnya, melempar tas nya asal, lalu langsung ke kamar mandi, ia segera menyiapkan air di bathtub, tubuhnya sangat lelah, berendam mungkin akan sedikit membuat tubuhnya segar.

Setelah semuanya selesai, Depra langsung merebahkan tubuhnya dan tak lama kemudian ia terlelap.

Jam 8 malam, Depra terbangun karena suara mobil Papahnya yang baru pulang. Depra berjalan ke arah jendela untuk melihat keluar.

Depra mengerutkan keningnya saat melihat Papahnya berjalan ke arah rumah Asyila dan juga tumben-tumbenan rumah Asyila sangat terang, biasanya yang dinyalakan hanya lampu teras dan lampu-lampu taman, kenapa malam ini semua lampu dirumah itu sepertinya dinyalakan, mungkinkah Asyila sedang ada disana? jiwa kepo Depra  meronta-ronta.

Akhirnya Depra memutuskan untuk kerumah Asyila, ia segera keluar dari kamar.

Saat Depra sampai dirumah itu, rumahnya memang sangat terang, Depra membuka pintu yang tidak terkunci, saat Depra masuk, semua orang langsung melihat ke arahnya... Papahnya, Asyila, tante Syeila atau Mamah Asyila, dan terakhir om Aksa Papah Asyila.

Tubuh Depra berdiri kaku, ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Prada...."

💞💞💞

Hai guysss.
Makasih untuk 2k readers, makasih untuk kalian semua yang udah bersedia untuk baca cerita ini, meskipun menurut aku agak sedikit gaje ditambah up nya gak konsisten. Makasih buat yang udah mau baca dari part satu sampe part ini... pokoknya makasih banyakkkkkk.

Salam
Ushsn256

DEPRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang