Asyila duduk dibangku dipinggir lapangan basket markas The Wolf bersama Depra.
"Syil, geser!" suruh Depra, Asyila menggeser posisi duduknya kearah kanan.
"Lagi!" Asyila kembali menggeser posisi duduknya.
"Dikit lagi," ujar Depra membuat Asyila menatap tajam kearahnya.
"Dikiiiittt aja," ujar Depra dengan wajah memelas, Asyila berdecak kesal namun ia tetap menggeser posisinya.
"Sip." Setelah mengatakan itu Depra segera berbaring dan menjadi paha Asyila sebagai bantal.
"Eh, satu lagi, elusin kepala gue dong, gue mau tidur." Asyila menatap Depra dengan kesal sedangkan si empu hanya tersenyum memohon.
"Huffttt, oke," jawab Asyila membuat Depra langsung tersenyum lebar.
Asyila mengelus kepala Depra sambil sesekali memainkan rambut cowok itu.
"Syil," panggil Alrick dari tengah lapangan. Ia baru saja selesai bermain basket bersama inti The Wolf dan juga Riski.
"Kenapa, bang?"
"Lo nggak mau main?"
"Nggak deh, panas banget. Lagian nih orang lagi nyenyak, kasian kalau harus dibangunin," jawab Asyila sambil melirik Depra.
"Okey," balas Alrick.
Asyila melihat Narra yang baru saja keluar dari pintu markas membawa sebotol minuman.
"Nar," panggil Asyila sontak Narra langsung menoleh.
"Sini!"
Narra berjalan menghampiri Asyila.
"Acieee, si Depra kalau lagi tidur ganteng banget deh," celetuk Narra saat melihat Depra yang sedang tertidur.
"Apaan sih lo," jawab Asyila sewot.
"Dihh, kok ngamok?"
"Bodo lah. Lo mau ngasih minuman ke siapa?" tanya Asyila mengalihkan pembicaraan.
"Buat Andra lah," jawab Narra sambil tersenyum lebar.
"Lo pelupa apa emang bego sih, kan kita lagi ngejalanin misi untuk membuktikan cinta Andra," ujar Asyila gemas.
"Oh iya, lupa gue. Hampir aja gue mau ngasih ini ke Andra, untung lo manggil gue tadi," jawab Narra sambil menepuk jidatnya.
"Hadehh, ya udah, sekarang lo kesana, kasih nih minuman ke Riski," ujar Asyila menunjuk kearah anak-anak the Wolf yang sedang berkumpul dibawah sebuah pohon besar.
"Temenin, gue gak berani sendiri. Gue takut Ngeliat tatapan Andra, udah kek mau ngebunuh tuh orang," dumel Narra.
"Terus nih orang gimana?" ujar Asyila melirik Depra.
"Ya bangunin lah," jawab Narra dengan santai.
"Caranya?"
"Tiggal dorong aja."
"Enak aja lo, terus kalau dia marah ke gue gimana?" ujar Asyila tak setuju.
"Ya udah gini aja." Narra berdehem beberapa kali.
"DEPRA!" teriak Narra, repleks Asyila langsung menutup telinganya.
Depra langsung membuka matanya dan menatap lurus kearah Narra.
"Apaan sih lo, ganggu!" ujar Depra dengan nada dingin.
"Bodo," balas Narra acuh, dia segera menarik tangan Asyila.
Asyila mengikuti langkah Narra dengan malas. Sesampainya didepan Riski, Narra langsung tersenyum kaku.
"Ki, nih buat kamu," ujar Narra gugup setengah mati karna ditatap oleh Andra.
"Makasih, tau aja aku lagi haus banget," balas Riski sambil tersenyum manis.
"Njirtt, aku-kamu dong," ejek Gibran membuat Narra menatap kesal kearahnya.
"Ternyata ada orang yang lebih bucin daripada Depra," celetuk Rio.
Tiba-tiba Andra merebut botol minuman yang masih berada ditangan Narra.
"Lo apa-apaan sih, itukan buat gue," protes Riski namun Andra tetap meminum minuman itu
"Lo kan tadi udah minum sedangkan gue blom, ikhlasin aja kali, cuma minuman biasa juga," ujar Andra cuek, dia mengembalikan botol yang sudah kosong itu ke tangan Narra.
"Nyebelin banget sih lo!" Narra melemparkan botol itu ke wajah Andra, kemudian berlalu pergi sambil menarik tangan Asyila.
"Waww, cinta segitiga," celetuk Gibran menatap Andra dan Riski, bergantian.
💕
Depra menghentikan motornya didepan pintu pagar rumah Asyila.
Asyila segera turun dari motor Depra.
"Jadi itu rencana lo?" tanya Depra menghentikan Asyila yang baru saja ingin membuka pagar.
"Maksud, lo?"
"Deketin Narra sama Riski buat bikin Andra cemburu," ucap Depra membuat Asyila membelalakkan matanya.
"Kok lo tau?" tanya Asyila dengan tatapan mengintimidasi.
"Gue denger percakapan lo sama Narra tadi," jawab Depra.
"Bukannya lo tidur?"
"Gue udah bangun pas lo ngomong sama Alrick, cuma males buka mata aja," jawab Depra lagi.
"Bener, itu rencana gue. Gue ngelakuin itu biar Andra sadar sama perasaannya dan gak nyakitin Narra lagi. Lo jangan kasih tau Andra, awas aja kalau sampai Andra tau!"
"Oke." Depra mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gue pulang dulu, bye." Depra segera menjalankan motornya menuju rumahnya.
Sesampainya dirumah, Depra melihat mobil Papahnya ada di bagasi. Depra segera bergegas masuk.
Terlihat Papahnya yang sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Tumben Papah udah pulang?" ujar Depra sedikit menyindir, pasalnya Papahnya tidak pernah mau pulang cepat, yang dipikirkannya hanyalah bekerja, bekerja, dan bekerja.
"Ya, tadi gak banyak pekerjaan dikantor, makanya Papah pulang lebih awal," Rajes menjawab pertanyaan anaknya tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.
"Jadi selama ini pekerjaan dikantor selalu banyak, makanya Papah selalu telat pulang?"
"Nggak juga, cuma Papah males aja pulang cepet, dirumah selalu sepi," jawab Rajes membuat Depra terdiam sejenak.
"Papah gak mau pulang cepet karna gak mau kesepian, terus gimana sama aku yang setiap pulang selalu sendirian, apa Papah pernah mikirin itu?" tanya Depra, sekarang giliran Rajes yang terdiam.
"Papah egois!" Depra langsung berlalu pergi menuju kamarnya.
Depra membanting tas sekolahnya dan langsung merebahkan tubuhnya dikasur.
Depra membayangkan kehidupan yang selama ini ia jalani. Sejak lahir dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, ayahnya? Ayahnya terlalu sibuk mengalihkan kesedihannya karna ditinggal istri dengan sibuk bekerja, hingga lupa jika dia masih memiliki seorang putra yang membutuhkan kasih sayangnya.
Depra terbiasa hidup sendiri, karna itulah dia bersikap dingin terhadap orang lain, kecuali Asyila.
Depra berjalan kearah balkon kamarnya. Balkon kamar Asyila dan Depra berhadapan.
Depra berdiri di balkon sambil menatap lurus ke arah kamar Asyila. Dulu setiap dia merindukan Asyila, dia akan berdiri di balkon ini sambil menatap kamar Asyila yang selalu gelap.
💞💞💞
Allo guyss.
Happy Reading.
Salam
Ushsn256
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRA
Teen FictionFollow sebelum membaca!🙏 Depra dan Asyila, dua orang yang pernah bersama dimasa lalu, mereka berpisah karna Asyila harus ikut orangtua nya pindah ke luar negri. Beberapa tahun kemudian Asyila kembali keindonesiaan, namun Depra tak mengetahuinya, As...